Jumat, 15 April 2022

Penghantar & Pembimbing Perjanjian Baru I & II

 Survei Mengenai Perjanjian Baru

Pendahuluan

Perjanjian Baru merupakan catatan peristiwa-peristiwa sejarah, peristiwa-peristiwa ‘berita baru’ mengenai kehidupan Tuhan Yesus Kristus kita—kehidupan, kematian, kebangkitan, kenaikan-Nya serta pekerjaan-Nya yang berlanjut di dunia ini—yang dijelaskan dan diterapkan oleh para rasul yang Dia pilih dan tugaskan di dunia ini. Perjanjian Baru juga merupakan penggenapan peristiwa-peristiwa yang sudah lama dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama. Lebih jauh lagi, Perjanjian Baru merupakan sejarah kudus, yang, tidak seperti sejarah sekuler, ditulis berdasarkan tuntunan ilahi dari Roh Kudus. Itu berarti, seperti halnya Perjanjian Lama, Perjanjian Baru terlepas dari kesalahan manusia dan memiliki kuasa ilahi untuk gereja saat ini dan segenap sejarah manusia sampai Tuhan sendiri kembali.

Asal dan Makna Istilah “Perjanjian Baru”: Kitab kita dibagi menjadi dua bagian yang kita sebut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, namum apa makna sesungguhnya ? Bahasa Yunani untuk “perjanjian”, berarti “akan, perjanjian”. Perjanjian Lama intinya merupakan catatan mengenai perjanjian Allah terhadap orang  Israel berdasarkan Perintah Allah, yang diberikan di Gunung Sinai. Sebaliknya, Perjanjian Baru (dinubuatkan di dalam Yeremia 31:31 dan dimulai oleh Tuhan Yesus di dalam 1 Korintus 11:25), menggambarkan pengaturan baru oleh Tuhan ketika manusia dari setiap suku dan bahasa dan umat serta bangsa yang akan menerima keselamatan berdasarkan iman kepada Kristus.

Perjanjian Lama menyingkapkan kekudusan Tuhan di dalam standar hukum yang benar dan menjanjikan seorang Penebus yang akan datang. Perjanjian Baru menunjukkan kekudusan Tuhan di dalam anak-Nya, sang Penebus yang hadir kepada manusia. Kemudian, Perjanjian Baru berisi tulisan-tulisan yang menyingkapkan isi dari Perjanjian Baru ini.

Pesan dari Perjanjian Baru berpusat pada (1) Pribadi yang memberikan diri-Nya sendiri untuk menebus dosa-dosa (Matius 26:28), and (2) umat (gereja) yang telah menerima keselamatan dari-Nya. Dengan demikian, tema utama Perjanjian Baru adalah keselamatan.”48

Dengan demikian, nama Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berlaku pertama-tama bagi kedua hubungan yang Tuhan buat kepada manusia dan kemudian ke buku-buku yang berisi catatan dari kedua hubungan ini. “Perjanjian Baru merupakan perjanjian ilahi dalam hal dimana Tuhan telah menerima kita dalam damai ke dalam diri-Nya sendiri.”49

Persiapan Ilahi bagi Perjanjian Baru: Dalam masa Perjanjian Baru, Roma merupakan negara yang memegang kekuasaan dunia dan berkuasa atas sebagian besar dunia kuno. Namun, di sebuah kota kecil di Palestina, Betlehem di Yudea, lahir Seseorang yang akan mengubah dunia ini. Mengenai Pribadi ini, rasul Paulus menulis : “Namun ketika kepenuhan akan waktu itu tiba, Tuhan mengirim Anak-Nya, yang dilahirkan oleh seorang perawan, dan lahir menurut hukum.” (mis., Perjanjian Baru). Dalam beberapa hal yang khusus dan indah, Tuhan telah mempersiapkan dunia ini untuk kedatangan Mesias. Beberapa faktor dibuat untuk persiapan ini.

Persiapan melalui Bangsa Yahudi: Persiapan untuk kedatangan Kristus adalah cerita dari Perjanjian Lama. Bangsa Yahudi dipilih Tuhan dari semua bangsa menjadi milik pusaka sebagai imamat yang rajani, dan sebagai bangsa yang kudus (Keluaran 1:5-6). Sehubungan dengan hal itu, dimulai dari perjanjian yang Tuhan berikan kepada para kepala keluarga ini, Abraham, Ishak dan Yakub (Kejadian 12:1-3; Roma 9:4), mereka akan menjadi penyampai Firman Tuhan (Perjanjian Lama [Roma 3:2]), dan menjadi nenek moyang sang Penebus (Kejadian 12:3; Galatia 3:8; Roma 9:5). Oleh sebab itu, Perjanjian Lama penuh dengan informasi mengenai Kristus dan menubuatkan kedatangan-Nya sebagai Juruselamat yang menderita dan dimuliakan. Lebih lanjut lagi, di sana tidak hanya banyak nubuatan, tetapi juga banyak rincian yang pasti mengenai garis keturunan Mesias, tempat kelahiran, kondisi di sekitar kelahiran, kehidupan, kematian dan bahkan kebangkitan-Nya.


Meskipun Israel tidak patuh dan dibuang ke pengasingan sebagai penghukuman dari Tuhan atas kekerasanhatinya, namun demikian Tuhan mengembalikan sisa dari mereka kembali ke kampung halaman tujuh-puluh tahun kemudian, seperti yang telah Dia janjikan di dalam mempersiapkan kedatangan Mesias. Empat-ratus tahun telah lewat setelah penulisan kitab terakhir dari Perjanjian Lama. Iklim keagamaan menjadi salah satu ritual dan kemunafikan orang Farisi, namun ada semangat nubuatan mengenai Mesias dan sisa bangsa yang menantikan Mesias.

Persiapan melalui Bahasa Yunani: Sangatlah penting bahwa ketika Kristus mengirim murid-muridNya ke ujung bumi untuk memberitakan injil (Matius 28:19-20), ada suatu “bahasa dunia”. Ini merupakan hasil dari penaklukan dan aspirasi Alexander yang Agung, anak dari Raja Filip dari Mesedonia, yang lebih dari 300 tahun sebelum kelahiran Kristus, menyapu seluruh dunia kuno dengan menaklukan dunia satu per satu. Keinginan Alexander adalah membentuk satu dunia dan satu bahasa. Sebagai ekor dari kemenangan-kemenangannya, dia menjadikan bahasa Yunani sebagai bahasa umum, dan kebudayaan Yunani sebagai pola pikir dan kehidupan. Kerajaan Alexander yang umurnya pendek, namun hasil dari penyebaran bahasa Yunani bertahan.

Intinya adalah bahwa Tuhan bekerja mempersiapkan dunia ini dengan bahasa yang umum, bahasa yang paling jelas dan paling dikenal oleh manusia. Bahasa ini digunakan untuk menyampaikan firman dari Juruselamat. Sebagai hasilnya, buku Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa yang umum pada saat itu, Yunani Koine. Perjanjian Baru tidak ditulis dalam bahasa Ibrani atau Aramik, meskipun semua penulis Perjanjian Baru adalah orang-orang Yahudi kecuali Lukas, seorang yang bukan bangsa Yahudi. Yunani Koine menjadi bahasa kedua hampir bagi semua orang di dunia pada saat itu.

Persiapan melalui orang-orang Romawi: Tuhan belum selesai mempersiapkan dunia ini untuk kedatangan Juruselamat dunia. Ketika Kristus dilahirkan di Palestina, Roma memerintah atas dunia ini. Palestina pada saat itu berada di bawah kekuasaan Roma. Di atas semua yang lain, Roma dicatat dikenal tegas terhadap hukum dan perintah. Perang saudara yang paling lama dan paling berdarah di dalam sejarah Roma akhirnya berakhir dengan pemerintahan Kasiar Agustus. Sebagai akibatnya, perang saudara yang berlangsung lebih dari 100 tahun berhenti dan batas daerah Roma menjadi sangat luas. Orang-orang Romawi juga membangun suatu sistim di jalan-jalan, yang mana dengan perlindungan dari angkatan bersenjatanya, yang seringkali mengawasi jalan-jalan, merupakan tindakan pengamanan dan perlindungan yang tepat sehingga para pelancong dapat keluar masuk ke kerajan Roma. Agustus merupakan orang Romawi pertama yang menggunakan bahan berwarna ungu dan mahkota sebagai penguasa tunggal kerajaan. Dia orang yang bijaksana dan mempunyai perhatian terhadap bangsanya, dan dia membawa kedamaian serta kemakmuran yang besar, dengan membuat Roma menjadi tempat yang aman untuk hidup dan bepergian. Ini memperkenalkan suatu periode yang disebut “Pax Romana”, masa kedaimaian Roma (27 S.M. – 180 M.). Saat ini, karena dari semua yang telah dicapai oleh Agustus, banyak orang berkata bahwa ketika dia lahir, seorang dewalah yang lahir. Ke dalam kondisi-kondisi seperti inilah Seseorang dilahirkan, yang sungguh-sungguh merupakan sumber dari kedamaian dan kedamaian dunia yang abadai, dulu dan sekarang. Dan juga, Yesus adalah benar-benar Tuhan, Tuhan yang menjadi Manusia, dan bukannya manusia yang dipanggil Tuhan. Keberadaan pemerintahan dan hukum bangsa Roma telah membantu mempersiapkan dunia ini untuk kehidupan-Nya dan pelayanan-Nya, sehingga injil dapat disebarkan.

Agama Dunia di Zaman Perjanjian Baru:  Sebelum meneliti Perjanjian Baru, akan membantu kalau kita memiliki pengetahuan umum mengenai agama dunia saat Juruselamat hadir dan kemudian mengirim gereja ke dunia ini. ketika anda membaca kutipan dari Merrill C. Tenney berikut ini, perhatikan kemiripan sangat nampak dengan dunia hari ini :

Gereja orang Kristen lahir ke dalam dunia yang penuh dengan agama-agama yang saling bersaing, yang memiliki perbedaan yang besar di antara mereka sendiri, namun semuanya memiliki satu karakteristik umum—berusaha mencari ilah atau ilah-ilah yang tetap tidak dapat dijangkau. Terlepas dari Yudaisme, yang mengajarkan bahwa Tuhan telah menyingkapkan diri-Nya atas kemauan-Nya sendiri kepada para nenek moyang, dan kepada Musa, dan kepada para nabi, tidak ada iman (agama) yang dapat mengatakan dengan pasti mengenai pengungkapan ilahi maupun konsep yang benar mengenai dosa dan keselamatan. Norma-norma etis yang berlaku saat ini tidak memiliki baik penebusan bagi seseorang (dosa) ataupun semangat untuk menciptakan yang lainnya (keselamatan).

Bahkan di dalam Yudaisme, kebenaran tidak tidak diungkapkan secara jelas baik oleh tradisi maupun diabaikan. Paganisme dan semua agama terlepas dari pengetahuan dan iman di dalam Firman Tuhan selalu menghasilkan perbuatan yang tidak wajar terhadap penyingkapan yang sebenarnya mengenai Tuhan kepada manusia. Hal itu mempertahankan unsur-unsur dasar mengenai kebenaran, namun praktis membuatnya menyimpang menjadikan salah. Kedaulatan ilahi menjadi fatalisme; berkat menjadi  kegemaran; kebenaran menjadi sama dengan peraturan yang semena-mena; pemujaan menjadi ritual yang sia-sia; doa menjadi permohonan yang egois; kerohanian merosot menjadi hal tahayul. Cahaya Tuhan ditutup oleh legenda dan kebohongan. Akibat dari keragu-raguan akan keyakinan dan nilai-nilai, membuat manusia berjalan dalam persimpangan dan ketidaktentuan. Bagi beberapa orang, keadaan yang layak (melakukan sesuka hati seseorang) menjadi falsafah hidup yang mendominasi; karena apabila tidak ada kepastian yang hakiki, maka tidak ada prinsip-prinsip yang tetap, yang digunakan untuk menuntun perilaku; dan apabila tidak ada prinsip-prinsip yang tetap, seseorang harus hidup sebaik mungkin dengan menggunakan kesempatan. Keragu-raguan terjadi, karena ilah-ilah kuno telah kehilagan kuasanya dan tidak ada ilah-ilah baru yang muncul. Berbagai cerita tentang pemujaan masuk ke dalam kerajaan dari mana-mana dan menjadi mode bagi orang-orang kaya pencinta kesenian atau orang-orang miskin yang berada di tempat penampungan. Manusia benar-benar kehilangan perasaan sukacita dan tujuan yang membua umat manusia berharga untuk hidup.50

Susunan dan Pengaturan Perjanjian Baru: Perjanjian Baru disusun menjadi dua puluh tujuh kitab yang ditulis oleh sembilan penulis yang berbeda. Berdasarkan pada karakteristik kesusasteraan mereka, mereka seringkali digolongkan menjadi tiga kelompok besar:

  1. Lima Sejarah: Injil dan Kisah Para Rasul.

  2. Dua puluh satu Rasul: Roma hingga Yudas.

  3. Satu Nubuatan: Wahyu

Dua tabel berikut ini menggambarkan pembagian dan fokus dari pembagian tiga rangkap dari Perjanjian Baru.51


Kitab-Kitab Perjanjian Baru


 Sejarah


Surat-Surat Kiriman


Nubuatan

 



Surat-Surat Kiriman Paulus


Umum





Wahyu


Matius


Markus


Lukas


Yohanes


Kisah Para Rasul



Awal (selama perjalanan pekabaran Injil)


Kemudian

(setelah penangkapan di Yerusalem)


Yakobus


Ibrani


Yudas



1 Petrus

2 Petrus


1 Yohanes

2 Yohanes

3 Yohanes


Galatia


1 Tesalonika

2 Tesalonika

1 Korintus

2 Korintus


Roma

Penahanan Pertama


Kolose


Efesus


Filemon


Filipi


Dibebaskan



1 Timotius


Titus

Penahanan Kedua


2 Timotius


Ringkasan Fokus dari Kitab-Kitab Perjanjian Baru



Sejarah


Injil:

Matius, Markus, Lukas, Yohanes

Manifestasi:

Kedatangan Juruselamat dan wujud-Nya sebagai manusia serta pekerjaan-Nya

Kitab-Kitab

Kisah Para Rasul:

Tindakan Roh Kudus memakai melalui para rasul

Transmisi:

Menyampaikan firman Juruselamat yang telah datang.

Surat-Surat

Surat-Surat:

Surat-surat tertuju baik kepada para jemaat maupun perorangan. Dari kitab Roma hingga Yudas.

Penjelasan:

Mengembangkan Teologi Kristologi

Nubuatan

Penglihatan:

Wahyu dari Tuhan Yesus Kristus


Penggenapan:

Mengantisipasi peristiwa-peristiwa akhir zaman dan kembalinya Tuhan, pemerintahan-Nya di akhir zaman dan kerajaan kekal.


Susunan Kitab-Kitab Perjanjian Baru: Susunan kitab-kitab Perjanjian Baru lebih bersifat logis dari pada kronologis. Seperti yang dijelaskan oleh Ryrie,

Yang pertama-tama adalah Injil, yang mencatat kehidupan Kristus; lalu Kisah Para Rasul, yang menceritakan sejarah penyebaran keKristenan; lalu surat-surat, yang menceritakan pengembangan doktrin-doktrin gereja beserta masalah-masalahnya; dan akhirnya penglihatan mengenai kedatangan Kristus yang kedua di dalam kitab Wahyu.52

Melalui Alkitab, para ilmuwan membedakan tahun-tahun pasti ketika kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis, ada kesepakatan yang diterima luas terhadap susunan berikut:


Kitab

Tahun (M.)

Kitab

Tahun (M.)


Yakobus

Galatia

Markus

Matius

1 & 2 Tesalonika

1 Korintus

2 Korintus

Roma

Lukas

Kolose, Efesus

Filipi, Filemon


45-46

49

50-an atau 60-an

50-an atau 60-an

51-52

55

56

57-58

60

60-61

60-61


Kisah Para Rasul

1 Petrus

1 Timotius

Titus

Ibrani

2 Petrus

2 Timotius

Yudas

Yohanes

1, 2, 3 Yohanes

Wahyu


61

63-64

63

65

64-68

67-68

66

70-80

85-90

85-90

96


Kumpulan Kitab-Kitab Perjanjian Baru: Awalnya, kitab-kitab Perjanjian Baru disebarkan secara terpisah dan hanya dikumpulkan bersama-sama dari yang kita kenal sebagai Perjanjian Baru bagian dari norma Injil. Oleh pemeliharaan Tuhan, ke-27 kitab Perjanjian Baru disusun terpisah dari banyak tulisan lainnya selama gereja mula-mula. Kitab-kitab tersebut dipelihara sebagai bagian dari norma Perjanjian Baru karena inspirasinya dan wewenang kerasulan. Ryrie membuat suatu ringkasan yang sangat baik mengenai prosesnya.

Setelah kitab-kitab tersebut ditulis, buku-buku perorangan tidak segera dikumpulkan bersama ke dalam norma, atau kumpulan dua puluh tujuh  yang meliputi Perjanjian Baru. Kumpulan kitab-kitab seperti surat-surat Paulus dan Injil pertama-tama dipelihara oleh gereja-gereja dan orang-orang kepada siapa kitab-kitab tersebut dikirimkan, dan setahap demi setahap ke-dua puluh tujuh kitab tersebut dikumpulkan and secara formal diterima oleh gereja secara keseluruhan.

Prosesnya membutuhkan waktu sekitar 350 tahun. Pada abad ke-dua penyebaran kitab-kitab yang mempromosikan doktrin palsu yang menekankan perlunya membedakan Alkitab yang sah dari literatur Kristen yang lain. Pengujian-pengujian tertentu dikembangkan untuk menentukan kitab-kitab mana yang seharusnya dimasukkan. 

  1. Apa kitab tersebut ditulis atau disetujui oleh seorang rasul?

  2. Apakah isinya bersifat rohani?

  3. Apa kitab tersebut memberikan bukti diinspirasikan oleh Allah?

  4. Apa kitab tersebut diterima secara luas oleh gereja-gereja?

Tidak semua dari ke-27 kitab tersebut akhirnya diakui sebagai perintah-perintah yang diterima oleh semua gereja di abad-abad awal, namun hal ini tidak berarti bahwa kitab-kitab yang tidak segera atau tidak secara universal diterima itu palsu.  Surat-surat yang dialamatkan kepada perorangan (Filemon, 2 dan 3 Yohanes) tidak disebarkan seluas kitab-kitab yang dikirimkan kepada gereja-gereja. Kitab-kitab yang paling diperdebatkan adalah Yakobus, Yudas, 2 Petrus, 2 dan 3 Yohanes, dan Filemon, namun akhirnya kitab-kitab ini termasuk, dan norma tersebut dijaminkan di Dewan Carthage pada tahun 397 M.

Meskipun tidak ada salinan asli dari tulisan-tulisan yang berisi Perjanjian Baru tersebut bertahan, ada lebih dari 4,500 naskah berbahasa Yunani dari seluruh atau sebagian dari teks tersebut, ditambah 8,000 naskah berbahasa Latin, dan sedikitnya ada 1,000 versi lain di mana kitab-kitab tersebut diterjemahkan. Penelaahan yang dilakukan secara teliti dan perbandingan dari banyak salinan ini memberikan kita kitab Perjanjian Baru yang akurat dan dapat dipercaya.53

Bagian 1

Kitab-Kitab Sejarah

Pendahuluan: Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Perjanjian Baru terbagi menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat literaturnya—sejarahnya, surat-surat dan nubuatan. Keempat Injil mengisi sekitar 46 persen kitab Perjanjian Baru. Kitab Kisah Para Rasul menambah jumlah itu menjadi 60 persen Perjanjian Baru, yang menceritakan tentang perkembangan sejarah keKristenan. Kekristenan didasarkan pada fakta-fakta sejarah yang melekat pada sifat alami injil. Injil merupakan berita baik yang diperoleh dari kesaksian-kesaksian orang lain. Ini merupakan fakta-fakta sejarah, kesaksian sejarah.

Sementara keempat injil yang menceritakan tentang kelahiran, kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus, kitab Kisah Para Rasul memberikan garis besar sejarah mengenai pelayanan para rasul di dalam kehidupan gereja mula-mula. Dengan demikian, Kisah Para Rasul menjadi penting bagi pemahaman kita mengenai apa yang kita baca di dalam injil. Injil-injil ini merupakan surat-surat sesungguhnya yang ditulis bagi orang-orang yang hidup di tempat-tempat yang sudah dikenal. Perjanjian Baru, pada waktu itu, merupakan buku sejarah mengenai Kabar Baik dari Allah yang hidup dalam menciptakan sejarah manusia, tidak hanya di masa lalu, tetapi di masa sekarang dan masa depan, di dalam terangnya janji-janji Tuhan.

Injil Sinopsis: Sebelum memulai penelitian dari masing-masing Injil, mari kita memeriksa istilah “Injil Sinopsis”. Meskipun masing-masing Injil memiliki penekanan dan tujuan yang nyata, Matius, Markus dan Lukas ditunjuk sebagai Injil Sinopsis, karena injil-injil itu “melihat bersama-sama”, yaitu, injil-injil ini memiliki pandangan yang sama mengenai kehidupan Kristus, dengan menyepakati masalah pokok dan susunannya. Lebih jauh lagi, injil-injil ini juga menceritakan kehidupan Kristus dengan cara baru yang melengkapi gambaran yang diberikan di dalam Injil Yohanes. Yang berikut ini menunjukkan sejumlah bidang yang umum bagi masing-masing ketiga Injil pertama :

  • Pemberitaan tentang Mesias oleh Yohanes Pembaptis (Matius 3, Markus 1, Lukas 3).

  • Pembaptisan Yesus (Matius 3, Markus 1, dan Lukas 3).

  • Yesus Dicobai (Matius 4, Markus 1, dan Lukas 4).

  • Pengajaran dan mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus (bagian utama dari masing-masing Injil).

  • Perubahan wajah Yesus (Matius 17, Markus 9, dan Lukas 9).

  • Penghakiman, kematian dan penguburan Yesus (Matius 26-27, Markus 14-15, Lukas 22-23).

  • Kebangkitan Yesus (Matius 28, Markus 16, Lukas 24).

Tujuan dan Fokus Khusus Keempat Injil: Tujuan dari keempat injil adalah menyingkapkan kemanusiaan Yesus Kristus. Matius 16:13-16 berbunyi,

Ketika Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-muridNya : “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu ? Jawab mereka : “Ada yang mengatakan : Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan : Elia dan ada pula yang mengatakan : Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka : “Tetapi apakah katamu, siapakah Aku ini ?” Maka jawab Simon Petrus : “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup !”

Matius 16:14 memberikan empat sudut pandang dari sejumlah besar umat di zaman Yesus. Pertama-tama hanya sedikit yang mengenal Yesus tentang siapa diriNya, Anak Allah. Dengan demikian, berdasarkan ilham dari Roh, para penulis Injil menyingkapkan siapa sesungguhnya Yesus, mengenai kemanusiaan dan pekerjaanNya. Secara rangkap empat, masing-masing dengan fokus mereka, namun dalam hal saling mengisi, keempat Injil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Tuhan kepada para muridNya. Mereka menyatakan siapa sesungguhnya Yesus. Mereka menyatakan Dia sebagai Mesias, yang dinubuatkan di Perjanjian Lama, Hamba Allah, Anak Manusia, Anak Allah dan Juruselamat Dunia. Injil-Injil tersebut memberikan kepada kita gambaran Tuhan sebagai manusia dan pekerjaan Kristus dengan empat gambaran yang berbeda.

Matius menyampaikan Injilnya terutama bagi orang-orang Ibrani untuk meyakinkan bahwa Yesus dari Nazaret adalah Mesias mereka, Raja orang Yahudi. Dengan silsilah (garis keturunan di bumi) Yesus, Matius juga menggunakan sepuluh kutipan nubuatan yang digunakannya sebagai usaha untuk menunjukkan bahwa Yesus ini, meskipun ditolak dan disalibkan, adalah Mesias yang sudah lama ditunggu-tunggu di Perjanjian Lama (Matius 1:23; 2:15; 2:18; 2:23; 4:15; 8:15; 12:18-21; 13:35; 21:5; 27:9-10). Meskipun Yesus ditolak oleh bangsa itu secara keseluruhan dan disalibkan, Raja itu meninggalkan kuburan yang kosong.

Markus nampaknya merujuk pada bangsa Roma, bangsa yang sedikit bicara namun bekerja,  dan menggambarkan Yesus sebagai Hamba Allah yang datang untuk “memberikan nyawaNya sebagai tebusan bagi banyak orang.”  Sehubungan dengan hal ini, Markus, Injil yang paling pendek, hidup, aktif, dan menampilkan pandangan saksi mata yang sangat jelas, khususnya kehidupan Yesus di bumi. “Lebih dari sepertiga Injil ini dipersembahkan kepada peristiwa-peristiwa dari hari-hariNy yang terakhir.”54

Lukas, tabib dan sejarawan, menampilkan Yesus sebagai Anak Manusia yang sempurna, yang datang “mencari dan menyelamatkan yang terhilang” (Lukas 19:10). Lukas menekankan kebenaran manusia Kristus, sementara juga menyatakan keTuhananNya. Sebagian besar orang percaya bahwa Lukas khususnya memiliki otak orang Yunani, karena perhatian mereka terhadap filosofi manusia.

Yohanes memfokuskan pembaca pada keTuhanan Kristus dengan menyampaikan Yesus sebagai Anak Allah yang kekal, yang memberikan kehidupan yang kekal yang berkelimpahan bagi semua yang menerimaNya, dengan percaya kepadaNya (Yohanes 1:1-2, 12; 3:16-18, 36; 10:10). Meskipun ditulia bagi seluruh umat manusia, Injil Yohanes khususnya ditulis untuk jemaat. Lima bab mencatat pesan-pesan perpisahan Yesus untuk para muridNya, untuk memberikan penghiburan kepada mereka, beberapa jam sebelum kematianNya. Selain itu, tujuh mujizat Yesus adakan untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Juruselamat, dan untuk memberikan semangat kepada umat di mana saja untuk mempercayaiNya bahwa mereka akan memiliki hidup (Yohanes 20:30-31).


Kitab Matius

(Raja Orang Yahudi)

Penulis dan Judul Kitab: Masing-masing Injil mendapatkan namanya dari penulis yang menulisnya. Meskipun Injil yang pertama ini, sebagaimana masing-masing Injil, tidak pernah menyebutkan nama penulisnya, kesaksian universal dari gereja mula-mula adalah yang ditulis oleh rasul Matius, dan kesaktian tekstual kita yang pertama dihubungkan dengannya, dengan memberikan judul “Menurut Matius”. Matius, salah satu murid pertama Yesus, adalah orang Yahudi yang menulis kepada orang Yahudi mengenai Dia yang merupakan Mesias mereka. Nama aslinya dalah Lewi, anak Alpheus. Matius bekerja sebagai penarik pajak di Palestina untuk orang-orang Roma sampai dia dipanggil oleh Tuhan untuk mengikutiNya (Matius 9:9, 10; Markus 2:14-15). Tanggapan langsung darinya bisa dianggap sebagai digerakkan oleh Yesus.

Tahun Penulisan: 50an atau 60an M. Usul-usul tahun penulisan Matius berkisar dari 40 M. sampai 140 M., namun “kenyataan bahwa penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M., dipandang sebagai suatu peristiwa di masa mendatang (24:2) yang membutuhkan suatu tahun yang lebih awal. Sebagian besar orang merasa bahwa hal ini merupakan Injil pertama yang ditulis (sekitar tahun 50 M.), sementara yang lainnya berpikir bahwa ini bukan injil yang pertama dan ditulis pada tahun 60 an.”55

Tema dan Tujuan: Sebagai bukti dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Yesus kepada murid-muridNya di dlam ayat 16:13-15, Matius menulis kepada orang-orang Yahudi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai Yesus dari Nazaret. Yesus telah menyatakan dengan sederhana bahwa Dia adalah Mesias mereka. Apakah Dia benar-benar Mesias yang diprediksikan di Perjanjian Lama oleh para nabi ? Jika demikian, mengapa para pemimpin agama tidak menerimaNya dan mengapa Dia tidak membentuk kerajaan yang telah dijanjikan itu? Apakah kerjaan itu pernah dibentuk, jika demikian, kapan ? Dengan demikian, Injil Matius terutama ditujukan bagai orang Yahudi untuk menunjukkan kepada mereka bahwa Yesus ini adalah Mesias yang sudah lama ditunggu-tunggu. Hal ini terlihat di dalam silsilah Yesus (1:1-17), kunjungan orang Majus (2:1-12). Kedatangannya ke Yerusalem (21:5), penghakiman atas bangsa-bangsa (25:31-46), “kerajaan sorga” yang sering disebut-sebut, yang umum ada di Injil-Injil yang lain dan di dalam penggenapan nubuatan yang dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama.

Kristus seperti yang Tergambar dalam Matius: Sebagaimana ditekankan sebelumnya, tujuan kitab Matius adalah untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan di dalam Perjanjian Lama. Dia adalah anak Abraham dan Daud. Dengan demikian, Dia adalah Raja yang datang menjanjikan kerajaan. Ungkapan “kerajaan sorga” muncul tiga puluh dua kali di dalam Injil. Untuk menunjukkan bahwa Yesus menggenapi pengharapan-pengharapan di dalam Perjanjian Lama, sepuluh kali injil Matius menekankan bahwa apa yang terjadi di dalam kehidupan Yesus adalan sebagai penggenapan Perjanjian Lama. Matius juga menggunakan kutipan-kutipan serta referensi-referensi di dalam Perjanjian Lama lebih banyak dari pada di dalam kitab-kitab Perjanjian Baru, kira-kira 130 kali.





Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Raja yang menjadi Manusia dan Perkenalan akan diriNya (1:1–4:25)

    1. KelahiranNya (1:1-25)

1:1-17 1:18-25

  1. Pengakuan atas diriNya (2:1-12)

  2. PenerbanganNya (2:13-23)

2:13-15 2:16-23

  1. PendahuluNya (3:1-17)

3:1-12 3:13-17

  1. Percobaan atas diriNya (4:1-11)

  2. Murid-muridNya yang pertama (4:12-25)

4:12-17 4:18-22 4:23-25

  1. Pernyataan atau Pengajaran tentang sang Raja (5:1–7:29)

    1. Mengenai Peningkatan Diri (5:1-12)

    2. Mengenai Tanggungjawab Orang-Orang Percaya (5:13-20)

    3. Mengenai Hubungan (5:21-48)

    4. Mengenai Memberi, Berdoa dan Berpuasa (6:1-18)

6:1-6 6:7-15 6:16-18

  1. Mengenai Harta Yang Berharga (6:19-34)

6:19-24 6:25-34

  1. Mengenai Penggenapan Hukum (7:1-29)

7:1-6 7:13-14 7:24-29

7:7-12 7:15-23

  1. Kuasa Sang Raja (8:1–11:1)

    1. Penyembuhan (8:1-17)

8:1-13 8:14-17

  1. Memanggil yang lain (8:18-22)

  2. Menenangkan Badai (8:23-27)

  3. Mengusir Setan (8:28-34)

  4. Lebih Banyak Lagi yang Disembuhkan (9:1-38)

9:1-8 9:14-17

9:9-13 9:18-38

  1. Memanggil Murid-Murid (10:1-11:1)

10:1-15 10:24-39

10:16-23 10:40-11:1

  1. Rencana Penolakan terhadap Raja (11:2–16:12)

    1. Yesus Memuji Yohanes (11:2-19)

    2. Ajakan untuk Bertobat (11:20-39)

11:20-24 11:25-30

  1. Serangan Orang Farisi (12:1-50)

12:1-7 12:30-32 12:46-50

12:8-21 12:33-37

12:22-29 12:38-45

  1. Perumpamaan (13:1-58)

13:1-9 13:31-32 13:45-46

13:10-17 13:33-35 13:47-52

13:18-23 13:36-43 13:53-58

13:24-30 13:44

  1. Yohanes Dipancung (14:1-12)

  2. Lebih Banyak Lagi Mujizat (14:13-36)

14:13-21 14:22-36

  1. Tradisi dan Kemunafikan (15:1-20)

15:1-14 15:15-20

  1. Lebih Banyak Lagi Penyembuhan (15:21-39)

15:21-28 15:29-31 15:32-39

  1. Lebih Banyak Lagi Serangan (16:1-12)


  1. Mempersiapkan Murid-Murid (16:13–20:28)

    1. Pengakuan Petrus (16:13-28)

16:13-20 16:21-23 16:24-28

  1. Transfigurasi (17:1-13)

  2. Orang yang Kerasukan Iblis (17:14-23)

  3. Iman dan Pajak (17:24-27)

  4. Iman dan Kasih (18:1-19:12)

18:1-6 18:12-14 18:21-35

18:7-11 8:15-20 19:1-12

  1. Iman dan Anak-Anak (19:13-15)

  2. Iman dan Pemuridan (19:16-30)

19:16-26 19:27-30

  1. Menghormati Perjanjian (20:1-6)

  2. Wewenang atau Pelayanan? (20:17-28)

20:17-19 20:20-28

  1. Persembahan Sang Raja (20:29–23:39)

    1. Mencelikkan Orang Buta (20:29-34)

    2. Masuk ke Yerusalem (21:1-27)

21:1-11 21:18-22

21:12-17 21:23-27

  1. Mengajarkan Perumpamaan (21:28–22:14)

21:28-32 21:33-46 22:1-14

  1. Kembali Diserang (22:15-46)

22:15-22 22:23-46

  1. Orang-Orang Farisi Dikecam (23:1-39)

23:1-12 23:13-36 23:37-39

  1. Nubuatan Sang Raja (24:1–25:46)

    1. Persiapan Kedatangan-Nya (24:1-51)

24:1-14 24:29-31 24:42-51

24:15-28 24:32-41

  1. Perumpamaan tentang Persiapan (25:1-30)

25:1-13 25:14-30

  1. Penghakiman (25:31-46)

  1. Penderitaan dan Penolakan terhadap Raja (26:1–27:66)

    1. Penghianatan dan Penangkapan (26:1-56)

26:1-5 26:20-25 26:47-56

26:6-13 26:26-35

26:14-19 26:36-46

  1. Pengadilan dan Penolakan (26:57-75)

26:57-68 26:69-75

  1. Penyesalan (27:1-10)

  2. Penyaliban (27:11-56)

27:11-26 27:27-32 27:33-56

  1. Penguburan (27:57-66)

  1. Pembuktian Sang Raja (28:1-20)

    1. Dia Bangkit (28:1-10)

    2. Cerita Yang Ditutup (28:11-15)

    3. Amanat Agung (28:16-20)


Kitab Markus

(Hamba Tuhan)

Penulis dan Judul Kitab: Injil Markus sebenarnya tidak diketahui namanya karena tidak menyebutkan nama penulisnya. Judul “Menurut Markus” ditambahkan kemudian oleh seorang ahli kitab beberapa waktu sebelum tahun 125 M., namun ada bukti yang kuat dan jelas (eksternal dan internal) bahwa Markuslah penulisnya. “Kesaksian dari para rasul zaman gereja mula-mula adalah bahwa Markus, seorang teman Petrus, adalah penulisnya.”56 Pada tahun 112 M., Papias menyebutkan bahwa Markus adalah “penafsir Petrus.” Walter M. Dunnet mengatakan bahwa, “Suatu perbandingan dari khotbah Petrus di dalam Kisah Para Rasul 10:36-43 dengan Injil Markus, menunjukkan bahwa yang terdahulu merupakan garis besar tentang kehidupan Yesus yang telah diberikan Markus secara rinci.”57

Meskipun Markus bukan salah satu dari murid-murid Kristus, dia adalah anak seorang wanita yang bernama Maria, seorang kaya dan memiliki kedudukan di Yerusalem (Kisah Para Rasul 12:12), seorang teman Petrus (1 Petrus 5:13) dan sepupu Barnabas (Kolose 4:10). Hubungan-hubungan ini, khususnya hubungan dengan Petrus yang jelas-jelas merupakan sumber informasi Markus, memberikan wewenang kenabian kepada Injil Markus. Sejak Petrus menyebutnya, “Markus, anakku,” (1 Petrus 5:13), Petrus bisa jadi orang yang mengajak Markus kepada Kristus.

Selain itu, Markus juga merupakan teman dekat Paulus. Charle Ryrie menulis :

Dia memiliki hak istimewa menemani Paulus dan Barnabas pada perjalanan misionaris pertama, namun tidak dapat ikut dengan mereka mengikuti seluruh perjalanan. Karena hal itu, Paulus menolak mengajaknya pada perjalanan kedua, jadi dia pergi bersama Barnabas ke Cyprus (Kisah Para Rasul 15:38-40). Sekitar dua belas tahun kemudian, dia kembali bersama Paulus (Kolose 4:10, Filemon 24), dan sebelum hukuman mati Paulus, dia dikirim oleh rasul (2 Timotius 4:11). Biografinya membuktikan bahwa seseorang yang gagal dalam hidupnya, bukan berarti tidak berfungsi lagi.58

Tahun Penulisan: 50 an–60 an M. Penentuan tahun Markus bagaimanapun juga sulit, meskipun banyak sarjana percaya kitab ini merupakan kitab yang pertama dari keempat Injil, karena hampir semua ayat-ayat yang ditemukan di dalam Markus dikutip di ketiga injil lainnya. Markus ditulis sebelum tahun 70 M., dan penghancuran Bait di Yerusalem (13:2).

Tema dan Tujuan: Tema Markus adalah “Kristus adalah Hamba.” Penekanan pada pelayanan dan pengorbanan jelas diajarkan pada ayat 10:45, “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang .“ Pembacaan yang teliti kitab Markus menunjukkan bagaimana kedua tema dari ayat ini, melayani dan pengorbanan, diungkapkan oleh Markus.

Markus disampaikan terutama kepada pembaca orang Romawi atau orang bukan Yahudi. Sebagai akibatnya, silsilah Yesus  dihilangkan pada saat Kotbah Di Atas Bukit. Penghukuman yang disampaikan oleh para pemimpin agam juga kurang diterima, karena lebih berhubungan secara budaya kepada pembaca Yahudi. Karena Markus menampilkan Yesus sebagai sang Pencipta, Hamba Allah, kitab ini berfokus pada kegiatan Kristus sebagai Hambah yang setia, yang melakukan pekerjaanNya dengan efektif.

Kristus seperti yang Tergambar dalam Markus: Tentu saja, sumbangsih Markus khususnya berpusat pada menyampaikan Juruselamat sebagai Hamba Yang Berkorban, yang memberikan nyawaNya dengan patuh untuk menebus banyak orang. Fokusnya jelas pada pelayananNya untuk kebutuhan rohani dan jasmani orang-orang lain, yang selalu mendahulukan kepentingan mereka dari pada kepentingan diriNya sendiri. Penekanan pada kegiatan Juruselamat ini terlihat sebagai berikut :

Hanya delapan belas dari tujuh puluh perumpamaan Kristus, ditemukan di dalam Markus – beberapa dari perumpamaan ini hanya satu kalimat panjangnya – namun dia membuat daftar lebih dari setengah dari tiga puluh mujizat yang dilakukan Kristus, proporsi terbanyak dalam Injil ini.59

Untuk Pelajaran Secara Pribadi : Garis Besar

  1. Persiapan Hamba untuk Melayani (1:1-13)

    1. PendahuluNya (1:1-8)

    2. PembaptisanNya (1:9-11)

    3. PencobaanNya (1:12-13)

  2. Khotbah Hamba di Galilea (1:14–9:32)

A. MisiNya (1:14–2:12)

1:14-28 1:29-45 2:1-12

  1. Lawan Pertama (2:13–3:35)

2:13-22 3:1-12

2:23-28 3:13-35

  1. Perumpamaan-Perumpamaan (4:1-34)

4:1-12 4:26-29

4:13-25 4:30-34

  1. Mujizat-Mujizat (4:35–5:43)

4:35-41 5:1-20 5:21-43

  1. Lawan Bertambah (6:1–8:26)

6:1-6 6:33-52 7:14-23

6:7-13 6:53-56 7:24-37

6:14-32 7:1-13 8:1-26

  1. Pengakuan Petrus tentang Kristus (8:27-33)

  2. Syarat-syarat Menjadi Murid (8:34-9:1)

  3. Transfigurasi (9:2-13)

  4. Seorang Anak yang Dilepaskan dari Kerasukkan Setan (9:14-29)

  5. Yesus meramalkan KematianNya (9:30-32)

3.  Khotbah Sang Pelayan di Kapernaum (9: 33–10:52)

A. Yesus Mengajar untuk Mempersiapkan Para Murid (9:33–10:45)

9:33-37 10:1-12 10:17-31

9:38-50 10:13-16 10:32-45

 B. Bartimeus Disembuhkan dari Kebutaan (10:46-52)

4.   Kasih Sang Pelayan di Yerusalem (11:1–15:47)

A. Kehadiran ResmiNya (11:1-19)

11:1-14 11:15-19

B. NasihatNya tentang Doa (11:20-26)

C. PertentanganNya dengan Para Tua-Tua (11:27–12:44)

11:27-33 12:13-27 12:41-44

12:1-12 12:28-40

D. NasihatNya tentang Masa Depan (13:1-37)

13:1-2 13:14-23 13:33-37

13:3-8 13:24-27

13:9-13 13:28-32

E. KasihNya (14:1-15:47)

14:1-11 14:43-52 15:16-21

14:12-21 14:53-65 15:22-41

14:22-31 14:66-72 5:42-47

14:32-42 15:1-15

5. Berkah Sang Pelayan pada Saat Kebangkitan (16:1-20)

A. KebangkitanNya (16:1-8)

B. PenampakkanNya (16:9-18)  Teks yang bisa dipertanyakan

C. KenaikkanNya (16:19-20) Teks yang bisa dpertanyakan


Lukas

(Anak Manusia)

Penulis dan Judul Kitab: Kitab Lukas dan Kisah Para Rasul, yang ditujukan pada Teofilus sebagai tulisan yang terdiri dari dua bagian, keduanya dihubungkan dengan Lukas, dan walaupun Lukas tidak pernah disebut-sebut sebagai penulis kedua kitab tersebut, banyak bukti-bukti yang mengarah kepada Lukas, “ Tabib yang kekasih” (Kolose 4:14) sebagai penulisnya.

Secara siknifikan, kedua kitab ini merupakan seperempat bagian dari Perjanjian Baru Yunani. Satu-satunya tempat dimana kita bisa menemukan namanya di dalam Perjanjian Baru adalah di dalam Kolose 4:14 dan Filemon 24. Juga diyakini jika kata “kami” di dalam Kisah Para Rasul (16:10-17; 20:5–21:18; 27:1–28:16), Lukas mengacu kepada dirinya sendiri. Kata-kata “kami” di dalam Kisah Para Rasul ini menunjukkan bahwa si penulis sangat dekat dengan Paulus dan merupakan teman seperjalanannya. Karena semua rekan Paulus disebut dengan menggunakan kata ganti orang ketiga kecuali untuk dua orang, maka daftarnya bisa dipersempit menjadi Titus dan Lukas. Dengan proses eliminasi, maka Lukas “sahabat baik Paulus, sang Tabib” (Kolose 4:14), dan “teman sekerja” (Filemon 24)  menjadi kandidat yang paling kuat.

Tampaknya bukti dari Kolose 4:10-14 menyatakan bahwa Lukas bukanlah orang Yahudi karena Paulus membuat perbedaan antara dia dan orang-orang Yahudi. Di sini sang rasul menyatakan bahwa, dari antara teman sekerjanya hanya Aristarkhus, Markus dan Yohanes lah yang orang Yahudi. Ini menunjukkan kalau Epafras, Lukas dan Demas, yang juga disebutkan dalam ayat-ayat ini, bukanlah orang Yahudi. “Lukas sangat mahir berbahasa Yunani dan kata-katanya ‘bahasa mereka sendiri’ di dalam Kisah Para Rasul 1:19 juga mengisyaratkan kalau ia bukanlah seorangYahudi.”60


Kita tidak mengetahui tentang kehidupan awalnya atau perubahan yang dialaminya, kecuali bahwa ia bukanlah saksi mata tentang kehidupan Yesus Kristus (Lukas 1:2). Walaupun profesinya adalah tabib, pekerjaan utamanya adalah pekabar Injil, menulis Injil ini dan Kitab Para Rasul dan menemani Paulus dalam pekerjaan misionaris. Lukas ada bersama Paulus di saat kematiannya (2 Timotius 4:11), namun tidak ada bukti-bukti pasti tentang kehidupannya yang selanjutnya.61

Tahun Penulisan: 60 M. Dua periode yang sering diperkirakan tentang waktu penulisan Injil Lukas adalah: (1) tahun 59-63 M, dan (2) tahun 70-an atau 80-an M, tetapi kesimpulan dari Kisah Para Rasul menunjukkan pada kita bahwa Paulus berada di Roma, dan karena Lukas merupakan pekerjaan yang lebih dulu, ditulis sebelum Kisah Para Rasul (Kisah Para Rasul 1:1), maka Injil Lukas pasti telah ditulis pada periode yang sebelumnya, sekitar tahun 60M.

Tema dan Tujuan: Tujuan Lukas jelas tertulis di dalam empat ayat pertama dari Injilnya tersebut.

Teofilus yang mulia, banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar. (Lukas 1:1-4)

Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan pendekatannya dalam memberitakan injil:

Lukas menyatakan bahwa pekerjaannya didorong oleh pekerjaan yang lainnya (1:1), bahwa ia berkonsultasi dengan saksi mata (1:2), dan bahwa ia menyelidiki dan mengatur informasi tersebut (1:3) di bawah bimbingan Roh Kudus untuk mengajarkan kepada Teofilus tentang kebenaran firman (1:4). Ini merupakan tulisan yang telah diselidiki dan didokumentasikan dengan sangat cermat.62

Sebagai seorang yang bukan Yahudi, Lukas pasti merasa bertanggungjawab untuk menuliskan catatannya tentang kehidupan Kristus yang terdiri dari dua bagian supaya bisa dibaca oleh bangsa-bangsa lain. Ini merupakan bukti dari kenyataan bahwa Lukas “menterjemahkan istilah-istilah bahasa Aram ke dalam bahasa Yunani dan menjelaskan kebudayaan Yahudi dan geografisnya untuk membuat Injil-nya lebih dapat dimengerti oleh para pembaca dari bangsa Yunani.”63

Lukas, ditulis oleh “Tabib yang kekasih,” merupakan Injil yang paling komprehensif dan paling panjang. Injil itu menuliskan tentang Sang Juru Selamat sebagai Anak Manusia, Manusia Sempurna yang datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (19:10). Di dalam Injil Matius kita melihat Yesus sebagai Anak Daud, Raja Israel; dalam Injil Markus kita melihatNya sebagai Hamba Tuhan, melayani orang lain; di dalam Lukas kita melihatNya sebagai Anak Manusia, memenuhi kebutuhan manusia, manusia yang sempurna di antara manusia lain, dipilih dari antara manusia, diuji di tengah manusia dan sangat berkualitas untuk menjadi Juru Selamat dan Imam Besar. Di dalam Matius kita melihat pengelompokkan dari peristiwa-peristiwa yang siknifikan, dalam Markus kita temukan versi yang lebih pendek dari peristiwa-peristiwa yang siknifikan tersebut, tetapi di dalam Lukas kita dapat membaca peristiwa-peristiwa ini dengan lebih rinci lagi yang dikerjakan oleh sang tabib/sejarawan.

Sifat manusiawiNya yang sempurna sebagai Anak Manusia, juga sebagai Anak Allah, terungkapkan oleh kenyataan bahwa kelahiran secara lahiriahNya dengan silsilah keturunanNya bila ditelusuri ke belakang sampai ke Adam (3:38; perhatikan bahwa Matius hanya sampai Abraham). Perkembangan mentalNya tercatat dalam pasal 2:40-52 dan kesempurnaan moral dan spiritualNya juga terbukti pada saat pembaptisanNya dengan terdengarnya suara Bapa Surgawi dan dengan pengurapan oleh Roh Kudus (3:21-22). Jadi di dalam Yesus kita mempunyai seseorang yang sempurna secara fisik, mental dan kedewasaan spiritual.

Kristus seperti yang Tergambar dalam Lukas: Kemanusiaan dan kasih Yesus ditekankan berulang-ulang di dalam Injil Lukas. Lukas memberikan catatan yang paling komplit tentang leluhur Kristus, kelahiranNya dan perkembanganNya. Ia adalah Anak Manusia yang teladan yang diperkenalkan pada penderitaan manusia berdosa demi memikul penderitaan kita dan menawarkan pada kita suatu pemberian yang tak ternilai yaitu keselamatan. Yesus memenuhi kriteria  Yunani untuk kesempuranaan manusia.64






Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Pendahuluan: Metode dan Tujuan Penulisan (1:1-14)

  2. Identifikasi Anak manusia dengan Manusia (1:5–4:13)

A.  Peristiwa-peristiwa yang Mendahului Kelahiran Kristus (1:5-56)

1:5-25 1:39-45

       1:26-38 1:46-56

B.  Peristiwa-peristiwa yang Menyertai Kelahiran Kristus (1:57–2:38)

1:57-66 2:1-20

1:67-80 2:21-38

C. Peristiwa-peristiwa pada Masa Kanak-kanak Kristus (2:39-52)

      2:39-40 2:41-52

  1. Peristiwa-peristiwa yang Mendahului Kehadiran Kristus (3:1-4:13)

3:1-20 3:23-38

3:21-22 4:1-13

  1. Pemberitaan Injil Anak Manusia kepada Manusia (4:14–9:50)

A.  Kehadiran Kristus (4:14-30)

B.  Demonstrasi Kuasa Kristus (4:31–5:28)

    4:31-37 5:1-11 5:27-28

    4:38-44 5:12-26

Penjelasan Mengenai Program Kristus (5:29–6:49)

    5:29-39 6:12-19 6:46-49

    6:1-11 6:20-45

  1. Perluasan Program Kristus (7:1–9:50)

    7:1-17 8:16-21 9:12-27

    7:18-39 8:22-25 9:28-45

    7:40-50 8:26-39 9:46-50

    8:1-3 8:40-56

   8:4-15 9:1-11

  1. Penolakan Anak Manusia oleh Manusia (9:51–19:27)

A.  Meningkatnya Perlawanan terhadap Kristus (9:51–11:54)

    9:51-56 10:30-37 11:29-36

    9:57-62 10:38-42 11:37-54

    10:1-16 11:1-13

    10:17-29 11:14-28

  1. Pengajaran untuk Mengingat Penolakan terhadap Kristus (12:1–19-27)

       12:1-12 14:7-15 17:1-10

    12:13-34 14:16-24 17:11-21

    12:35-48 14:25-35 17:22-37

    12:49-59 15:1-7 18:1-8

    13:1-9 15:8-10 18:9-17

    13:10-17 15:11-32 18:18-34

    13:18-21 16:1-13 18:35-43

    13:22-35 16:14-18 19:1-10

    14:1-6 16:19-31 19:11-27

  1. Penderitaan Anak Manusia oleh Manusia untuk Manusia (19:28–23:56)

19:28-44 21:25-28 22:54-65

19:45-48 21:29-33 22:66-71

20:1-8 21:34-36 23:1-7

20:9-18 21:37-38 23:8-12

20:19-26 22:1-13 23:13-25

20:27-47 22:14-23 23:26-32

21:1-9 22:24-38 23:33-49

21:10-19 22:39-46 23:50-56

21:20-24 22:47-53

  1. Otentikasi Anak Manusia di Hadapan Manusia (24:1-53)

24:1-12 24:36-49

24:13-35 24:50-53


Kitab Yohanes

(Anak Allah yang Abadi)

Penulis dan Judul Kitab: Sejak awal abad kedua, tradisi gereja telah menghubung-hubungkan Injil keempat ini dengan Rasul Yohanes, anak Zebedeus dan saudara dari Yakobus. Yesus menamai Yohanes dan Yakobus sebagai, “ Anak-anak Guruh” (Markus 3:17). Ibunya, Salome, melayani Yesus di Galilea dan ada pada saat penyalibanNya (Markus 15:40-41). Yohanes tidak hanya dekat dengan Yesus sebagai salah satu muridNya, tetapi ia biasanya dikenal sebagai “murid yang kekasih” (13:23; 18:15-16; 19:26-27). Yohanes merupakan salah satu murid inti dan salah satu dari tiga orang murid yang dibawa Kristus ke gunung transfigurasi (Matius 17:1). Ia juga sangat dekat hubungannya dengan Petrus. Setelah kenaikkan Kristus, Yohanes menjadi salah satu dari orang-orang yang disebut Paulus sebagai “sokoguru” jemaat (Galatia 2:9).

Sesungguhnya, Injil keempat ini tak diketahui nama pengarangnya (anonymous). Nama pengarangnya tidak tertulis di dalam teks. Hal ini tidaklah mengherankan karena sebuah injil berbeda bentuk literaturnya dari sebuah surat (epistle). Tiap-tiap surat Paulus diawali dengan namanya, yang mana merupakan suatu kebiasaan dalam menulis surat pada jaman dahulu. Tidak satupun penulis dari keempat Injil itu yang menuliskan namanya, namun si penulis secara tidak langsung mengungkapkan dirinya di dalam tulisan, dan terkenal secara tradisi.

Tahun Penulisan: 85–90 M. Injil ini dikenal di gereja sebagai yang “Keempat”, dan gereja mula-mula percaya jika Injil ini ditulis ketika Yohanes sudah berumur. Karena itu masa antara 85 dan 95 merupakan suatu kemungkinan. Yohanes 21:18, 23 menuliskan tentang berlalunya waktu, dengan Petrus yang bertambah tua dan Yohanes yang hidup lebih lama dari pada dia.65 

Tema dan Tujuan: Lebih dari pada kitab-kitab lain yang ada di dalam Alkitab, dengan jelas Yohanes menyatakan tema dan tujuan dari Injil nya. Secara siknifikan, pernyataan tentang tujuan ini menyusul pertemuan Tomas dengan Juru Selamat yang telah bangkit. Tomas telah meragukan kenyataan dari kebangkitan (Yohanes 20:24-25) dan segera setelah pernyataan tentang keragu-raguan ini, Tuhan menampakkan diri kepada murid-muridNya dan berkata kepada Tomas demikian:

Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah. Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.” (20:26-29)

Menyusul dari perubahan ini dan tujuan utama akan kebutuhan untuk percaya dalam Yesuslah maka Yohanes menyatakan tema dan tujuan dari injilnya.

Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya. (20:30-31).

Sesuai dengan pernyataan tujuan ini, Yohanes memilih tujuh tanda yang menakjubkan untuk mengungkapkan sosok ini dan misi Kristus sehingga dengan demikian dapat membuat orang-orang percaya Yesus sebagai Juruselamat. Tanda-tanda ini menyingkapkan kemuliaan Yesus (Yohanes 1:14; Yesaya 35:1-2; Yoel 3:18; Amos 9:13). Ketujuh tanda itu adalah:

  1. Mengubah air menjadi anggur (2:1-11)

  2. Menyembuhkan anak pengawal istana (4:46-54)

  3. Menyembuhkan orang yang lumpuh (5:1-18)

  4. Memberi makan lima ribu orang (6:6-13)

  5. Berjalan di atas air (6:16-21)

  6. Menyembuhkan orang buta (9:1-7)

  7. Membangkitkan Lazarus (11:1-45)

Tema dan tujuan khusus Yohanes juga dapat dengan mudah dilihat dari sifat dasar kitabnya yang berbeda ketika diperbandingkan dengan Matius, Markus dan Lukas.

Pada saat seseorang membandingkan Injil Yohanes dengan ketiga Injil lainnya, ia terbentur pada penyampaian Yohanes yang sangat jelas. Yohanes tidak memasukkan silsilah Yesus, kelahiranNya, pembaptisanNya, godaan-godaan yang dialamiNya, pengusiran roh jahat, perumpamaan-perumpamaan, transfigurasi, peristiwa Makan Malam Tuhan, penderitaanNya di Getsemani atau KenaikanNya. Penyampaian Yohanes tentang Yesus menekankan pada pelayananNya di Yerusalem, hari raya bangsa Yahudi, kontak Yesus dengan individu-individu dalam percakapan-percakapan pribadi (3:1–4:38; 18:28–19:16) dan pelayananNya kepada murid-muridNya (13:1–17:26). Pokok utama dari kitab ini tertulis di dalam “Kitab Tanda-tanda” (2:1–12:50) yang mencakup tujuh kejaiban atau “tanda-tanda” yang mengklaim Yesus sebagai Mesias, Anak Allah. Kitab ini juga berisi tentang khotbah Yesus yang luar biasa yang menjelaskan dan menyatakan tanda-tanda yang penting. Sebagai contoh, setelah memberi makan 5000 orang (6:1-15), Yesus menyatakan diriNya sebagai Roti Kehidupan yang diberikan oleh Bapa surgawi bagi kehidupan di dunia (6:25-35). Ciri lain yang eksklusif dan dapat dicatat tentang Injil keempat ini adalah sekumpulan pernyataan-pernyataan “AKU” yang dikatakan oleh Yesus (6:35; 8:12; 10:7, 9, 11, 14; 11:25; 14:6; 15:1, 5).

Perbedaan dari Injil ini harus disimpan di dalam pemikiran kita. Injil-injil tidak dimaksudkan sebagai biografi. Setiap penulis Injil memilih manakah materi yang akan menunjang tujuannya dari begitu banyak informasi. Apabila seluruh perkataan yang keluar dari mulut Yesus yang disebutkan di dalam Matius, Markus, dan Lukas dibacakan keras-keras, diperkirakan hanya dibutuhkan waktu sekitar tiga jam.66

Kristus seperti yang Tergambar dalam Yohanes: Walaupun sifat ketuhanan Kristus merupakan tema yang menyolok di dalam Alkitab, tidak ada satu kitab pun yang menyajikan panggilan yang lebih kuasa dari sifat ketuhanan Yesus sebagai inkarnasi Anak Allah. Pada kenyataannya sosok yang dikenal sebagai “Orang yang disebut Yesus” (9:11) juga disebut “Allah, Satu-satunya” (1:18), “Kristus, Anak Allah yang Hidup” (6:69) atau “yang Kudus dari Allah” (6:69).

Pernyataan tentang sifat ketuhanan Kristus dikembangkan lebih jauh lagi dengan tujuh pernyataan “AKU” yang diucapkan oleh Yesus dan tercatat di dalam Injil Yohanes. Ketujuh pernyataan itu adalah:

  1. Akulah “Roti Hidup” (6:35)

  2. Akulah “Terang Dunia” (8:12)

  3. Akulah “Pintu” (10:7, 9)

  4. Akulah “Gembala yang Baik” (10:11, 14)

  5. Akulah “Kebangkitan dan Hidup” (11:25)

  6. Akulah “Jalan dan Kebenaran dan Hidup” (14:6)

  7. Akulah “Pokok Anggur yang Benar” (15:1, 5)

Perbedaan menonjol lainnya dari Injil Yohanes adalah, tetap berfokus pada sosok Kristus, lima saksi yang mengatakan Yesus sebagai Anak Allah. Di dalam Yohanes 5:31-47, Yesus merespon argumentasi lawan-lawanNya. Mereka menuduh bahwa pernyataanNya kurang akan saksi-saksi untuk memastikan kesaksianNya, jadi Yesus menunjukkan kepada mereka kalau tuduhan mereka tidaklah benar dengan menghadirkan saksi-saksi lain untuk mengesahkan pernyataanNya. Saksi-saksi lain itu termasuk BapaNya (5:32, 37), Yohanes Pembatis (5:33), pekerjaan-pekerjaanNya (5:36), Kitab-Kitab Suci (5:39) dan Musa (5:46). Kemudian, dalam pasal 8:14, Ia menyatakan bahwa kesaksianNya adalah benar. Pada saat-saat tertentu, Yesus menyamakan diriNya dengan “AKU” yang ada di dalam Perjanjian Lama, atau YAHWEH (4:25-26; 8:24, 28, 58; 13:19; 18:5-6, 8). Beberapa pengakuan yang penting tentang sifat ketuhananNya dapat dilihat dalam pasal 1:1; 8:58; 10:30; 14:9; 20:28.67

Untuk Pelajaran Secara Pribadi:  Garis Besar

  1. Pendahuluan : Inkarnasi Anak Allah (1:1-18)

A. Sifat Ketuhanan Kristus (1:1-2)

B. Pekerjaan Preinkarnasi Kristus (1:3-5)

C. Perintis Bagi Kristus (1:6-8)

D. Penolakkan Terhadap Kristus (1:9-11)

E. Penerimaan Atas Kristus (1:12-13)

F. Inkarnasi Kristus (1:14-18)

  1. Kehadiran Anak Allah (1:19–4:54)

A. Oleh Yohanes Pembaptis (1:19-34)

B. Kepada Murid-murid Yohanes (1:35-51)

C. Pada Pesta Perkawinan di Kanaan (2:1-11)

D. Di Bait Allah di Yerusalem (2:12-35)

E. Kepada Nikodemus (3:1-21)

F. Oleh Yohanes Pembaptis (3:22-36)

G. Kepada Perempuan Samaria (4:1-42)

H. Kepada Pegawai Istana di Kapernaum (4:43-54)

  1. Pertentangan Terhadap Anak Allah (5:1–12:50)

A. Dalam Suatu Perayaan di Yerusalem (5:1-47)

      5:1-17 5:33-35 5:39-47

      5:18-24 5:36

     5:25-32 5:37-38

B. Pada Waktu Paskah di Galilea (6:1-71)

      6:1-14 6:26-40 6:59-65

      6:15-25 6:41-58 6:66-71

C. Pada Hari Raya Pondok Daun di Yerusalem (7:1–10:21)

      7:1-24 8:12-30 9:13-34

      7:25-39 8:31-47 9:35-41

      7:40-53 8:48-59 10:1-21

      8:1-11 9:1-12

D. Pada Hari Raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem (10:22-42)

      10:22-30 10:31-42

E. Di Betania (11:1–12:11)

      11:1-16 11:38-46 12:1-11

      11:17-29 11:47-53

      11:30-37 11:54-57

F.  Di Yerusalem (12:12-50)

      12:12-19 12:27-36 12:44-50

      12:20-26 12:37-43

  1. Pengajaran oleh Anak Allah (13:1–16:33)

A. Mengenai hal Memaafkan (13:1-20)

      13:1-4 13:5-20

B. Mengenai Penghianatan (13:21-30)

C. Mengenai KeberangkatanNya (13:31-38)

D. Mengenai Surga (14:1-15)

14:1-6 14:7-15

E. Mengenai Roh Kudus (14:16-26)

F. Mengenai Perdamaian (14:27-31)

G. Mengenai Hal Berbuah (15:1-17)

15:1-11 15:12-17

H. Mengenai Dunia (15:18–16:4)

15:18-27 16:1-4

I.  Mengenai Roh Kudus (16:5-15)

J.  Mengenai KedatanganNya Kembali (16:16-33)

16:16-22 16:23-33

  1. Doa Anak  Allah (17:1-26)

17:1-12 17:13-21 17:22-26

  1. Penyaliban Anak Allah (18:1–19:42)

18:1-11 19:1-15 19:31-37

18:12-24 19:16-22 19:38-42

18:25-27 19:23-27

18:24-40 19:28-30

  1. Kebangkitan Anak Allah (20:1-31)

A. Kubur yang Kosong (20:1-10)

B. Penampakkan Allah yang Telah Bangkit (20:11-31)

      20:11-18 20:24-29

      20:19-23 20:30-31

  1. Penutup: Penampakkan Diri di Pantai Danau (21:1-25)

A. Penampakkan Diri kepada Tujuh Murid (21:1-14)

      21:1-11 21:12-14

B. Firman kepada Petrus (21:15-23)

      21:15-17 21:18-23

C. Penutup Injil (21:24-25)


Kitab Kisah Para Rasul

(Penyebaran Injil)

Penulis dan Judul Kitab: Walaupun nama penulisnya tidak disebutkan di dalam Kitab Para Rasul, namun bukti-bukti mengarah pada kesimpulan bahwa penulisnya adalah Lukas. Kisah Para Rasul adalah volume kedua dari kitab yang terdiri dari dua bagian yang ditulis Lukas, sang Tabib, kepada Teofilus tentang “segala hal yang telah dimulai Yesus untuk kerjakan dan ajarkan.”

Mengenai judulnya, semua manuskrip Yunani yang ada menunjuk pada judul “Kisah Para Rasul.” Namun tidak diketahui mengapa dan bagaimana kitab ini memperoleh judul demikian. Sebenarnya, “Kisah Para Rasul” bukanlah judul yang akurat karena kitab ini tidak berisi tentang kisah-kisah dari seluruh rasul. Hanya Petrus dan Paulus yang benar-benar ditekankan, walaupun janji tentang kedatangan Roh Kudus diberikan kepada semua rasul (1:2-8) yang kemudian pergi ke seluruh penjuru dunia untuk memberitakan Injil dengan kuasa Roh Kudus. Banyak yang berpikir kalau kitab ini seharusnya diberi judul, “Kisah Roh Kudus” karena kitab ini menjelaskan tentang penyebaran agama Kristen dari saat kehadiran Roh Kudus dalam Kisah Para Rasul 2. Tokoh-tokoh utama yang terlibat dalam kitab ini adalah : Petrus, Yohanes, Filipus, Yakobus, Barnabas, Silas dan Paulus.

Tahun Penulisan: 61 M. Permasalahan tentang penanggalan kitab ini dirangkum oleh Stanley Toussaint sebagai berikut:

Penulisan Kisah Para Rasul pasti telah terjadi sebelum penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M. Peristiwa penting semacam ini sudah pasti tidak akan dilupakan. Hal ini benar terutama mengingat salah satu tema dasar dari kitab ini adalah :  Perhatian Allah yang beralih dari bangsa Yahudi ke bangsa-bangsa lain adalah karena penolakan bangsa Yahudi terhadap Yesus.

Lukas tidak mungkin akan menghilangkan kisah kematian Paulus, yang secara tradisional bertanggal dari tahun 66-68 M, seandainya peristiwa itu terjadi sebelum ia menulis Kisah Para Rasul.

Ia juga tidak mungkin menceritakan tentang masa penyiksaan oleh kaisar Nero yang dimulai setelah kebakaran besar di Roma pada tahun 64 M.

Lebih jauh lagi, pertahanan umat Kristen terhadap Nero dengan menggunakan kitab Kisah Para Rasul untuk memohon perihal peraturan para pejabat rendahan mengenai Paulus, akan mendapat porsi yang kecil pada masa penyiksaan Nero. Pada waktu itu Nero sangat berniat untuk menghancurkan gereja, pertahanan yang dimulai dari Kisah Para Rasul memiliki efek yang kecil untuk merubah pikirannya.

Tanggal penulisan kitab ini biasanya diterima oleh para ilmuwan konservatif karena diperkirakan sekitar tahun 60-62 M. Karena itu, lokasi penulisannya adalah Roma atau kemungkinan di dua tempat yaitu Kaisarea dan Roma. Pada waktu penulisan, pembebasan Paulus akan terjadi sebentar lagi atau baru saja terjadi.68 

Tema dan Tujuan: Kisah Para Rasul merupakan kitab yang unik di antara kitab-kitab dalam Perjanjian Baru karena memiliki hubungan dengan kitab-kitab lain dari Perjanjian Baru. Seperti halnya kitab Lukas yang kedua, Kisah Para Rasul meneruskan apa yang Yesus “mulai untuk kerjakan dan ajarkan” (1:1) sebagaimana yang tertulis di dalam Injil. Kitab ini dimulai dengan kenaikkan Kristus dan berlanjut ke periode Surat-surat dalam Perjanjian Baru. Kita dapat melihat kelanjutan dari pelayanan Yesus Kristus di dalamnya melalui pekerjaan Roh Kudus yang pergi untuk berkhotbah dan membangun Gereja, Tubuh Kristus. Kisah Para Rasul merupakan penghubung historis antara Kitab Injil dan Surat-surat yang lain (Epistel).

Kitab ini bukan hanya menjadi penghubung bagi kita, tetapi juga berisikan cerita tentang kehidupan Paulus dan memberi kita peristiwa-peristiwa historis dalam surat-suratnya. Dalam prosesnya, Kisah Para Rasul menceritakan 30 tahun pertama dari kehidupan gereja.

Setelah merangkum beberapa pandangan tentang Kisah Para Rasul, Stanley Toussaint menulis:

Tujuan dari Kisah Para Rasul adalah seperti yang dikatakan berikut : Untuk menjelaskan dengan Injil Lukas perkembangan langsung tentang pesan kerajaan dari bangsa Yahudi kepada bangsa-bangsa lain dan dari Yerusalem ke Roma secara teratur dan berdaulat. Di dalam Injil Lukas pertanyaan ini terjawab, “Jika kekristenan berakar dari Perjanjian Lama dan Yudaisme, bagaimana ia bisa menjadi agama yang berkembang di seluruh dunia?” Kisah Para Rasul berlanjut di dalam urat nadi Injil Lukas untuk menjawab pertanyaan yang sama.69 

Kisah Para Rasul 1:8 mengungkapkan tema dari kitab ini—berdiamnya Roh Kudus memberi kuasa bagi anak-anak Allah untuk menjadi saksi Juru Selamat di Yerusalem (pusatnya) dan di seluruh Yudea dan Samaria (wilayah-wilayah sekitar), dan bahkan ke daerah-daerah terpencil di seluruh bumi (dunia).

Kristus seperti yang Tergambar dalam Kisah Para Rasul: Kebangkitan Juru Selamat menjadi inti dari Kisah Para Rasul. Alkitab Perjanjian Lama, kebangkitan yang historis, kesaksian para rasul dan kuasa Roh Kudus yang meyakinkan, semuanya itu menjadi saksi bahwa Yesus adalah Tuhan sekaligus Kristus (1:22-36; 10:34-43). “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya” (10:43). “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (4:12).70

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

1.   Saksi di Yerusalem (1:1–6:7)

A. Pengharapan Bagi yang Terpilih (1:1–2:47) Laporan Perkembangan 1

       1:1-8 1:12-26 2:14-36

       19-11 2:1-13 2:37-47

B. Perkembangan Gereja di Yerusalem (3:1–6:7) Laporan Perkembangan 2

       3:1-10 4:13-31 5:17-32

       3:11-26 4:32-37 5:33-42

       4:1-12 5:1-16 6:1-7

2.   Saksi di Seluruh Yudea dan Samaria (6:8–9:31)

A. Kematian Martir Stefanus (6:8–8:1a)

1) Penangkapan Stefanus (6:8–7:1)

2) Pembelaan Stefanus (7:2-53)

       7:2-8 7:17-29 7:44-53

       7:9-10 7:30-34

       7:11-16 7:35-43

3) Penganiayaan terhadap Stefanus (7:54–8:1a)

B. Pelayanan Filipus (8:1b-40)

       8:1b-3 8:4-24 8:25-40

C. Pesan Saulus (9:1-19a)

D. Konflik-konflik Saulus (9:19b-31) Laporan Perkembangan 3

3.   Saksi di Seluruh Pelosok Bumi (9:32–28:31)

A. Perkembangan Gereja ke Antiokhia (9:32–12:24) Laporan Perkembangan 4

9:32-43 10:34-48 12:1-19

10:1-23 11:1-18 12:20-24

10:24-33 11:19-30

B. Perkembangan Gereja ke Asia Kecil (12:25–16:5) Laporan Perkembangan 5

13:1-25 14:8-18 15:30-35

13:26-43 14:19-28 15:36-41

13:44-52 15:1-11 16:1-5

14:1-7 15:12-29

C. Perkembangan Gereja di Wilayah Aegean (16:6–19-20) Laporan Perkembangan 6

16:6-13 17:1-9 18:1-21

16:14-21 17:10-15 18:22-28

16:22-34 17:16-21 19:1-10

16:35-40 17:22-34 19:11-20

D. Perkembangan Gereja ke Roma (19:21–28-31) Laporan Perkembangan 7

19:21-41 22:1-30 26:1-32

20:1-12 23:1-11 27:1-13

20:13-16 23:12-22 27:14-44

20:17-38 23:23-35 28:1-10

21:1-14 24:1-27 28:11-29

21:15-26 25:1-22 28:30-31

21:27-40 25:23-27


Bagian 2

Surat-Surat Paulus

Pendahuluan: Setelah menyelesaikan survei atas kitab-kitab bersejarah (Injil dan Kisah Para Rasul), kini kita sampai kepada 21 Kitab Surat dari Perjanjian Baru, jumlahnya menjadi 22 bila Wahyu dimasukkan ke dalam Kitab Surat (yang kenyataannya memang demikian [lihat Wahyu 1:4]). Bagaimanapun juga, karena keunikan sifat pewahyuannya, dalam survei ini kita membedakannya sebagai Kitab Ramalan Perjanjian Baru. Kitab Surat-surat itu secara umum terbagi menjadi Surat-surat Paulus dan Surat-surat non-Paulus (Umum). Surat-surat Paulus terdri dari dua kategori: sembilan surat ditulis bagi gereja-gereja dan empat surat pastoral. Hal ini kemudian diikuti oleh delapan Surat Kristen Ibrani. Tentu saja, akan banyak muncul pertanyaan mengenai arti dan aplikasi Injil bagi umat Kristen. Karena itu, Kitab Surat-surat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, memberikan interpretasi tentang sosok dan pekerjaan Kristus, dan menerapkan kebenaran Injil kepada orang-orang percaya. 


Latar Belakang Paulus: Untuk selama bertahun-tahun, Paulus dikenal sebagai Saulus atau Tarsus. Ia dilahirkan dari orangtua Yahudi di kota Tarsus, Kilikia. Ia bukan hanya seorang Yahudi, namun menurut pengakuannya sendiri, Ia adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi (Kisah Para Rasul 23:6), orang Ibrani asli (berbahasa Ibrani atau bahasa Aram), dari suku Benyamin (Filipi 3:4-5), dan pada waktu mudanya telah diajarkan untuk menjadi tukang kemah (Kisah Para Rasul 18:3). Ketika masih muda, ia harus pergi ke Yerusalem, dan menurut kesaksiannya, ia dididik di bawah pimpinan Gamaliel yang terkenal, seorang guru yang terkemuka di sekolah Hillel (Kisah Para Rasul 22:3). Dalam masa studinya, ia telah jauh lebih maju di dalam agama Yahudi dari banyak teman yang sebaya dengannya, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangnya (Galatia 1:14).

Sebagai seorang Yahudi yang beragama, kerajinannya itu membawanya ke dalam hal dimana ia menyiksa gereja dengan penuh semangat. Sebagai seorang Farisi yang masih muda, ia hadir dan memberi persetujuannya ketika Stefanus dirajam batu dan dibunuh (Kisah Para Rasul 7:58-83). Dalam kampanyenya melawan umat Kristen, baik pria maupun wanita, ia berjalan dengan membawa surat penahanan dari imam kepala dan pergi ke kota lain untuk menghancurkan gereja Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 26:10-11; Galatia 1:13). Paulus sedang melaksanakan salah satu dari misi tersebut ketika ia bertobat di dalam perjalanannya ke Damaskus (Kisah Para Rasul 9).

Paulus juga cukup mengenal kebudayaan Yunani dengan baik karena pernah mengecap pendidikan Yunani (Kisah Para Rasul 17:28; Titus 1:12). Hal ini membuatnya akrab dengan pemikiran Yunani. Sebagai seorang murid, ia akrab dengan perkataan-perkataan para penulis yang hidup sebelumnya dan yang hidup sejaman dengannya. Sebagai tambahan, Paulus adalah warga negara Roma, dilahirkan di Roma (Kisah Para Rasul 22:28). Karena hal inilah, ia dapat memohon kepada Kaisar sebagai warga negara Roma ketika ia dipenjara di Filipi (Kisah Para Rasul 16:37-39).

Karena kualitasnya itulah, Paulus menjadi orang yang dipilih untuk membawa berita Injil kepada bangsa-bangsa lain. Paulus dapat dengan mudah berkata, Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka” (1 Korintus 9:22). 

Pertobatan Paulus: Setelah dengan giat dan sangat konsisten menganiaya gereja Yesus Kristus, Paulus mengalami perjumpaan dengan Kristus yang telah bangkit di tengah perjalanannya ke Damaskus. Hal ini memberi dampak yang revolusioner di dalam kehidupannya (Kisah Para Rasul 9:3-30).

Ia telah menolak pernyataan umat Kristen bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Lebih jauh lagi, ia tidak percaya bahwa Ia telah bangkit dari kematian sebagaimana yang dikatakan Stefanus ketika ia berseru, “Sungguh aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah” (Kisah Para Rasul 7:56). “Pembohong!” mereka berteriak-teriak dan melemparinya dengan batu. Saulus berdiri di dekatnya “membiarkannya sampai mati.” Tetapi ketika Tuhan Yesus berbicara kepada Saulus pada hari dimana terjadi pengalaman yang hebat itu di luar Damaskus, ia menyadari bahwa Stefanus benar dan ia salah. Yesus itu hidup! Ia juga pasti Anak Allah. Karena itu, di gereja Yahudi (sinagog) di Damaskus, Saulus (sekarang Paulus) menyatakan Yesus sebagai Juru Selamat. Pengalaman yang terjadi sangatlah tiba-tiba dan dramatis, namun efeknya untuk selamanya. Pengaruhnya pasti telah menyebabkan suatu penyesuaian diri kembali dalam hal psikologis dan intelektual. Peristiwa ini diceritakan dengan baik dalam periode selama ia berada di Arab dan Damaskus sebelum kunjungan pertamanya ke Yerusalem (Galatia 1:16-19). Kemudian ia kembali ke daerah asalnya dan untuk periode selama delapan sampai sepuluh tahun hanya sedikit yang diketahui tentang aktivitasnya.71

Perbedaan yang Ditekankan dalam Surat-Surat Paulus: Sebelum meninjau surat-surat Paulus satu persatu, mari kita perhatikan hal yang membedakan tiap-tiap surat Paulus.72

Surat-Surat Penjara

Efesus, Filipi, Kolose dan Filemon terkadang dianggap sebagai “Surat-surat Pernjara” karena ditulis oleh Paulus ketika ia sedang ditahan atau dirantai. Tiap-tiap surat ini berisi referensi dari situasi ini (Efesus 3:1; 4:1; 6:20; Filipi 1:7, 13; Kolose 4:10, 18; Filemon 1, 9, 10).

Kenyataan bahwa Surat-surat ini ditulis pada waktu Paulus berada di penjara, baik itu di barak-barak Roma maupun saat ia dikawal seorang prajurit Roma di rumah sewaannya sendiri (Kisah Para Rasul 28:30), merupakan suatu penggambaran yang luar biasa tentang bagaimana Allah mengangkat penderitaan kita yang nyata dan menggunakannya bagi kemuliaanNya dan meningkatkan kesempatan kita untuk pelayanan (Filipi 1:12-13). Ini menunjukkan bagaimana kita dapat terikat dan terbelenggu, namun firman Allah tidak terbelenggu (2 Timotius 2:9).


Surat-Surat Pastoral

Kelompok utama lainnya dari surat-surat Paulus umumnya disebut “Surat-surat Pastoral”, suatu istilah yang digunakan untuk menandakan tiga buah surat yang dialamatkan kepada Timotius dan Titus (Timotius 1 dan 2 dan Titus). Pada mulanya, surat-surat ini dianggap semata-mata hanya sebagai surat pribadi dan dirahasiakan untuk Filemon, namun karena hubungannya yang sangat kuat dengan kehidupan Gereja, maka mulailah surat-surat itu disebut sebagai “Surat-surat Pastoral”. Ditujukan bagi perseorangan, kitab ini mencakup komunikasi personal dan pribadi, namun dengan informasi yang sifatnya lebih resmi. Surat-surat ini ditujukan Paulus kepada Timotius dan Titus untuk membimbing mereka tentang hal-hal yang berkenaan dengan pastoral gereja, yang merupakan rumah Allah (1 Timotius 3:14-15; 4:6-15 bandingkan dengan 2 Timotius 2:2).

Surat-surat ini berkenaan dengan pemerintahan gereja, kebijakan dan praktiknya, yang mana semuanya itu dianggap penting bagi kesejahteraan gereja. Intinya, kitab-kitab ini dirancang Allah untuk menolong kita dalam tanggungjawab pastoral kita dan dalam mengembangkan dan menuntun gereja-gereja lokal.

Dalam hal ini, ada suatu tinjauan penting yang harus dilakukan. Dari ketigabelas surat Paulus, kitab-kitab ini adalah yang terakhir ditulisnya. Apa pentingnya hal tersebut? Karena kitab ini berurusan dengan orde, pelayanan dan pengaturan gereja, mengapa bukan mereka yang ditulis pertama? Apabila anda atau saya yang melakukannya (khususnya saat sekarang ini) kemungkinan pertama-tama kita akan mencoba untuk menempatkan pengaturan administratif dulu, kemudian struktur dan barulah kemudian tentang doktrinnya.

Jadi, inilah beberapa saran untuk dipikirkan berkenaan dengan pengaturan administratif:

Saran 1: Tentu saja, pengaturan dan orde sangat penting. Gereja merupakan tubuh spiritual  dan setiap orang percaya adalah anggota dengan fungsi dan tugas-tugas penting yang harus dijalankan. Kebutuhan utama yang penting untuk dijalankan adalah pengajaran theologi yang benar dan pengertian tentang firman Allah, bersamaan dengan penerapan hidup seperti Kristus secara pribadi. Hal ini memperlengkapi Gereja dengan pondasi spiritual dan moral yang menjadi dasar dari metode, strategi dan administrasi kita. Jadi, walaupun metode kita seringkali berbeda, hal itu tidak boleh berlawanan dengan prinsip-prinsip moral atau spiritual dari firman Allah.

Sebagai contoh, memberi dukungan pada Gereja merupakan tanggung jawab bersama maupun individual, namun pemberian dan pengumpulan dana harus dilakukan dengan tidak melanggar prinsip-prinsip tertentu dari Alkitab. Orang-orang percaya harus memberikannya dengan sukarela dan tidak dimanipulasi oleh metode-metode yang melanggar prinsip (2 Korintus 9:6-10).

Saran 2: Organisasi harus berdasarkan pada pengajaran yang benar, yang berlandaskan pada penanganan firman Allah secara benar (2 Timotius 2:15). Obyektifitas kebenaran Allah, bersama-sama dengan orang-orang yang berkualitas secara spiritual (1 Timotius 3:1-10), sangatlah penting bagi kesejahteraan Gereja. Ketika orang-orang percaya mencoba untuk menjalankan gereja dengan semata-mata berdasar pada tradisi atau latar belakang, mereka akan berakhir dengan oraganisasi yang tidak Alkitabiah dan kekurangan hasrat spiritual dan kapasitasnya untuk dapat berfungsi seperti yang Allah kehendaki.

Kemudian kitab-kitab ini berurusan dengan perihal orde gereja yang sebelumnya tidak diamanatkan. Sebelum Allah memberi arahan khusus pada Gereja mengenai orde gereja, Ia memberi kita Kitab Roma, Korintus 1 dan 2, Galatia, Efesus, Filipi dan Kolose. Apakah ini karena organisasi itu tidak penting? Tidak! Itu karena organisasi dan administrasi bukanlah yang utama, melainkan urutan kedua bagi perkembangan sebuah gereja. Hal ini juga karena pengajaran dan spiritualitas yang masuk akal adalah yang pada akhirnya menghasilkan pelayanan yang efektif menurut standar Allah dan yang memanifestasikan roh dan karakter Kristus dalam pelayanan dan menjangkau ke luar.

Tiap-tiap surat Paulus berisi berita Injil yang serupa, namun berbeda, yang menekankan pada Tuhan Yesus Kristus dan persatuan orang percaya denganNya. Bagan tersebut memperlihatkan perbedaan-perbedaan itu:









Penekanan pada Tuhan Yesus

Roma

1 Korintus

2 Korintus

Galatia

Efesus

Filipi

Kolose

1 Tesalonika

2 Tesalonika

1 Timotius

2 Timotius

Titus

Filemon

Kristus: Kuasa Allah untuk kita

Kristus: Hikmat Allah untuk kita

Kristus: Penghiburan Allah untuk kita

Kristus: Kebenaran Allah untuk kita

Kristus: Kekayaan Allah untuk kita

Kristus: Kecukupan Allah untuk kita

Kristus: Kepenuhan Allah untuk kita

Kristus: Janji Allah untuk kita

Kristus: Upah Allah untuk kita

Kristus: Pengantara Allah untuk kita

Kristus: Hakim Allah untuk kita

Kristus: Kebaikan Allah untuk kita

Kristus: Kepercayaan Allah untuk kita


Penekanan pada pemberitaan Injil

Roma

1 Korintus

2 Korintus

Galatia

Efesus

Filipi

Kolose

1 Tesalonika

2 Tesalonika

1 Timotius

2 Timotius

Titus

Filemon

Injil dan Pewartaannya

Injil dan Pelayanannya

Injil dan Para Pelayannya

Injil dan Perusakkannya

Injil dan Hal-hal Surgawi

Injil dan Hal-hal Duniawi

Injil dan Filosofinya

Injil dan Masa Depan Gereja

Injil dan Antikris

Injil dan Pendeta

Injil dan Pertentangannya

Injil dan Aplikasinya

Injil dan Relevansinya


Penekanan Injil pada Persekutuan Orang Percaya

Roma

1 Korintus

2 Korintus

Galatia

Efesus

Filipi

Kolose

1 Tesalonika

2 Tesalonika

1 Timotius

2 Timotius

Titus

Filemon

Dalam Kristus ada Keadilan

Dalam Kristus ada Pengudusan

Dalam Kristus ada Penghiburan

Dalam Kristus ada Pembebasan

Dalam Kristus ada Kemuliaan

Dalam Kristus ada Kegembiraan

Dalam Kristus ada Penyelesaian

Dalam Kristus ada Pemahaman

Dalam Kristus ada Kompensasi

Dalam Kristus ada Aspirasi

Dalam Kristus ada Ketetapan

Dalam Kristus ada Pergerakan

Dalam Kristus ada Motivasi


Kitab Roma

(Kristus: Kuasa Allah untuk Kita)

Penulis dan Judul Kitab: Seperti yang tertulis dalam surat ini, Paulus adalah penulisnya (1:1). Hampir tanpa pengecualian, sejak dari Gereja mula-mula surat ini telah dipercaya ditulis oleh Paulus. Surat ini berisi sejumlah referensi historis yang sesuai dengan fakta-fakta kehidupan Paulus yang diketahui. Isi doktrin dari kitab ini juga konsisten dengan surat-surat lain, fakta yang dengan cepat dibuktikan dengan membandingkannya dengan surat-suratnya yang lain.

Roma, yang dikenal sebagai “karya besar” Paulus, mendapatkan namanya dari kenyataan bahwa kitab ini ditulis bagi jemaat di Roma (1:7, 15). Paulus tidak mendirikan gereja di Roma, tetapi sebagai rasul bagi bangsa-bangsa lain ia telah bertahun-tahun rindu untuk mengunjungi Orang-orang Percaya di Roma (15:22-23), dimana ia mungkin dapat mengembangkan kepercayaan mereka lebih jauh lagi sekaligus juga memberitakan injil di sana (1:13-15).

Berkeinginan untuk melayani di Roma, ia menulis Kitab Roma untuk mempersiapkan jalan bagi kunjungannya nanti (15:14-17). Kitab ini ditulis mulai dari Korintus, pada saat sedang melengkapi sumbangan bagi kaum miskin di Palestina. Dari sana ia pergi ke Yerusalem untuk menyampaikan uang itu, dengan maksud untuk melanjutkan perjalanannya ke Roma dan Spanyol (15:24). Paulus memang tiba di Roma, namun sebagai tahanan. Tampaknya Febe, wanita yang menjadi jemaat di Kengkrea dekat Korintus (16:1), yang membawa surat itu ke Roma.

Tahun Penulisan: 57–58 M. Kitab Roma ditulis sekitar tahun 57-58 M., diperkirakan sesaat sebelum akhir dari perjalanan pelayanannya yang ketiga (Kisah Para Rasul 18:23–21:14; Roma 15:19). Dari pernyataan Paulus di dalam Roma 15:26, terlihat bahwa Paulus telah menerima sumbangan dari gereja-gereja di Makedonia dan Akhaya (dimana lokasi Korintus berada). Ini berarti ia telah berada di Korintus dan karena ia belum berada di Korintus pada saat ia menulis kepada gereja tersebut (bandingkan dengan 1 Korintus 16:1-4; 2 Korintus 8-9), maka penulisan Kitab Roma pastilah bersamaan dengan masa 1 dan 2 Korintus yaitu sekitar tahun 55 M.

Tema dan Tujuan: Kitab Roma ditulis bukan untuk menyampaikan suatu permasalahan yang spesifik, seperti halnya surat-surat yang lain. Ada tiga tujuan yang menjelaskan tujuan penulisan Kitab Roma. Pertama, untuk memberitahukan rencana kunjungan Paulus ke Roma setelah kepulangannya ke Yerusalem dan untuk mempersiapkan gereja untuk kedatangannya (15:24, 28-29 bandingkan dengan Kisah Para Rasul 19:21). Paulus ingin memberitahukan kepada mereka tentang rencananya dan untuk membuat mereka mengantisipasi dan berdoa bagi kepenuhan mereka (15:30-32). Kedua, untuk memberikan pernyataan yang lengkap dan detail tentang pemberitaan Injil sebagaimana yang telah diperintahkan Allah. Sang Rasul tidak hanya siap “untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma” (1:15), namun ia juga menginginkan mereka untuk benar-benar mengerti arti dan perluasannya di dalam seluruh kehidupan, termasuk: masa lalu (pembenaran yang berarti untuk menyatakan satu kebenaran), masa sekarang (menguduskan yang berarti untuk memisahkan) dan masa depan (penyembahan yang berarti untuk membagikan kemuliaan Allah). Ketiga, berhubugan dengan pertanyaan yang biasa muncul di antara orang-orang Yahudi dan Umat Kristen bangsa-bangsa lain di Roma, seperti: Apa yang akan dilakukan Injil terhadap Hukum Taurat dan tentang upacara-upacara dalam Perjanjian Lama seperti sunat? Bagaimana dengan bangsa Yahudi? Apakah Allah telah menyingkirkan bangsa Yahudi? Apakah Ia telah melupakan janjiNya terhadap bangsa Yahudi? Paulus menjawab semua pertanyaan ini dan menjelaskan rencana Allah tentang keselamatan bagi bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain.

Tema penulisan Paulus dalam Kitab Roma dengan jelas dinyatakan dalam Roma 1:16-17. Di dalamnya rasul Paulus menunjukkan bagaimana Allah menyelamatkan orang berdosa. Dalam ayat-ayat ini, tema besar dari surat ini dikumpulkan jadi satu: Injil, kuasa Allah, keselamatan, orang-orang yang percaya, kebenaran Allah, Yahudi dan bangsa-bangsa lain. Charles Ryrie mempunyai satu kesimpulan yang luar biasa tnetang tema dan isi kitab ini:

Lebih resmi dari surat-surat Paulus yang lainnya, Kitab Roma menetapkan doktrin kebenaran dengan iman sejak saat itu dengan cara yang sistematis. Pokok tulisan rasul Paulus adalah kebenaran Allah (1:16-17). Sejumlah doktrin-doktrin dasar kekristenan dibahas: wahyu dasar (Roma 1:19-20), dosa dunia (Roma 3:9-20), pembenaran (Roma 3:24), perdamaian (Roma 3:25), iman (Roma 4:1), dosa asal (Roma 5:12), persatuan dengan Kristus (Roma 6:1), pilihan dan penolakan Israel (Roma 9-11), karunia roh (Roma 12: 3-8), dan kepatuhan kepada pemerintah (Roma 13:1-7).73

Terpisah dari pendahuluan (1:1-17) dan kalimat penutupan Paulus (15:14–16:27), Roma dapat dengan mudah dibagi ke dalam tiga bagian:

  1. Delapan pasal pertama bersifat doktrin dan menguraikan doktrin-doktrin dasar dari Injil kebenaran (pembenaran dan pengudusan) yang berasal dari Allah melalui iman.

  2. Tiga pasal berikutnya (9-11) bersifat nasional dan mengambarkan perjanjian Allah dengan bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain dan hubungan mereka dengan Injil.

  3. Pasal-pasal terakhir (12-16) memberikan penerapan praktis Injil di dalam kehidupan sehari-hari orang percaya.

Kristus seperti yang Tergambar dalam Roma: Paulus memperkenalkan Yesus sebagai Adam kedua yang kebenaran dan kematiannya telah memberikan kebenaran bagi mereka yang menempatkan keyakinannya pada Dia. Ia menawarkan kebenaranNya sebagai suatu karunia yang mulia bagi orang-orang berdosa, memikul hukuman dan murka Allah atas kebejatan mereka. Kematian dan kebangkitanNya merupakan dasar dari penebusan dosa, kebenaran, pendamaian, penyelamatan dan penyembahan bagi orang percaya.74




Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Pendahuluan (1:1-17)

1:1-7 1:8-15 1:16-17

  1. Penebusan Dosa: Kebutuhan akan Pembenaran Karena Semua Dosa (1:18–3:20)

A. Penebusan Dosa Manusia Tidak Bermoral (bangsa-bangsa lain) (1:18-32)

     1:18-23 1:24-27 1:28-32

B. Penebusan Dosa Manusia Bermoral (2:1-16)

      2:1-11 2:12-16

C. Penebusan Dosa Manusia Beriman (bangsa Yahudi) (2:17–3:8)

      2:17-24 2:25-29 3:1-8

D. Penebusan Dosa Semua Manusia (3:9-20)

      3:9-18 3:19-20

  1. Kebenaran: Penghubungan Pembenaran Allah melalui Kristus (3:21–5:21)

A. Penjelasan tentang Kebenaran (3:21-31)

3:21-26 3:27-31

B. Ilustrasi tentang Kebenaran (4:1-25)

4:1-8 4:13-15

4:9-12 4:16-25

C. Berkah dari Kebenaran (5:1-11)

D. Perbedaan antara Kebenaran dan Pengudusan (5:12-21)

5:12-14 5:15-17 5:18-21

  1. Pengudusan: Menanamkan dan Menunjukkan Kebenaran (6:1–8:39)

A. Pengudusan dan Dosa (6:1-23)

      6:1-7 6:12-14 6:20-23

      6:8-11 6:15-19

B. Pengudusan dan Hukum Taurat (7:1-25)

      7:1-3 7:7-13 7:21-25

      7:4-6 7:14-20

C. Pengudusan dan Roh Kudus (8:1-39)

      8:1-8 8:18-25 8:28-30

      8:9-17 8:26-27 8:31-39

  1. Pemulihan: Bangsa Yahudi dan Bangsa-bangsa Lain, Ruang Lingkup Kebenaran Allah (9:1–11:36)

A. Israel Masa lalu: Pemillihan oleh Allah (9:1-29)

      9:1-5 9:14-18 9:27-29

      9:6-13 9:19-26

B. Israel Masa Sekarang: Penolakan oleh Allah (9:30–10:21)

      9:30-33 10:5-13 10:16-17

      10:1-4 10:14-15 10:18-21

C. Israel Masa Depan: Pemulihan oleh Allah (11:1-36)

      11:1-6 11:11-16 11:25-32

      11:7-10 11:17-24 11:33-36

  1. Penerapan: Praktek Kebenaran di dalam Pelayanan (12:1–15:13)

A. Dalam Hubungannya dengan Allah (12:1-2)

B. Dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri (12:3)

C. Dalam Hubungannya dengan Gereja (12:4-8)

D. Dalam Hubungannya dengan Masyarakat (12:9-21)

      12:9-13 12:14-21

E. Dalam Hubungannya dengan Pemerintah (13:1-14)

      13:1-7 13:8-10 13:11-14

F. Dalam Hubungannya dengan Umat Kristen Lainnya (14:1–15:13)

      14:1-4 14:10-12 15:1-6

      14:5-9 14:13-23 15:7-13

  1. Pesan-pesan Pribadi dan Ucapan Syukur (15:14–16:27)

A. Rencana-rencana Paulus (15:14-33)

      15:14-21 15:22-29 15:30-33

B. Salam Pribadi dari Paulus (16:1-16)

      16:1-2 16:3-16

C. Kesimpulan dan Ucapan Syukur Paulus (16:17-27)

      16:17-20 16:21-24 16:25-27

Kitab Satu Korintus

(Kristus: Hikmat Allah untuk Kita)

Penulis dan Judul Kitab: Penulis surat ini adalah Paulus. Hal ini didukung oleh bukti eksternal dan internal. Mulai dari abad pertama (96 M), terdapat bukti-bukti yang melimpah dan berkesinambungan bahwa Paulus lah penulisnya. Clement dari Roma (seorang pendeta dari abad kedua) menulis tentang 1 Korintus sebagai “Surat dari Rasul Paulus yang diberkati” dalam suratnya sendiri kepada warga Korintus dan bahkan memuji 1 Korintus sehubungan dengan bagian-bagiannya yang berkesinambungan. Bukti internalnya sangat jelas. Penulisnya menyebut dirinya sendiri Paulus di beberapa tempat (1:1; 16-21 bandingkan dengan 1:12-17; 3:4, 6, 22).  

Penelitian yang teliti atas Kisah Para Rasul dan beberapa surat mengungkapkan kesimpulan tentang hubungan Paulus dengan gereja Korintus berikut ini: (1) kunjungannya yang pertama ke Korintus yang diikuti dengan, (2) surat pertama untuk Korintus (sekarang sudah hilang). Kemudian diikuti dengan (3) surat kedua untuk Korintus (1 Korintus) dan kemudian (4) kunjungannya yang kedua ke Korintus (“kunjungan yang menyakitkan,” 2 Korintus 2:1). Kemudian ada (5) surat ketiga untuk Korintus (sekarang juga sudah hilang). Kemudian diikuti dengan 2 Korintus, (6) surat keempat untuk Korintus. Akhirnya, (7) kunjungannya yang ketiga ke Korintus (Kisah Para Rasul 20:2-3). Seharusnya dijelaskan bahwa kedua surat yang hilang itu semata-mata karena Allah tidak memaksudkannya sebagai bagian dari peraturan dalam Alkitab.

Tahun Penulisan: 55 M. Paulus memberitakan Injil di Korintus pertama kali ketika sedang dalam perjalanan pelayanannya yang kedua, sekitar 50 M. Ketika berada di sana ia tinggal dan bekerja dengan Akwila dan Priskila yang memiliki pekerjaan yang sama, yaitu sebagai tukang kemah (Kisah Para Rasul 18:3). Sebagaimana kebiasaannya, pertama-tama Paulus berkhotbah di rumah ibadat namun dipaksa keluar oleh para penentang Yahudi. Bagaimanapun, ia keluar dari situ dan datang ke rumah Titus Justus dimana ia melanjutkan pelayanannya (Kisah Para Rasul 18:7). Walaupun didakwa oleh bangsa Yahudi di hadapan gubernur Roma Galio (dakwaan yang ditolak) Paulus tetap tinggal selama 18 bulan di Korintus (Kisah Para Rasul 18:1-17; 1 Korintus 2:3). Surat ini ditulis pada sekitar tahun 55 M menjelang akhir dari masa tiga tahun berdiamnya Paulus di Efesus (16:5-9; Kisah Para Rasul 20:31). Dari pernyataannya ketika ia menulis surat ini bahwa ia tinggal di Efesus sampai hari raya Pentakosta (16:8), tersirat kalau ia bermaksud untuk tetap tinggal di sana kurang dari setahun. 

Tema dan Tujuan: Untuk membantu agar dapat mengerti tema dan tujuan kitab ini, diperlukan sedikit latar belakang. Korintus adalah kota metropolitan yang besar (diperkirakan populasinya 700.000 penduduk; sekitar dua pertiganya adalah budak) berlokasi di suatu genting tanah yang sempit (sebidang tanah yang menjorok ke lautan) di antara Laut Aegean dan Laut Adriatik yang menghubungkan Peloponnesus dengan Yunani bagian Utara, dan walaupun menurut pandangan manusia kota ini makmur, Paulus dan rekan-rekannya berpikir kesuksesan kebenaran Injil Allah yang bagaimana yang bisa terjadi di kota seperti Korintus. Sebagai sebuah kota, Korintus mempunyai reputasi materialisme yang kotor dan dosa yang mendalam. Kota ini dipenuhi dengan tempat-tempat keramat dan kuil-kuil. Yang paling menonjol adalah kuil Aphrodite yang terletak di puncak gunung setinggi 1800 kaki (550 m) yang disebut Akrokorintus. Dalam karya sastra Yunani kuno kota ini dihubungkan dengan kekayaan dan ketidakmoralan. Kata-kata “gadis Korintus” memiliki arti pelacur. Ungkapan “bertingkah laku seperti orang Korintus,” berarti “melakukan perzinahan.” Banyak kekayaan dan perbuatan jahat di Korintus berpusat di sekitar kuil Aphrodite dan ribuan kuil-kuil pelacurannya. Untuk alasan inilah sebuah peribahasa memperingatkan, ”perjalanan ke Korintus bukan untuk setiap orang.”

Dari cerita di dalam Kisah Para Rasul akan tampak seakan-akan Paulus menjadikan beberapa orang Yahudi bertobat dan bahwa hampir seluruhnya adalah dari bangsa-bangsa lain. Sebagian besar berasal dari golongan hamba, walaupun kemungkinan ada juga yang berasal dari golongan bangsawan (1:26-31). Terdapat perbedaan sosial dan ekonomi di antara mereka (7:20-24; 11:21-34); bahkan beberapa di antara mereka pernah tenggelam dalam penyembahan berhala (6:9-11). Bangsa Yunani bangga dengan intelektualitas dirinya, walaupun dalam hal ini telah terjadi kemunduran (1:17; 2:1-5).75

Pada masa itu seseorang dapat melihat dengan jelas, bagaimana kondisi tak bermoral dan keagamaan di Korintus secara negatif telah mempengaruhi kehidupan gereja baik spiritual maupun moral. Tema pokok dari surat ini adalah bagaimana kehidupan baru umat Kristen, pengudusan dalam Kristus dan panggilan orang-orang suci, diterapkan pada situasi di dalam kehidupan sehari-hari. Hidup baru di dalam Kristus membutuhkan suatu cara baru dalam kehidupan melalui Roh Kudus (3:16; 17; 6:11, 19-20). Hikmat Allah yang diwujudkan bagi kita di dalam Kristus adalah untuk mengubah Orang-orang Percaya pada tingkat individu dan sosial.


Jadi, 1 Korintus ditulis sebagai koreksi pastoral terhadap kabar yang telah diterimanya sehubungan dengan banyaknya masalah dan penyimpangan gereja di sana. Masalah-masalah itu termasuk perpecahan di dalam gereja (1:11), meyakini hikmat manusia atau dunia lebih daripada hikmat Allah (1:21-30), kebobrokan moral (5:1-13; 6:9-20), dan sejumlah pertanyaan berkenaan dengan pernikahan dan perceraian, makanan, penyembahan, karunia roh dan hal kebangkitan. Tidak diragukan lagi, karena latar belakang agama dan ketidakmoralan mereka, keyakinan dan praktek-praktek yang salah menjadi ciri gereja ini.

Kristus seperti yang Tergambar dalam 1 Korintus: Pentingnya Kristus sebagai pokok, sumber dan alat bagi kehidupan umat Kristen tertulis di dalam ayat 1:30, “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.”

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Pendahuluan: (1:1-9)

A. Salam Pembukaan (1:1-3)

B. Doa Ucapan Terima Kasih (1:4-9)

  1. Perpecahan di Dalam Gereja (1:10–4:21)

A. Laporan tentang Perpecahan (1:10-17)

B. Alasan dari Perpecahan (1:18–2:16)

      1:18-25 2:1-5

      1: 26-31 2:6-16

C. Akibat dari Perpecahan (3:1–4:5)

      3:1-4 3:10-15 3:18-23

      3:5-9 3:16-17 4:1-5

D. Rancangan dan Contoh dari Paulus (4:6-21)

      4:6-7 4:8-13 4:14-21

  1. Penyimpangan Moral di Dalam Gereja (5:1–6:20)

A. Kasus Inses (5:1-13)

      5:1-5 5:6-8 5:9-13

B. Masalah tentang Mengurus Perkara di Pengadilan Orang-orang yang Tidak Beriman (6:1-8)

C. Peringatan Melawan Kelemahan Moral (6:9-20)

      6:9-11 6:12-20

  1. Petunjuk Mengenai Pernikahan (7:1-40)

A. Pernikahan dan Hal Berselibat (tidak menikah) (7:1-9)

B. Pernikahan dan Perceraian (7:10-24)

      7:10-11 7:17-20

      7:12-16 7:21-24

C. Pernikahan dan Pelayanan Kristen (7:25-38)

     7:25-31 7:32-35 7:36-39

D. Pernikahan dan Menikah Kembali (7:39-40)

  1. Petunjuk Mengenai Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala (8:1–11:1)

  1. Pertanyaan: Bolehkah Orang Kristen Makan Makanan Persembahan Berhala? 

(8:1-3)    8:1-3 8:4-6 8:7-13

B. Contoh Paulus (9:1-27)

     9:1-2 9:8-14 9:19-23

      9:3-7 9:15-18 9:24-27

C. Nasihat-nasihat (10:1–11:1)

      10:1-5 10:14-22 10:31-33

      10:6-13 10:23-30 11:1

  1. Petunjuk Mengenai Penyembahan Umum (11:2–14:40)

A. Pemakaian Tudung pada Wanita (11:2-16)

B. Perjamuan Makan Malam Tuhan (11:17-34)

      11:17-22 11:27-32

      11:23-26 11:33-34

C. Kegunaan Karunia Roh (12:1–14:40)

      12:1-3 13:1-3 14:13-19

      12:4-11 13:4-7 14:20-25

      12:12-13 13:8-13 14:26-33

      12:14-26 14:1-5 14:34-36

      12:27-31 14:6-12 14:37-40

  1. Doktrin tentang Kebangkitan (15:1-58)

A. Pentingnya Kebangkitan (15:1-11)

      15:1-2 15:3-11

B. Konsekuensi dari Penyangkalan akan Kebangkitan (15:12-19)

C. Harapan Umat Kristen (15:20-34)

      15:20-28 15:29-34

D. Kebangkitan Tubuh (15:35-50)

      15:35-41 15:42-49

E. Kemenangan Umat Kristen melalui Kristus (15:51-58)

      15:51-57 15:58

  1. Pengumpulan Uang bagi Yerusalem (16:1-4)

  2. Kesimpulan (16:5-24)

16:5-9 16:13-14 16:21-24

16:10-12 16:15-20


Kitab Dua Korintus

(Kristus: Penghiburan Allah untuk Kita)

Penulis dan Judul Kitab: Sebagaimana yang diindikasikan dalam salam pembukaan, penulis surat ini adalah Paulus. Semua bukti baik eksternal maupun internal sangat mendukung hal ini. Pada kenyataannyaa, “surat ini ditandai dengan gaya penulisannya dan isinya lebih kepada hal yang sifatnya autobiografi dibandingkan tulisannya yang lain.”76

Tahun Penulisan: 56 M. Karena adanya huru-hara yang disebabkan oleh para tukang perak (Kisah Para Rasul 19:23-41). Paulus berangkat dari Efesus ke Makedonia (Kisah Para Rasul 20:1) pada musim semi tahun 56 M. Dalam prosesnya, ia berhenti di Troas berharap untuk bertemu Titus (2 Korintus 2:13) dan mendengar berita tentang kondisi di Korintus. Karena tidak berjumpa Titus di sini, ia melanjutkan perjalanannya ke Makedonia, dengan keyakinan penuh bahwa Titus selamat (7:5-6). Di sana ia berjumpa dengan Titus, yang membawa kabar baik tentang gereja Korintus yang secara umum kondisinya sejahtera. Namun juga ada berita buruk tentang kelompok yang menentang Paulus dan kerasulannya. Dari Makedonia Paulus menulis surat keempat, yaitu 2 Korintus. Setelah itu Paulus mengunjungi Korintus untuk yang ketiga kalinya selama musim dingin pada sekitar tahun 56-57 M. (Kisah Para Rasul 20:2-3).

Tema dan Tujuan: Dari semua surat Paulus, 2 Korintus adalah yang paling pribadi dan mendalam. Di dalam surat itu ia membuka hatinya dan menyatakan kasih setianya pada orang-orang Korintus walaupun beberapa diantaranya sangat kritis dan mudah berubah rasa kasihnya terhadap dia. Tema utama diutarakan oleh James K. Lowery dalam the Bible Knowledge Comentary:

Hal yang paling dikhawatirkan oleh Paulus adalah kehadiran guru-guru palsu yang telah masuk ke dalam gereja, yang menganggap dirinya sebagai rasul. Mereka mempromosikan pemikiran-pemikiran mereka sendiri dan pada saat yang sama mendiskreditkan para rasul dan pesan-pesannya. 2 Korintus ditulis untuk mempertahankan keaslian kerasulian dan pesan yang dibawanya. Hal ini tidak dilakukan dalam semangat untuk melindungai diri sendiri melainkan karena Paulus mengerti bahwa penerimaan atas pelayanan dan pesan yang dibawanya berhubungan erat dengan kesejahteraan spiritual gereja di Korintus itu sendiri.77

Dalam proses pertahanan Paulus, terbentuklah tiga kunci tujuan: (1) Paulus mengekspresikan kegembiraannya atas respon yang baik dari gereja atas pelayanan Paulus (1:1–7:16); (2) ia mencoba untuk mengingatkan Orang-orang Percaya akan komitmen mereka pada penawaran bagi umat Kristen di Yudea (8:1–9:15); dan (3) ia mencoba untuk mempertahankan otoritas kerasuliannya (10:1–13:14).

Kristus seperti yang Tergambar dalam 2 Korintus: Dalam surat ini, kita memandangNya sebagai penghibur kita (1:5), kemenangan (2:14), Tuhan (2:4), kemerdekaan atau kebebasan bagi kehidupan yang baru (3:17), terang (4:6), hakim (5:10), pendamaian (5:19), karunia (9:15), pemilik (10:7), dan kuasa (12:9).





Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar78

  1. Penjelasan tentang Tindakan dan Pelayanan Kerasulan Paulus (1:1–7:16)

A. Salam Pembukaan (1:1-2)

B. Ucapan Syukur atas Penghiburan Tuhan di dalam Penderitaan (1:3-11)

      1:3-7 1:8-11

C. Kejujuran atas Alasan dan Tindakan Paulus (1:12–2:4)

      1:12-14 1:23-24

      1:15-22 2:14

D. Mengampuni yang Bersalah di Korintus (2:5-11)

E. Petunjuk Allah di dalam Pelayanan (2:12-17)

      2:12-13 2:14-17

F. Orang-orang Percaya di Korintus – Surat dari Kristus (3:1-11)

      3:1-3 3:4-11

G. Menyaksikan Kemuliaan Allah dengan Muka yang Tidak Terselubung (3:12–4:6)

      3:12-18 4:1-6

H. Harta dalam Bejana Tanah Liat (4:7-15)

      4:7-12 4:13-15

I.  Prospek Kematian dan Artinya bagi Umat Kristen (4:16–5:10)

      4:16-18 5:1-5 5:6-10 

J.   Pelayaan atas Pendamaian (5:11–6:10)

      5:11-15 5:20-21

      5:16-19 6:1-10

K. Seruan Allah kepada Anak-anakNya (6:11–7:4)

      6:11-13 7:1

      6:14-18 7:2-4

L. Perjumpaan dengan Titus (7:5-16)

      7:5-12 7:13-16

  1. Hortarory (Desakan): Pengumpulan Uang bagi Umat Kristen di Yerusalem (8:1–9:15)

A. Dorongan bagi Kemurahan Hati (8:1-15)

      8:1-6 8:7-15

B. Titus dan Rekan-rekannya diutus ke Korintus (8:16–9:5)

      8:16-24 9:1-5

C. Hasil dari Memberi dengan Murah Hati (9:6-15)

  1. Usaha Paulus untuk Mempertahankan Otoritas Kerasulannya (10:1–13:14)

A. Pertahanan Paulus atas Otoritas Kerasulannya dan Wilayah Pelayanannya (10:1-18)

      10:1-6 10:7-11 10:12-18

B. Paulus Terdorong ke dalam Bualan yang Bodoh (11:1–12:21)

      11:1-6 11:21-29 12:11-13

      11:7-11 11:30-33 12:14-18

      11:12-15 2:1-6 12:19-21

      11:16-20 12:7-10

C. Peringatan Terakhir (13:1-10)

      13:1-4 13:5-10

D. Kesimpulan (13:11-14)


Kitab Galatia

(Kristus: Kebenaran Allah untuk Kita)

Penulis dan Judul Kitab: Paulus mengidentifikasikan dirinya sebagai penulis surat ini dengan kata-kata, “Paulus sang Rasul.”

Tahun Penulisan: 49 M. Surat ini ditulis untuk umat Kristen di Galatia Selatan. Gereja-gereja ini dibentuk pada perjalanan pelayanan Paulus yang pertama. Surat ini ditulis setelah akhir perjalanan (kemungkinan dari Antiokia sekitar tahun 49 S.M, surat ini adalah surat rasul Paulus yang paling awal) sesaat sebelum Sidang di Yerusalem (Kisah Para Rasul 15).

Tema dan Tujuan: Oleh banyak ahli theologi, surat untuk orang-orang Galatia ini disebut “Piagam Kemerdekaan umat Kristen (Kebebasan).” Orang-orang Galatia merupakan tantangan besar bagi Yudaisme dan pengajarannya tentang legalisasi (hidup berdasarkan Hukum Taurat bukan kasih karunia). Di antara semuanya, mereka pikir kalau praktek-praktek upacara dari Perjanjian Lama masih mengikat gereja. Jadi, rasul Paulus menulis untuk membuktikan kesalahan tatacara Injil mereka dan menunjukkan superioritas kebenaran oleh iman dan pengudusan oleh roh Kudus.

Sebagai tambahan, kaum Yudaisme ini tidak hanya menyatakan injil yang salah, tapi juga berusaha untuk menjatuhkan kerasulan Paulus. Dalam dua pasal pertama Paulus mempertahankan kerasulannya dan pesannya yang diperoleh dari wahyu Kristus yang sudah bangkit. Kemudian, dalam pasal 3 dan 4 ia berargumen untuk mempertahankan ajaran kasih karunia, doktrin pembenaran hanya oleh iman. Bagaimanapun, sebagian orang akan langsung berpandangan kalau doktrin yang demikian akan mengarah kepada ijin (untuk berbuat dosa), jadi rasul Paulus membuktikan bahwa kemerdekaan orang Kristen (kebebasan) bukan berarti mengijinkan untuk berbuat dosa. Pasal 5 dan 6 menunjukkan bahwa orang Kristen harus belajar untuk hidup dengan kuasa Roh Kudus dan bahwa jalan Roh Kudus yang terkendali tidak akan melakukan perbuatan daging melainkan buah Roh.

Kristus seperti yang Tergambar dalam Galatia: Lewat kematianNya yang olehnya Orang Percaya telah mati bagi hukum Taurat dan melalui kehidupan yang sesuai dengan Kristus (2:20), Orang Percaya telah dibebaskan dari ikatan (5:1f) dan dimerdekakan. Kuasa salib memberikan pembebasan dari kutukan hukum Taurat, dari kuasa dosa, dan dari diri sendiri (1:4; 2:20; 3:13; 4:5; 5:16, 24; 6:14).

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Pribadi: Injil Kasih Karunia, Pembenaran karena Mempertahankan Iman (1:1–2:21)

A. Pendahuluan (1:1-9)

      1:1-2 1:3-5 1:6-10

B. Injil Kasih Karunia Hadir karena Pewahyuan (1:11-24)

      1:11-12 1:13-17 1:18-24

C. Injil Kasih Karunia Disetujui oleh Gereja di Yerusalem (2:1-10)

D. Injil Kasih Karunia Berusaha Dipertahankan Saat Bertentangan dengan Petrus (2:11-21)

2:11-14 2:15-21

  1. Doktrin: Injil Kasih Karunia, Pembenaran karena Menjelaskan Iman (3:1–4:31)

A. Pengalaman Orang Galatia: Roh Diberikan karena Iman (3:1-5)

B. Contoh Abraham: Ia Dibenarkan oleh Iman Bukan karena Melakukan Hukum Taurat (3:6-9)

C. Pembenaran oleh karena Iman, Bukan karena Hukum Taurat (3:10-4:11)

      3:10-14 3:19-22 4:1-7

      3:15-18 3:23-29 4:8-11

D. Orang Galatia Menerima Berkat oleh karena Iman, Bukan karena Hukum Taurat (4:12-20)

E. Hukum Taurat dan Kasih Karunia Sama-sama Eksklusif (4:21-31) 

  1. Pelaksanaan: Injil Kasih Karunia, Pembenaran karena Melaksanakan Iman (5:1–6;18)

A. Posisi Kemerdekaan: Berdiri Teguh (5:1-12)

      5:1 5:2-6 5:7-12

B. Praktek Kemerdekaan: Melayani dan Mengasihi Satu Sama Lain (5:13-15)

C. Kuasa Kemerdekaan: Berjalan dengan Roh (5:16-26)

      5:16-24 5:25-26

D. Pelaksanaan Kemerdekaan: Berbuat Baik kepada Semua Orang (6:1-10)

      6:1-5 6:6-10

E. Kesimpulan (6:11-18)


Kitab Efesus

(Kristus: Kekayaan Allah untuk Kita)

Penulis dan Judul Kitab: Seperti yang dengan jelas dinyatakan dalam surat-surat penjara, Paulus dinyatakan sebagai penulisnya. Judul tradisionalnya adalah, “Untuk Jemaat di Efesus.”

Tahun Penulisan: 60–61 M. Paulus berada di penjara ketika ia menulis surat ini (Efesus 3:1; 4:1; 6:20). Walaupun kaum ilmuwan berbeda pendapat tentang apakah Paulus yang menulis Efesus sewaktu ia berada dalam penjara di Kaisarea (Kisah Para Rasul 24:27) pada tahun 57-59 M., atau di Roma (28:30) pada tahun 60-62 M., bukti-bukti lebih mengarah kepada peristiwa pemenjaraan di Roma. Telah diyakini bahwa Efesus, Filipi, Kolose dan Filemon juga ditulis pada periode waktu yang sama (Filipi 1:7; Kolose 4:10; Filemon 9). Karena surat Efesus tidak memberi petunjuk tentang pembebasan Paulus dari penjara, seperti yang tertulis di dalam Filipi (1:19-26) dan Filemon (1:22), banyak yang meyakini kalau Efesus ditulis pada masa-masa awal pemenjaraannya di Roma sekitar 60 M., pada saat ia dikawal seorang prajurit di rumah sewaannya sendiri (Kisah Para Rasul 28:30). Setelah Paulus dibebaskan, ia menulis 1 Timotius dan Titus, kemudian ia dipenjara lagi, menulis 2 Timotius dan kemudian ia mati sebagai martir di Roma.

Tema dan Tujuan: Di dalam Efesus, Paulus menyatakan tentang misteri kemuliaan, “jemaat adalah tubuh Kristus,” Kristus sebagai kepala jemaat (1:22, 23) dan Orang Percaya sebagai anggota tubuhNya dan diberkati dengan segala berkat rohani dalam Kristus (1:3; 2:11-22). Jelasnya, tujuan Paulus adalah untuk mempeluas pengertian Orang Percaya tentang kekayaan berkatnya yang tak terbatas di dalam Kristus yang adalah kepala jemaat, tubuh Kristus. Di luar semua itu, muncul dua tujuan utama dalam surat ini. Pertama adalah untuk menggambarkan kekayaan berkat yang dimiliki Orang Percaya di dalam Kristus, dan bagaimana dengan melalui mereka tujuan Allah yang abadi disatukan dalam diri Kristus, segala hal yang ada di surga dan bumi (1:3-12). Tema kedua adalah kelanjutan dari yang pertama, yaitu tanggung jawab Orang Percaya untuk mengetahui, memahami dan berjalan dengan sikap yang sesuai dengan posisi surgawinya dan panggilannya di dalam Kristus (1:18-23; 3:14-21; 4:1).

Paulus memaksudkan surat ini sebagai pencegahan terhadap masalah-masalah yang sering muncul karena kurangnya kedewasaan atau kegagalan dalam pengertian dan penerapan atas apa yang dimiliki oleh Orang Percaya di dalam Kristus. Suatu hal yang diasosiasikan dengan teliti adalah satu bagian pendek tentang peperangan Orang Percaya dengan Setan (6:10-18). Jadi, Paulus menulis tentang kekayaan, kehidupan dan peperangan Orang Percaya.

Kristus seperti yang Tergambar dalam Efesus: Ungkapan-ungkapan di dalam Efesus seperti “di dalam Kristus” atau “dengan Kristus” muncul sekitar 35 kali. Ini merupakan kata-kata umum surat-surat Paulus, tetapi kata-kata itu muncul di dalam surat ini lebih banyak dibandingkan surat yang lainnya. Dengan ini, kita melihat banyak atas apa yang dimiliki oleh Orang Percaya melalui posisinya di dalam Juru Selamat. Mereka ada di dalam Kristus (1:1), diberkati dengan segala karunia di dalam Kristus (1:3), dipilih di dalamNya (1:4), diangkat melalui Kristus (1:5), di dalam kasihNya (1:6), penebusan di dalam Dia (1:7), diberikan bagian di dalam Dia (1:11), memiliki pengharapan untuk menjadi puji-pujian bagi kemuliaanNya di dalam Kristus (1:12), dimeteraikan dengan Roh Kudus melalui Dia sebagai jaminan bagian (1:13-14), menghidupkan, membangkitkan dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga (2:5-6), diciptakan dalam Kristus untuk pekerjaan yang baik (2:10), turut ambil bagian dalam janji yang diberikan dalam Kristus (3:6), dan diberikan jalan masuk kepada Allah dengan iman kepada Kristus (3:12).

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Salam Pembukaan (1:1-2)

  2. Bagian Pengajaran dari Surat: Panggilan Gereja (1:3–3:21)

A. Pujian bagi Penebusan Dosa (1:3-14)

B. Doa bagi Kasih Karunia Wahyu (1:15-23)

C. Perubahan Posisi (2:1-22)

      2:1-10 2:11-22

D. Penjelasan Sekilas (3:1-13)

E. Doa bagi Pencapaian (3:14-21)

      3:14-19 3:20-21

  1. Bagian Praktek dari Surat: Kehidupan Gereja (4:1–6:24)

A. Kehidupan Orang Percaya dalam Kesatuan (4:1-16)

      4:1-6 4:7-16

B. Kehidupan Orang Percaya di dalam Kebenaran (4:17-5:21)

      4:17-24 5:1-2 5:6-14

      4:25-32 5:3-5 5:15-21

C. Kehidupan Orang Percaya di Dunia (5:22-6:9)

      5:22-24 6:1-8

      5:25-33 6:9

D. Kehidupan Orang Percaya dalam Peperangan (6:10-20)

      6:10-17 6:18-20

E. Kesimpulan (6:21-24)


Kitab Filipi

(Kristus: Kecukupan Allah untuk Kita)

Penulis dan Judul Kitab: Paulus adalah penulisnya. Surat ini ditulis untuk jemaat di Filipi, jemaat pertama yang dibentuk Paulus di Makedonia, dan judulnya, “Untuk Jemaat di Filipi.”

Tahun Penulisan: 60–61 M. Seperti halnya Efesus, surat ini ditulis pada saat Paulus berada di dalam penjara. Suratnya kepada penjaga Praetorian (Filipi 1:13) bersamaan dengan kemungkinan mati (1:20-26) menunjukkan kalau ia menulis dari Roma. Walaupun ada kemungkinan ia mati, Paulus juga yakin akan kebebasannya. Ini menunjukkan kalau Filipi ditulis setelah Efesus pada sekitar tahun 60 atau 61 M.

Tema dan Tujuan: Sementara Efesus menyatakan tentang misteri kemuliaan, “jemaat adalah tubuh Kristus,” Kristus sebagai kepala jemaat (1:22-23) dan Orang Percaya sebagai anggota tubuhNya dan diberkati dengan segala berkat rohani dalam Kristus (1:3; 2:11-22), Filipi merupakan penerapan dari Kitab Efesus. Kitab Filipi menjaga agar tidak ada kegagalan di dalam menjalankan persatuan yang diberikan Kristus dan mencegah kegagalan Orang Percaya untuk bersukatcita atas berkat dan posisi mereka di dalam Kristus (Filipi 1:27; 2:2; 4:1f). Tema Kitab Filipi adalah “sukacita dan kesatuan di dalam Kristus.”

Paulus mempunyai beberapa tujuan jelas di dalam menulis surat untuk Orang Filipi ini: (1) Ia mencoba untuk mengekspresikan kasihnya dan mengucapkan terima kasih atas pemberian yang telah mereka kirimkan untuknya (1:5; 4:10-19); (2) untuk memberikan laporan tentang kondisinya sendiri (1:12-26; 4:10-19); (3) untuk memberi semangat kepada Orang Filipi untuk tetap berdiri teguh walau dalam penyiksaan dan selalu bersukacita bagaimanapun situasinya (1:27-30; 4:4); (4) untuk mendesak mereka untuk hidup dalam kerendahan hati dan persatuan (2:1-11; 4:2-5); (5) untuk mengutus Timotius dan Epafroditus kepada jemaat di Filipi (2:19-30); dan (6) untuk memperingatkan jemaat di Filipi terhadap hukum Judaizers dan orang-orang jahat/bejat yang telah menyusup di antara mereka (ay. 3).

Kristus seperti yang Tergambar dalam Filipi:  Tidak ada satu bacaanpun di dalam Alkitab yang lebih jelas dan lebih nyata mengenai pikiran, fakta dan tujuan inkarnasi Kristus daripada yang dapat ditemukan di dalam kitab ini  (2:5-8). Paulus menyatakan Kristus sebagai: (1) kehidupan Orang Percaya (1:21); (2) contoh yang sempurna bagi Orang Percaya akan kerendahan hati dan pengorbanan kasih setia (2:4-5); (3) seseorang yang akan mengubahkan tubuh kita yang hina menjadi seperti tubuhNya yang mulia pada waktu kebangkitan (3:21); dan (4) sumber kekuatan kita dalam segala keadaan di dalam kehidupan kita (4:12).

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar79

  1. Salam Pembukaan dan Ucapan Syukur Bagi Orang Filipi (1:1-11)

1:1-2 1:3-11

  1. Kondisi Pribadi Paulus di Roma: Berkhotbah tentang Kristus (1:12-30)

1:12-18 1:21-26

1:19-20 1:27-30

  1. Pola Hidup Orang Kristen: Memiliki Pikiran Kristus (2:1-30)

2:1-4 2:12-13 2:19-30

2:5-11 2:14-18

  1. Pahala dari Kehidupan orang Kristen: Memiliki Pengenalan akan Kristus (3:1-21)

3:1 3:7-11 3:17-21

3:2-6 3:12-16

  1. Kedamaian Hidup Orang Kristen: Menyadari Kehadiran Kristus (4:1-23)

4:1-3 4:8-9 4:15-20

4:4-7 4:10-14 4:21-23


Kitab Kolose

(Kristus: Kepenuhan Allah untuk Kita)

Penulis dan Judul Kitab: Karena salam Paulus yang ada di dalam pasal 1:2, Kolose jadi dikenal sebagai surat “Untuk Jemaat di Kolose.”

Tahun Penulisan: 60–61 M. Paulus menulis keempat surat penjara selama pemenjaraannya yang pertama kali di Roma. Ini berarti ia menulis surat ini pada tahun 60-61 M. (lihat pembahasan pada tanggal penulisan di Efesus dan Filipi).

Tema dan Tujuan: Temanya adalah manfaat kuasa berita Injil yang menyatakan keunggulan, kepemimpinan dan kecukupan mutlak akan Kristus atas jemaat yang adalah tubuhNya. Dalam surat yang pendek ini, kita melihat “penggambaran Kristus secara total” yang ditulis oleh Paulus.80 Jemaat di Kolose membuktikan hal itu karena segalanya tentang Kristus ada pada jemaatNya dan telah dipenuhi di dalam kuasaNya. Sebagai obyek dari iman Orang Percaya, Ia adalah segalanya yang kita butuhkan, karena kita dipenuhi di dalam Dia (2:10). Dalam tujuannya, surat Kolose memberikan seluruh keunggulan, segala kecukupan, keunikan dan kepenuhan jemaat dan kuasa Yesus Kristus sebagai Juru Selamat, Allah yang menjadi manusia, sang Pencipta dan yang menopang langit dan bumi dan solusi total bagi kebutuhan manusia baik dalam hal waktu maupun kekekalan. Surat ini menampilkan Kristus sebagai Pencipta/Penopang dan Penghapus Dosa/Juru Damai manusia dan seluruh bumi.

Kristus seperti yang Tergambar dalam Kolose: Wilkinson dan Boa berpendapat demikian:

Kitab kekristenan yang luar biasa ini berpusat pada Kristus, “kepala semua pemerintah dan penguasa” (2:10), Allah pencipta (1:16-17), Pencipta perdamaian (1:20-22; 2:13-15). Ia adalah dasar pengharapan bagi Orang Percaya (1:5, 23, 27), sumber kekuatan Orang Percaya untuk hidup baru (1:11, 29), Penghapus dosa dan Pendamai Orang Percaya (1:14, 20-22; 2:11-15), perwujudan ketuhanan secara penuh (1:15, 19; 2:9), Pencipta dan Penopang segala sesuatu (1:16-17), Kepala jemaat (1:18), Allah manusia yang telah bangkit (1:18; 3:1), dan Juru Selamat yang mencukupkan segala sesuatu (1:28; 2:3, 20; 3:1-4).81

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar82

  1. Pengajaran: Jemaat dan Pekerjaan Kristus (1:1–2:5)

1:1-2 1:13-14 1:24-29

1:3-8 1:15-20 2:1-5

1:9-12 1:21-23

  1. Polemik (Analisis): Masalah Heretikal (bida’ah) dalam Terang Persatuan dengan Kristus (2:6-3:4)

2:6-7 2:16-19 3:1-4

2:8-15 2:20-23

  1. Praktek: Pengamalan Orang Percaya di dalam Kristus (3:5–4:6)

3:5-11 3:22-25 4:5-6

3:12-17 4:1

3:18-21 4:2-4

  1. Pribadi: Rencana-rencana Pribadi dan Pekerjaan Sang Rasul (4:7-18)

4:7-9 4:10-17 4:18


Kitab Satu Tesalonika

(Kristus: Janji Allah untuk Kita)

Penulis dan Judul Kitab: Sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat 1:1 dan 2:18, Paulus adalah penulis kitab 1 Tesalonika.

Tahun Penulisan: 51–52 M. Kedua surat Tesalonika ditulis dari Korintus ketika rasul Paulus tinggal di kota itu untuk selama 18 bulan (Kisah Para Rasul 18:1-11). Surat yang pertama ditulis pada bagian awal dari periode tersebut sesaat setelah Timotius kembali dari Tesalonika dengan membawa berita tentang kemajuan jemaat. Surat kedua dikirim hanya beberapa minggu (atau paling lama sekitar beberapa bulan) kemudian. Setiap tanggal yang diajukan harus diperkirakan, walaupun kemungkinan adalah tahun 51-52 M.

Tema dan Tujuan: Paulus berada di Tesalonika hanya selama tiga minggu (Kisah Para Rasul 17:2), jadi ia tidak bisa memberikan petunjuk yang memadai bagi jemaat yang baru. Karena itu, tujuan surat yang ditujukan untuk jemaat Tesalonika ini dapat disimpulkan sebagai berikut: untuk mengungkapkan rasa syukurnya atas apa yang telah Allah lakukan dalam kehidupan jemaat Tesalonika (1:2-3), untuk melindungi dirinya terhadap propaganda yang memfitnah pelayanannya (2:1-12), untuk memberi semangat kepada mereka agar tetap teguh berdiri melawan penganiayaan dan tekanan untuk kembali ke kehidupan berhala mereka yang dulu (3:2-3; 4:1-12), untuk menjawab pertanyaan yang bersifat doktrin mengenai nasib orang Kristen yang telah mati (4:1-13), untuk menjawab pertanyaan tentang “Hari Tuhan” (5:1-11) dan untuk menghadapi masalah-masalah yang telah berkembang di dalam kehidupan mereka sebagai jemaat (5:12-13; 19-20).

Kristus seperti yang Tergambar dalam 1 Tesalonika: Dengan disebutkannya hal tentang kedatangan Tuhan pada setiap pasal, Kristus dikatakan sebagai harapan keselamatan bagi Orang percaya sekarang dan pada saat kedatanganNya. Ketika Ia datang, Ia akan menyelamatkan kita dari kemurkaan (tidak diragukan lagi ini berkenaan dengan Kesengsaraan) (1:10; 5:4-11), memberi upah (2:19), menyempurnakan kita (3:13), membangkitkan kita (4:13-18) dan menguduskan (memisahkan kita) semua orang yang percaya kepadaNya (5:23)

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Masa Lalu: Pekerjaan Iman (1:1–3:13)

1:1-5 2:9-12 3:1-5

1:6-10 2:13-16 3:6-10

2:1-8 2:17-20 3:11-13

  1. Masa Sekarang: Pekerjaan Tanpa Meminta Bayaran (4:1-12)

4:1-8 4:9-12

  1. Masa Depan: Kesabaran akan Pengharapan (4:13–5:28)

4:13-18 5:12-13 5:23-24

5:1-11 5:14-22 5:25-28


Kitab Dua Tesalonika

(Kristus: Upah Allah untuk Kita)

Penulis dan Judul Kitab: Seperti halnya 1 Tesalonika, surat ini juga ditulis oleh Paulus (2 Tesalonika 1:1; 3:17).

Tahun Penulisan: 51–52 M. Karena kondisi sejarahnya sangat serupa dengan yang ada di 1 Tesalonika, kebanyak orang percaya kalau surat ini ditulis tidak lama setelah surat yang pertama, kemungkinan sekitar enam bulan. Walau kondisi jemaatnya serupa, namun penganiayaan tampaknya semakin berkembang (1:4-5), dan hal ini bersama dengan faktor-faktor lain, membawa Paulus menulis surat ini dari Korintus pada sekitar tahun 51 atau 52 setelah Silas dan Timotius, yang membawa surat pertama, kembali dengan berita tentang perkembangan-perkembangan baru.

Tema dan Tujuan: 2 Tesalonika nyata sekali didorong oleh tiga perkembangan utama yang Paulus dengar mengenai: (1) berita tentang meningkatnya penganiayaan yang sedang mereka hadapi (1:4-5), (2) laporan-laporan tentang surat Paulus palsu dan penyimpangan-penyimpangan lain tentang pengajarannya mengenai “Hari Tuhan” (2:1f) dan (3) cara sebagian orang merespon untuk mempercayai kedatangan Tuhan kembali. Keyakinan ini digunakan sebagai dasar untuk tidak melakukan pekerjaan mereka sehari-hari, jadi rasul Paulus menulis untuk menegur mereka dari kemalasan mereka dan ketidak teraturan hidup mereka yang telah meningkat (3:5-15).

Untuk memenuhi kebutuhan itulah maka surat ini ditulis, Paulus menulis surat ini untuk menghibur dan memperbaiki. Dalam pelaksanaannya ia mengejar tiga tujuan besar. Ia menulis: (1) untuk memberi inspirasi kepada para jemaat Tesalonika untuk bertahan dengan cara memberi gambaran tentang upah dan hukuman yang akan diterima pada  penghakiman Allah di masa depan (1:3-10); (2) untuk mengklarifikasi peristiwa-peristiwa penting yang berhubungan dengan hari Tuhan demi untuk membuktikan pernyataan-pernyataan yang tidak benar bahwa hari tersebut telah tiba (2:1-2); (3) untuk memberikan petunjuk yang terperinci yang mencakup langkah-langkah yang harus diambil gereja untuk memperbaiki orang-orang yang tidak mau bekerja (3:6-15).

Kristus seperti yang Tergambar dalam 2 Tesalonika: Tema besar kitab ini, khususnya pasal 1-2, adalah kedatangan Kristus kembali pada hari penghakiman ketika Ia akan mengalahkan semua pendurhaka dan memberikan hukuman. 2 Tesalonika mengantisipasi Kristus, Penghakiman yang akan datang.

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Salam Pembukaan atau Penghormatan (1:1-2)

  2. Ia Menghargai dan Menghibur Berkenaan dengan Penganiayaan (1:3-12)

  3. Ia Memperbaiki dan Menegur Berkenaan dengan Hari Tuhan (2:1-17)

2:1-2 2:13-15 2:16-17

  1. Ia Memberi Perintah dan Memberi Hukuman Berkenaan dengan Pemujaan Berhala (3:1-5)

3:1-5 3:6-13 3:14-15

  1. Ucapan Syukur Penutup dan Salam (3:16-18)   


Kitab Satu Timotius

(Kristus: Pengantara Allah untuk Kita)

Penulis dan Judul Kitab: Timotius adalah pendeta muda di Efesus yang menghadapi konflik dan tantangan di dalam gereja dan komunitasnya. Paulus, sebagai pembimbing Timotius, menulis untuknya dua surat pribadi berisi saran-saran dan nasihat. Untuk alasan yang serupa Paulus menulis surat untuk Titus di Kreta. Ketiga surat ini disebut surat-surat pastoral.

Tahun Penulisan: 63 M. Tanggal ini kelihatannya pasti dengan membandingkan Kisah Para Rasul dan Surat-surat bahwa 1 Timotius dan Titus masuk ke dalam periode setelah pembebasan Paulus yang pertama dan acquital (pembatalan tuntutan hukum) di Roma. Karena hal ini, 1 Timotius pastilah bertanggal setelah pembebasan pertamanya ini yaitu sekitar musim semi pada tahun 63 M., namun sebelum awal penganiayaan di bawah pemerintahan Nero pemimpin Romawi pada tahun 64 M. Surat ini kemungkinan ditulis pada tahun   63 M. sesaat setelah pembebasannya yang pertama. Titus ditulis sekitar tahun 65 M. dan 2 Timotius pada tahun 66 M. Paulus meningal tahun 67 M., menurut bapa jemaat mula-mula, Eusebius. Sebagai warga negara Roma, ia mati oleh pedang (dipenggal kepalanya) bukan disalib seperti halnya Petrus.

Perjalanan pelayanan Paulus berlangsung selama tahun 48-56 M. Dari tahun 56-60 M. Paulus dengan perlahan-lahan melakukan perjalanannya melewati wilayah Romawi dan akhirnya tiba di Roma. Untuk selama dua tahun, 61-62 M., Paulus di awasi sebagai tahanan rumah di Roma dan pada akhir masa itu, ia dibebaskan. Dari tahun 62-67 M. Paulus melakukan perjalanan dengan agak leluasa, meninggalkan Timotius di Efesus dan Titus di Kreta, dan setelah itu menulis surat untuk mereka masing-masing. Jadi perkiraan tanggal untuk 1 Timotius dan Titus adalah kemungkinan tahun 63-65 M. Setelah ditangkap kembali dan sekali lagi dipenjara, Paulus menulis surat kedua kepada Timotius, 2 Timotius. Jadi 2 Timotius yang diperkirakan dari tahun 66 M. mewakili surat Paulus yang terakhir.83

Tema dan Tujuan: Dalam 1 Timotius paling sedikit dapat lihat lima tujuan yang jelas. Paulus menulis: (1) untuk membesarkan hati dan mendorong semangat dan keberanian Timotius dengan mengingatkan dia akan tanggung jawab atau kewajibannya (1:3), tentang karunia rohnya (4:14), kesaksiannya yang  benar (6:12) dan setumpuk pengajaran yang dipercayakan kepadanya (6:20); (2) untuk memberikan pandangan Alkitabiah kepada Timotius dalam menghadapi guru-guru palsu dan untuk menyemangati Timotius untuk melanjutkan ajaran sehat (1:3-11, 18-20; 4:1-16; 6:3-10); (3) untuk memberi pengarahan tentang tindakan gereja dalam melakukan ibadah (2:1-15); (4) untuk memberi bimbingan mengenai banyak pokok persoalan yang akan timbul dan menunjukkan bagaimana cara menanganinya termasuk hal-hal seperti kualifikasi untuk para penatua dan diaken (3:1-16) dan sikap yang sesuai dalam mengahadapi kelompok-kelompok yang berbeda (5:1-20); dan (5) untuk memperingati dalam menghadapi kejahatan matrialisme (6:11-19).

Tema 1 Timotius, seperti halnya Titus dan 2 Timotius, melibatkan pribadi dan gereja. Untuk pribadi temanya adalah “memperjuangkan perjuangan yang baik” (1:18). Untuk jemaat, temanya adalah bagaimana agar bisa berfungsi di gereja, rumah Allah (3:15).

Kristus seperti yang Tergambar dalam 1 Timotius: Beberapa bacaan sangat menonjol dalam menunjuk kita sebagai tokoh dan pelayan Sang Juru Selamat. Dialah sumber panggilan kami, kekuatan, iman dan kasih yang sangat dibutuhkan untuk pelayanan (1:12-14); seseorang yang datang untuk menyelamatkan orang berdosa (1:15); “Pengantara antara Allah dan manusia” (2:5); “Dia, yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh, yang menampakkan diriNya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan” (3:16); dan “Juru Selamat semua manusia, terutama mereka yang percaya” (4:10).

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Salam Pembukaan (1:1-2)

  2. Petunjuk Mengenai Ajaran (1:3-20)

1:3-7 1:12-17

1:8-11 1:18-20

  1. Petunjuk Mengenai Ibadah (2:1-15)

2:1-7 2:8 2:9-15

  1. Petunjuk Mengenai Pemimpin Gereja (3:1-16)

3:1-7 3:8-13 3:14-16

  1. Petunjuk Mengenai Marabahaya (4:1-16)

4:1-5 4:6-10 4:11-16

  1. Petunjuk Mengenai Berbagai Macam Tanggung Jawab (5:1–6:10)

5:1-2 5:17-22 6:1-2

5:3-8 5:23 6:3-10

5:9-16 5:24-25

  1. Petunjuk Akhir untuk Timotius (6:11-21)

6:11-16 6:17-19 6:20-21


Kitab Dua Timotius

(Kristus: Hakim Allah untuk Kita)

Penulis dan Judul Kitab: Lihat 1 Timotius

Tahun Penulisan: Lihat 1 Timotius

Tema dan Tujuan: Ketika kita beralih ke 2 Timotius kita menemukan suasana yang sangat berbeda. Dalam 1 Timotius dan Titus, Paulus bebas dan bisa melakukan perjalanan, tetapi disini ia adalah seorang tahanan yang menghadapai hukuman mati. Dalam surat ini Paulus mempunyai dua tujuan utama dalam pikirannya: (1) untuk mendesak Timotius agar datang ke Roma secepatnya mengingat kematiannya yang tinggal sebentar lagi (bandingkan 4:9, 21 dengan 4:6-8); dan (2) untuk memperingatkan Timotius agar tetap memegang ajaran yang sehat, untuk mempertahankannya melawan segala kesesatan, untuk ikut menderita sebagai prajurit yang baik dan menyadari kalau kita hidup di jaman dimana kebejatan tumbuh pesat.

Sama seperti 1 Timotius, tema dalam kitab ini mencakup aspek-aspek pribadi dan gereja: Untuk pribadi, temanya adalah “mengobarkan karunia Allah yang ada padamu” (2 Timotius 1:6), walaupun ada beberapa ayat lagi yang dapat membentuk tema baik untuk pribadi maupun gereja (1:14; 2:1-2; 2:15; 4:5). Untuk gereja, temanya adalah untuk mempercayakan pengajaran sehat kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang cakap mengajar orang lain dan juga ikut menderita dan melayani sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus (2:2-4), atau mungkin memperjuangkan perjuangan yang baik dan mengakhiri perjalanan (4:6-7).

Kristus seperti yang Tergambar dalam 2 Timotius: Inti dari semua pelayanan dan kemampuan kami untuk bertahan dalam pelayanan adalah pengajaran tentang Kristus secara pribadi dan pekerjaanNya. Hal ini tidaklah mengherankan, karena itu walaupun di dalam Alkitab menekankan penderitaan dalam pelayanan, namun ajaran Kristuslah landasannya. Di sini, Ia digambarkan sebagai Orang yang  “telah mematahkan maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa” (1:10), sebagai Orang yang telah bangkit dari antara orang mati (2:8), sebagai Orang yang memberi keselamatan dan kemuliaan yang kekal (2:10), sebagai Orang yang dengan siapa Orang Percaya telah mati dan dengan siapa mereka akan hidup, dan dari siapa mereka akan mendapat anugerah (mahkota kebenaran) atas pelayanan yang setia dan akan ikut memerintah dengan Dia (2:11-13; 4:8).

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Salam Pembukaan (1:1-2)

  2. Ungkapan Terima Kasih untuk Timotius (1:3-7)

  3. Panggilan untuk Mengingat Tanggung Jawab Timotius (1:8-18)

1:8-14 1:15-18

  1. Karakter Pelayan yang Setia (2:1-26)

2:1-7 2:14-19

2:8-13 2:20-26

  1. Peringatan untuk Pelayan yang Setia (3:1-17)

3:1-9 3:10-17

  1. Panggilan untuk Memberitakan Firman (4:1-5)

  2. Penghiburan bagi Pelayan yang Setia (4:6-18)

4:6-8 4:9-15 4:16-18

  1. Salam Penutup (4:19-22)


Kitab Titus

(Kristus: Kebaikan Allah untuk Kita)

Penulis dan Judul Kitab: Karena Surat Pastoral telah dibahas sebelumnya tentang hal penulisnya, lihat I Timotius.

Titus tidak pernah disebutkan di dalam Kisah Para Rasul, namun banyak referensi mengenainya dalam surat-surat Paulus (13 kali). Tulisan-tulisan ini menjelaskan bahwa ia adalah salah satu dari rekan sekerja Paulus yang terdekat dan paling dipercaya dalam pemberitaan Injil. Ketika Paulus meninggalkan Antiokhia menuju Yerusalem untuk mendiskusikan Injil kemuliaan (Kisah Para Rasul 15:1f) dengan penatua-penatua di sana, ia membawa Titus (seorang yang bukan Yahudi) bersamanya (Galatia 2:1-3) sebagai contoh orang yang diterima oleh kasih karunia tanpa disunat. Hal ini memperkuat keteguhan Paulus atas pokok persoalan tersebut (Galatia 2:3-5). Nampak juga kalau Titus bekerja bersama Paulus di Efesus selama perjalanan pelayanan yang ketiga. Dari sana rasul Paulus mengirim Titus ke Korintus dimana ia membantu gereja dan pekerjaannya di sana (2 Korintus 2:12-13; 7:5-6; 8:6).

Tahun Penulisan: 65 M. Ringkasan tentang kejadian-kejadian penting untuk surat ini akan membantu memberikan beberapa ide tentang kemungkinan pertanggalan untuk Titus, walaupun tidak diketahui tanggal pastinya. Paulus dibebaskan dari tahanan rumahnya di Roma (dimana kita menemukannya pada bagian akhir Kisah Para Rasul). Kemungkinan karena Paulus adalah warga negara Roma dan para penuntutnya tidak dapat membuktikan tuduhannya, mereka memilih untuk tidak menuntutnya di depan Kaisar (Kisah Para Rasul 24-25; 28:30). Mereka kehilangan kasusnya dan Paulus dibebaskan. Rasul Paulus kemudian mengunjungi Efesus, dimana ia meninggalkan Timotius untuk mengawasi gereja, dan terus ke Makedonia. Dari Makedonia (Yunani utara), ia menulis 1 Timotius (1Timotius 1:3). Kemudian ia mengunjungi Kreta, meninggalkan Titus di sana untuk mengatur hal-hal yang tersisa pada gereja di Kreta. Berikutnya, Paulus pergi ke Nikopolis di Akhaya (Yunani selatan, Titus 3:12). Kemudian, kemungkinan dari Makedonia atau Nikopolis, Paulus menulis surat Titus untuk membesarkan hatinya dan memberinya instruksi. Setelah itu, ia mengunjungi Troas (2 Timotius 4:13) dimana ia kemudian ditangkap, dibawa ke Roma, dipenjara dan akhirnya dipenggal kepalanya. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, dari Roma lah, yaitu di dalam penjara selama penahanannya yang kedua ia menulis 2 Timotius. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 62-67 M.

Tema dan Tujuan: Beberapa tema dan tujuan dapat dilihat dalam surat ini. Paulus menulis: (1) untuk menginstruksikan Titus tentang apa yang harus ia lakukan untuk memperbaiki permasalahan dalam hal kekurangteraturan pembangunan gereja-gereja di Kreta; (2) untuk memberi Titus kuasa pribadi dalam menghadapi para penentang (2:15; 3:1-15); (3) untuk memberi petunjuk tentang bagaimana menghadapi para penentang ini; dan petunjuk istimewa mengenai iman dan perbuatan; (4) untuk memperingatkan tentang guru-guru palsu (1:5, 10-11; 2:1-8, 15; 3:1-11); dan (5) untuk menyatakan rencananya bergabung dengan Titus lagi di Nikopolis selama musim dingin (3:12). Apakah pertemuan ini pernah terjadi atau tidak, kita tidak tahu. Sejarah mengatakan kalau Titus belakangan kembali ke Kreta dan membaktikan seluruh sisa hidupnya di sana.

Tema kitab ini adalah untuk memperlihatkan bagaimana kemuliaan Allah pada kita dalam hidup yang diselamatkan dan kematian dalam Kristus memerintahkan kita untuk menolak kemurtadan dan untuk hidup secara benar dan bijaksana seperti orang yang dipenuhi dengan pelayanan yang baik yang berpegang pada firman Allah (2:10-3:9).

Beberapa pokok persoalan yang penting dibahas dalam surat ini termasuk kualifikasi bagi para penatua (1:5-9), petunjuk bagi kelompok-kelompok usia yang berbeda (2:1-8), hubungan dengan pemerintah (3:1-2), hubungan regenerasi bagi pelayanan manusia dan bagi Roh Kudus (3:5) dan peranan kasih karunia dalam menyatakan pekerjaan yang baik di antara anak-anak Allah (2:11–3:8).

Kristus seperti yang Tergambar dalam Titus: Konsisten dengan pengajaran Paulus yang lainnya, kita melihat bagaimana sikap orang Kristen dihubungkan dengan sosok dan pekerjaan Kristus—masa lalu, sekarang dan masa depan. Dalam kitab ini kita melihat pekerjaan ketuhanan dan penghapusan dosa oleh Juru Selamat (2:12). Di sini Kristus digambarkan sebagai “Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik” (2:13-14).

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Penghormatan dan Salam Pembukaan (1:1-4)

  2. Kualifikasi Para Penatua di dalam Gereja (1:5-9)

  3. Pelanggaran-pelanggaran Gereja (1:10-16)

  4. Cara Kerja Gereja (2:1–3:11)

2:1-2 2:9-10 3:1-11

2:3-5 2:11-14

2:6-8 2:15

  1. Petunjuk Akhir dan Salam (3:12-15)


Kitab Filemon

(Kristus: Kepercayaan Allah untuk Kita)

Penulis dan Judul Kitab: Sama seperti surat-surat penjara lainnya (Efesus, Filipi dan Kolose). Filemon ditulis oleh Paulus selama masa penahanannya yang pertama di Roma. Surat ini ditulis untuk Filemon, pemilik Onesimus, salah satu dari jutaan hamba di Kerajaan Romawi, yang pernah mencuri dari tuannya dan kemudian melarikan diri. Onesimus melakukan perjalanan ke Roma dimana ia bertemu dengan rasul Paulus, yang membimbingnya untuk percaya kepada Kristus (1:10). Jadi sekarang, Onesimus dan Filemon dihadapkan dengan tugas kekristenannya terhadap satu sama lain. Onesimus kembali kepada tuannya dan Filemon harus menerimanya dengan penuh maaf sebagai seorang saudara Kristen. Hukuman mati adalah hukuman yang biasa diterima bagi hamba yang melarikan diri, tetapi Paulus menengahi atas nama Onesimus.

Tahun Penulisan: 60–61 M. Karena surat ini ditulis pada waktu Paulus dipenjara pertama kalinya di Roma, maka surat ini ditulis sekitar tahun 60–61 M.

Tema dan Tujuan: Tujuan utama dari surat ini, surat yang paling pribadi dari semua surat-surat Paulus, adalah untuk meminta Filemon agar mengampuni Onesimus dan menerimanya kembali sebagai saudara kekasih dan rekan pelayanan di dalam Injil (1:10-17). Paulus meminta Filemon agar menanggungkan semua hutang yang pernah dibuat Onesimus kepadanya. Dengan demikian, surat ini sesuai dengan penggambaran Kristus yang mengambil posisi kita sebagai pengganti kita (1:18). Tujuan kedua adalah untuk mengajar kepraktisan kasih Kristus seperti yang kita cari untuk mengekspresikan efek perubahan hidup Kristus di dalam hidup kita. Injil mengubah hubungan kita dengan orang lain, baik di rumah atau dalam hubungan tuan/hamba atau boss/pegawai. Di dalam surat penjara lainnya, Paulus berbicara mengenai hubungan yang baru ini (Efesus 6:5-9; Kolose 3:22; 4:1). Di surat ini kita mempunyai contoh yang sangat indah. Tujuan utama adalah untuk menyatakan rasa terima kasih Paulus kepada Filemon dan untuk meminta disediakan tempat tinggal baginya saat ia dibebaskan dari penjara (1:4-7, 22). Tema surat ini adalah kuasa Injil yang dapat merubah kehidupan yang mencapai berbagai kondisi sosial dalam masyarakat dan merubah hubungan kita dari keterikatan menjadi persaudaraan.

Filemon bukanlah satu-satunya pemilik hamba di gereja Kolose (Kolose 4:1), jadi surat ini memberi arahan bagi tuan-tuan Kristen lainnya dalam hubungan mereka kepada saudara-budak mereka. Paulus tidak mengingkari hak Filemon atas hambanya, tetapi ia meminta Filemon untuk merelasikan prinsip persaudaraan Kristen dalam kondisinya dengan Onesimus (1:16). Di saat yang sama, Paulus menawarkan untuk membayar secara pribadi semua hutang Onesimus. Surat ini bukanlah serangan untuk melawan perbudakan, tetapi suatu saran untuk bagaimana tuan-tuan Kristen dan hambanya dapat hidup dengan imannya di dalam sistem tersebut. Mungkin saja Filemon membebaskan Onesimus dan mengirimnya kembali kepada Paulus (1:14). Juga dikatakan kalau Onesimus menjadi seorang pendeta dan kemudian menjadi pemimpin gereja di Efesus.84

Kristus seperti yang Tergambar dalam Filemon: Pengampunan yang didapatkan oleh Orang Percaya dalam Kristus secara indah digambarkan dengan analogi (ilustrasi) di dalam Filemon. Onesimus, bersalah karena melakukan pelanggaran besar (1:11, 18), termotivasi oleh kasih Paulus untuk menengahi demi namanya (1:10-17). Paulus mengesampingkan haknya (1:80) dan menjadi pengganti Onesimus dengan cara menanggung semua hutangnya (1:19-19). Dengan sikap Filemon yang mulia, Onesimus diperbaharui dan ditempatkan dalam suatu hubungan yang baru (1:15-16). Dalam analogi ini, kita adalah Onesimus. Pembelaan Paulus di depan Filemon sejajar dengan pekerjaan Kristus sebagai pengantara di hadapan Bapa. Onesimus disalahkan oleh hukum namun diselamatkan oleh kasih karunia.85

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Doa Ucapan Syukur untuk Filemon (1:1-7)

1:1-3 1:4-7

  1. Permintaan Paulus Mengenai Onesimus (1:8-18)

1:8-9 1:10-16 1:17-18

  1. Janji Paulus kepada Filemon (1:19-21)

  2. Hal-hal Pribadi (1:22-25)


Bagian 3

Surat-Surat Umum

Pendahuluan: Sekarang kita sampai pada delapan surat terakhir dalam Perjanjian Baru, tujuh di antaranya lebih sering disebut sebagai Surat-Surat Umum atau Surat-Surat Katolik, walaupun Ibrani tidak dimasukkan lagi ke dalam kategori ini. Istilah Katolik digunakan dalam arti umum atau menyeluruh untuk membedakannya dari surat-surat Paulus yang ditujukan pada gereja maupun perseorangan.86   Dalam peruntukkannya (kecuali untuk 2 dan 3 Yohanes) mereka tidak dibatasi hanya pada satu wilayah. Sebagai ilustrasi, Yakobus ditujukan “kepada kedua belas suku di perantauan,” yang mana merupakan suatu penunjukkan bagi Orang Percaya dimanapun berada (hampir sama seperti semua Kristen Yahudi pada jaman itu). Kemudian 1 Petrus ditujukan “kepada orang-orang pendatang (bukan penduduk), yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia,” yang merupakan penunjukkan bagi Orang Percaya di wilayah-wilayah yang berbeda ini. Surat 2 dan 3 Yohanes juga dimasukkan ke dalam kelompok ini walaupun mereka ditujukan kepada orang-orang tertentu. Karena perbedaan inilah, dalam penelitian ini kedelapan kitab ini secara sederhana disebut “Surat-Surat Umum.” Harus dicatat kalau surat-surat Paulus tidak diberi judul berdasarkan nama si penerima surat, namun, dengan pengecualian kitab Ibrani, seluruh surat ini diberi judul berdasarkan nama dari para penulisnya.

Secara umum, dapat kita katakan kalau Yakobus dan 1 Petrus bersifat ethical (berhubungan dengan prisnsip-prinsip ketuhanan tentang benar dan salah), memanggil Orang Percaya menuju jalan kudus bersama dengan Juru Selamat. 2 Petrus dan Yudas bersifat eschatological (ramalan), memperingatkan Orang Percaya terhadap kehadiran guru-guru palsu dan memanggil mereka untuk melawannya demi iman. Ibrani dan surat-surat Yohanes utamanya bersifat Christological dan ethical, memanggil orang Kristen untuk diam di dalam Kristus sebagai wahyu Allah yang terakhir dan pemenuhan atas janji yang ada dalam Perjanjian Lama, untuk mengenal tentang kehidupanNya dan tidak keluar dari kebenaran Injil.

Kedelapan surat ini mempunyai pengaruh yang kuat bila dibandingkan dengan panjang suratnya (kurang dari 10 persen dari Perjanjian Baru). Surat-surat ini menambah ketigabelas surat Paulus dengan memberikan perspektif yang berbeda atas kekayaan kebenaran Kristsen. Masing-masing dari kelima penulisnya (Yakobus, Petrus, Yohanes, Yudas dan pengarang Ibrani) memiliki sumbangan yang berbeda-beda dari sudut pandangnya sendiri. Sama hebatnya seperti surat-surat Paulus, pewahyuan dalam Perjanjian Baru setelah Kisah Para Rasul akan sama sekali terbatas pada satu perspektif kerasulan apabila tulisan dari kelima orang ini tidak dimasukkan.87


Kitab Ibrani

(Kristus: Satu-satunya di Atas Segalanya)

Penulis dan Judul Kitab: Untuk sekitar 1200 tahun (400-1600 M) kitab ini sering disebut ,”Surat Paulus untuk orang-orang Ibrani,” namun tidak ada persetujuan mengenai penulisnya pada abad-abad awal. Judul yang paling tua dan paling dapat dipercaya untuk kitab ini adalah, “untuk orang-orang ibrani.”

Telah banyak usul dan argumen-argumen yang sangat detil disampaikan oleh para ilmuwan, tetapi pada kenyataannya nama si pengarang tidak pernah disebutkan dalam kitab tersebut dan dalam intisarinya, seperti tempat penulisan, tanggal dan bahkan para pembacanya tidak diketahui.

Kitab ini bukannya tanpa nama bagi para pembaca pertama; mereka tahu penulisnya (13:18-24). Untuk beberapa alasan, tradisi jemaat pada masa awal terbagi atas identitas para penulis. Sebagian jemaat menghubungkannya dengan Paulus; yang lainnya lebih kepada Barnabas, Lukas atau Klemens; dan yang lain lagi memilih anonimitas (tetap tidak diketahui penulisnya). Kedalaman spiritual dan kualitas orang-orang Ibrani melahirkan saksi-saksi atas inspirasinya, walaupun tidak bernama.

Karena penerima surat tidak disebutkan seperti yang ada dalam surat-surat Paulus, bisa kita katakan sesuatu tentang mereka. Karena banyaknya kutipan dari Perjanjian Lama dan penekanan pada sistem upacara korban, maka kuat diduga jika mereka adalah orang Ibrani. Zane C. Hodges mengatakan:

Seperti penulisnya, identitas pembaca pertama kitab Ibrani tidaklah diketahui. Meskipun demikian, mereka terbukti merupakan bagian dari komunitas tertentu. Ini muncul dari beberapa pertimbangan. Pembacanya mempunyai sejarah yang pasti dan penulisnya menghubungkannya dengan “masa lalu” mereka (10:32-34); ia tahu tentang masa lalu mereka dan kebaikannya pada masa sekarang kepada orang Kristen lainnya (6:10); dan ia mampu untuk menulis secara rinci mengenai kondisi spiritual mereka sekarang  (5:11-14). Tambahan lagi, sang penulis mempunyai hubungan yang jelas dengan mereka dan menyatakan keinginannya untuk mengunjungi mereka, kemungkinan bersama-sama dengan Timotius (13:19, 23). Ia juga memohon doa mereka (13:18).

Dari segala kemungkinan para pembacanya utamanya adalah dari latar belakang Yahudi. Walaupun hal ini terkadang dipertanyakan, isi dari surat ini mendukung hal tersebut. Tentu saja judul asli “Untuk orang-orang Ibrani” kemungkinan hanyalah dugaan saja, tetapi ini adalah yang paling sesuai. Apabila semuanya ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi, bisa dikatakan bahwa pada kenyataannya penekanan utama penulis tetaplah pada orang Yahudi asli dan argumennya yang sungguh-sungguh terhadap sistem Lewi yang bersifat permanen merupakan penjelasan yang paling baik jika sebagian besar pendengarnya adalah orang Yahudi dan cenderung untuk terpengaruh kembali kepada imannya yang dulu. Seruan yang keras dan luas kepada kewenangan Alkitab Perjanjian Lama juga merupakan yang paling sesuai untuk para pembaca yang telah dibesarkan dengan pemikiran tersebut.88

Tahun Penulisan: 64–68 M. Beberapa fakta mengarah pada tanggal antara 64-68 M. Pertama, kitab ini dikutip oleh Klemens dari Roma (seorang pendeta dari gereja pertama) pada tahun 95 M, jadi kitab ini pasti telah ditulis sebelum waktu tersebut. Kedua, tampaknya cukup jelas kalau kitab ini ditulis sebelum penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M. untuk alasan-alasan berikut: (1) si penulis pasti telah menyebutkan penghancuran Bait Allah seiring dengan berakhirnya sistem pengorbanan bangsa Yahudi apabila hal penting semacam ini telah terjadi, khususnya dalam pandangan argumentasi kitab ini; (2) penulis berbicara mengenai Bait Allah dan aktifitas kependetaan dalam tindakan-tindakan yang mengindikasikan kalau hal itu masih terus berlangsung (5:1-3; 7:23, 27; 8:3-5; 9:6-9, 13, 25; 10:1, 3-4, 8, 11; 13:10-11); (3) penulis mengacu pada keberangkatan Timotius yang baru terjadi dalam 13:23, yang apabila dihubungkan dengan pelayanan Paulus di Roma, menunjuk pada tanggal di akhir tahun 60-an.

Tema dan Tujuan: Jelasnya, tema dari kitab Ibrani adalah kebesaran Kristus atau kuasaNya dan juga kekristenan yang jauh melampaui sistem-sistem Perjanjian Lama. Beberapa kata—lebih baik, sempurna dan surgawi—dipergunakan secara menonjol untuk menunjukkan hal ini. Sebagai tujuan utamanya, penulis mencoba untuk menampilkan lima cara penting yang membuat Kristus itu lebih tinggi dan lebih baik. Ia lebih tinggi : (1) dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama (1:1-3); (2) dari para malaikat (1:4–2:18); (3) dari Musa (3:1-6); (4) dari Yosua (3:7–4:16); (5) dari Imam Harun (5:1–10:18). Tujuan dari tema ini adalah untuk memperingatkan para pembacanya akan bahayanya melepaskan hakekat yang mereka miliki dalam Kristus untuk bayang-bayang sementara dari sistem dalam Perjanjian Lama (10:1). Jadi, para pembaca didorong untuk memasuki kedewasaan dan upahnya sebagai Orang Percaya yang beriman, memenuhi panggilan surgawinya. Untuk melakukan hal ini, terdapat lima bacaan peringatan yang turut dimasukkan untuk menantang mereka agar meningkatkan iman Kristen mereka (2:1-4; 3:1–4:13; 5:11–6:20; 10:26-39; 12:14-29).

Kristus seperti yang Tergambar dalam Ibrani: Dalam mencapai tujuan untuk menunjukkan superioritas Kristus, kitab Ibrani menjadi kitab tunggal yang paling Kristologis dalam Perjanjian Baru. Di sini, Ia dinyatakan sebagai Anak, sebagai yang paling bercahaya dan yang mewakili hakekat Allah (1:3, 13), sebagai Sosok yang duduk di sebelah kanan Allah (1:3), sebagai Sosok yang dinyatakan oleh Allah Bapa sebagai Allah (1:8-9), sebagai Pencipta yang abadi (1:10-12) dan sebagai Imam Besar untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek (psl 7). Di sini Kristus ditampilkan sebagai Nabi manusia yang juga Tuhan, Pendeta dan Raja. Ia dipandang sebagai penebus dosa kita yang sekali dan untuk selamanya berurusan dengan dosa kita dan menyelesaikan apa yang tidak bisa dilakukan oleh pengorbanan sementara. Dengan demikian, kini Ia telah naik ke Surga sebagai Imam Besar kita yang bersimpati dengan kelemahan kita.

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Superioritas Kristus Terhadap Penatua-penatua dari Perjanjian Lama (1:1–7:28)

A. Kristus Lebih Tinggi dari Nabi-nabi Perjanjian Lama (1:1-3)

B. Kristus Lebih Tinggi dari Para Malaikat (1:4–2:18)

      1:4-14 2:5-8 2:14-18

      2:1-4 2:9-13

C. Kristus Lebih Tinggi dari Musa (3:1-6)

D. Kristus Lebih Tinggi dari Yosua (3:7–4:13)

      3:7-11 4:1-5

      3:12-19 4:6-13

E. Kristus Lebih Tinggi dari Keimaman Harus (4:14–7:28)

1) Nasihat untuk Tetap Teguh (4:14-16)

2) Kualifikasi Seorang Imam (5:1-10)

       5:1-4 5:5-10

3) Nasihat untuk Meninggalkan Kemalasan Spiritual (5:11-6:12)

       5:11-14 6:1-8 6:9-12

4) Kepastian Janji Allah (6:13-20)

5) Peraturan Imam Besar Kristus (6:13-20)

       7:1-3 7:11-22

       7:4-10 7:23-28

  1. Mujizat Pengorbanan Besar sebagai Imam Besar Kita (8:1–10:39)

A. Perjanjian yang Lebih Baik (8:1-13)

      8:1-6 8:7-13

B. Penyucian yang Lebih Baik (9:1-10)

      9:1-5 9:6-10

C. Pengorbanan yang Lebih Baik (9:11–10:18)

      9:11-14 9:23-28 10:11-18

      9:15-22 10:1-10

D. Nasihat-nasihat (10:19-39)

      10:19-25 10:26-31 10:32-39

  1. Permintaan Terakhir Agar Bertekun dalam Iman (11:1–12:29)

A. Contoh-contoh Pahlawan Iman Masa Lalu (11:1-40)

      11:1-2 11:13-16 11:30-31

      11:3-7 11:17-22 11:32-38

      11:8-12 11:23-29 11:39-40

B. Dorongan untuk Bertekun dalam Iman (12:1-11)

      12:1-2 12:3-11

C. Nasihat-nasihat untuk Bertekun dalam Iman (12:12-17)

      12:12-13 12:14-17

D. Motivasi untuk Bertekun dalam Iman (12:18-29)

      12:18-24 12:25-29

  1. Penutup (13:1-25)

A. Prinsip-prinsip Praktis bagi Kehidupan Kristen (13:1-17)

      13:1-6 13:7-14 13:15-16

B. Permintaan Doa (13:18-19)

C. Doa Ucapan Syukur (13:20-21)

D. Perkataan Pribadi (13:22-23)

E. Salam dan Doa Ucapan Syukur Terakhir (13:24-25)


Kitab Yakobus

(Kristus: Sang Panutan)

Penulis dan Judul Kitab: Surat ini dimulai dengan “Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan” (1:1). Dalam Perjanjian Baru ada empat orang yang bernama Yakobus. Mereka adalah: (1) anak Zebedeus dan saudara dari Yohanes (Markus 1:19), (2) anak Alfeus (Markus 3:18), (3) ayahnya Yudas (bukan Iskariot; Lukas 6:16) dan (4) saudara Tuhan Yesus (Galatia 1:19). Tentang hal ini, Ryrie menulis: 

Dari keempat orang yang bernama Yakobus dalam Perjanjian Baru, hanya dua orang yang diusulkan sebagai penulis surat ini—Yakobus anak Zebedeus (dan saudara Yohanes) dan Yakobus saudara Yesus. Tampaknya bukan anak Zebedeus penulisnya, karena ia mati sebagai martir pada tahun 44 M (Kisah Para Rasul 12:2). Nada otoritas surat ini tidak hanya mengesampingkan kedua Yakobus dari Perjanjian Baru yang kurang dikenal tersebut (“Yakobus yang Kurang dikenal” dan Yakobus yang dari Lukas 6:16) namun menunjuk pada saudara Yesus yang menjadi pamimpin gereja Yerusalem yang terkenal (Kisah Para Rasul 12:17; 15:13; 21:18). Kesimpulan ini didukung oleh kemiripan dalam bahasa Yunani antara surat ini dengan perkataan Yakobus di Mahkamah Agama Yerusalem (Yakobus 1:1 dan Kisah Para Rasul 15:23; Yakobus 1:27 dan Kisah Para Rasul 15:14; Yakobus 2:5 dan Kisah Para Rasul 15:13).89

Cara Yakobus menyapa pembacanya perlu dijelaskan. Yakobus ditujukan “kepada kedua belas suku di perantauan” (1:1). Seperti yang dinyatakan lewat perkataan “saudara-saudaraku” dalam ayat 1:19 dan 2:1, 7, ini adalah referensi, bukan kepada penyebaran yang terjadi antara tahun 66-10 M, tetapi kepada orang Kristen Yahudi yang  dibuang dari tanah leluhurnya pada pembuangan terakhir (Matius 1:11, 12, 17). Pada pasal-pasal awal Kisah Para Rasul, orang Yahudi dari seluruh bagian dunia berada di Yerusalem untuk hari raya Pentakosta (Kisah Para Rasul 1:5). Banyak yang melihat dan mendengar keajaiban Pentakosta dan menjadi percaya kepada Yesus. Akhirnya, banyak yang kembali pulang ke tempat tinggalnya masing-masing di berbagai bagian dunia. Untuk merekalah Yakobus membuat tulisan ini.

Tahun Penulisan: 45 atau 46 M. Yakobus kemungkinan merupakan surat pertama yang ditulis dan sebagian besar ilmuwan memberi tanggal kitab ini pada sekitar tahun 45 M. Alasannya adalah sebagai berikut: (1) Ada karakter khusus orang Yahudi dalam kitab ini yang memberi dugaan kalau kitab ini ditulis ketika gereja masih didominasi oleh orang Yahudi. (2) Tidak adanya referensi yang dibuat mengenai kontroversi terhadap aturan sunat bagi bangsa-bangsa lain. (3) Istilah “sinagog” dipakai untuk menandakan suatu pertemuan atau tempat pertemuan bukan untuk “gereja” (2:2). (4) Kurangnya referensi tentang pokok permasalahan yang terjadi di Mahkamah Agama Yerusalem seperti tentang hubungan orang Kristen yang bukan Yahudi dengan orang Kristen Yahudi (Kisah Para Rasul 15:1f.; 49 M) juga mengarah kepada pertanggalan yang sangat awal. (5) “Referensi tentang pengajaran Kristus hanya memiliki sedikit kecocokkan verbal dengan Injil sehingga kemungkinan referensi ini ada lebih dulu”.90

Tema dan Tujuan: Jelas sekali, Yakobus memperhatikan tentang kepemilikan iman yang hidup, penuh kuasa dan fungsional. Yakobus menulis untuk memperingatkan Orang Percaya tentang konsekuensi kematian, baik secara perseorangan mapun bersama-sama, dan untuk mengarahkan mereka kepada kedewasaan spiritual yang bertumbuh dan sejati.


Kristus seperti yang Tergambar dalam Yakobus: Dalam pasal 1:1 dan 2:1, secara spesifik Yakobus menunjuk kepada “Tuhan Yesus Kristus” dan kemudian mengantisipasi kedatanganNya (5:7-8). Di dalam 108 ayat surat ini terdapat referensi atau kesimpulan dari 22 kitab yang ada dalam Perjanjian Lama dan paling sedikit ada 15 perumpamaan dalam pengajaran Kristus dari Khotbah di bukit.91

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar92

  1. Berdiri dengan Percaya Diri (1:1-27)

A. Salam Pembuka (1:1)

B. Bersuka Cita di dalam Pencobaan yang Berbeda-beda (1:2-12)

      1:2-4 1:5-8 1:9-12

C. Bertahan dari Godaan yang Mematikan (1:13-18)

D. Bersandar pada Kebenaran Tuhan (1:19-27)

      1:19-25 1:26-27

  1. Melayani dengan Rasa Kasih (2:1-26)

A. Menerima Orang Lain (2:1-13)

      2:1-7 2:8-13

B. Membimbing Orang Lain (2:14-26)

      2:14-17 2:18-26

  1. Berbicara dengan Hati-hati (3:1-18)

A. Kontrol Bicara (3:1-12)

      3:1-5 3:6-12

B. Melatih Pikiran (3:13-18

  1. Berserah di dalam Pertobatan (4:1-20)

A. Mengubah Benci Menjadi Kerendahan Hati (4:1-6)

B. Mengubah Penghakiman Menjadi Keadilan (4:7-12)

      4:7-10 4:11-12

C. Mengubah Kecongkakan Menjadi Keyakinan (4:13-17)

  1. Berbagi dengan Keprihatinan (5:1-20)

A. Berbagi dalam Harta (5:1-6)

B. Berbagi dalam Kesabaran (5:7-12)

C. Berbagi dalam Doa (5:13-20)

      5:13-18 5:19-20


Kitab Satu Petrus

(Kristus: Contoh dari Penderitaan)

Penulis dan Judul Kitab: Dengan jelas ayat pembukanya mengatakan kalau rasul Petrus adalah penulisnya (1:1). Surat 1 Petrus dikenal secara luas sebagai karya rasul Petrus pada masa gereja mula-mula. Surat ini ditujukan kepada mereka yang tinggal di sana sebagai pendatang (di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia dan Bitinia) yaitu orang-orang yang dipilih (Orang Percaya) (1:1). Ini mengacu kepada orang Kristen Yahudi dan dari bangsa-bangsa lain yang merupakan penghuni sementara di bumi dan bangsa Yahudi yang terkena dampak dari pembuangan. Biasanya istilah “penyebaran” mengacu kepada bangsa Yahudi yang tidak tinggal di Palestina melainkan yang tersebar di seluruh silayah Mediterania. Kemungkinan ini digunakan oleh orang Kristen bukan Yahudi yang tersebar sebagai anak-anak Allah di tengah-tengah dunia yang tidak mengenal Allah.93   Petrus selalu memikirkan orang Kristen Yahudi maupun yang berasal dari bangsa-bangsa lain.

Surat 1 Petrus dialamatkan kepada orang Kristen yang tersebar di kelima propinsi Roma di semenanjung Asia Kecil. Wilayah tersebut sekarang adalah Turki bagian utara. Jemaat  di propinsi-propinsi tersebut terdiri dari bangsa Yahudi maupun bukan. Surat ini kaya akan kiasan-kiasan dan kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Istilah DIASPORA, yang diterjemahkan “tersebar”, yang dipakai dalan salam pembukaan 1:1, akan memiliki arti penting bagi orang Kristen Yahudi. Orang Yahudi yang tinggal di luar Yerusalem diistilahkan sebagai tinggal di DIASPORA. 

Pembaca yang bukan Yahudi akan melihat nasihat Petrus untuk hidup suci di dalam terang dari latar belakang mereka yang sangat mengabaikan firman Allah (1:14). Orang Kristen bukan Yahudi juga akan sangat dibesarkan hatinya dengan kenyataan bahwa walaupun mereka diabaikan, kini mereka dianggap sebagai “anak-anak Allah” (2:1). Nyata sekali kalau Petrus dengan hati-hati memasukkan orang Kristen Yahudi dan bukan Yahudi di dalam suratnya yang membesarkan hati ini kepada jemaat-jemaat di Asia Kecil.94

Tahun Penulisan: 63–64 M. Sejarah gereja menghubungkan tahun-tahun terakhir Petrus dengan kota Roma. Jika perkataan tentang Babilon yang ada dalam 5:13 merupakan kiasan tentang Roma, maka surat ini ditulis ketika Petrus berada di Roma selama sepuluh tahun terakhir dalam hidupnya, sekitar tahun 63 M, sesaat sebelun pecahnya penganiayaan Nero pada tahun 64 M. Petrus belum menganggap Roma sebagai musuh kekristenan (1 Petrus 2:13-17). Pasti akan menjadi lebih sulit untuk membuat pernyataan ini jika telah terjadi masa penganiayaan oleh Nero. 

Tema dan Tujuan: Jika 1 Petrus menyebutkan tentang ajaran yang berbeda-beda dan banyak membicarakan tentang kehidupan dan tanggung jawab orang Kristen, tema dan tujuan 1 Petrus berpusat di sekitar masalah tentang penderitaan—khususnya penderitaan dalam bentuk penganiayaan terhadap iman seseorang. Kitab ini digambarkan sebagai buku pegangan untuk memperlihatkan kepada orang Kristen bagaimana mereka seharusnya hidup sebagai penduduk sementara dan duta Kristus dalam dunia yang penuh permusuhan (1:1, 13-21; 2:11-12; 3:14, 17; 4:1, 13, 15, 16, 19).

Di dalam kitab ini ada beberapa tujuan khusus. Ini dirancang untuk memberikan arahan bagi orang Percaya yang berada di bawah penaniayaan: (1) dengan memusatkan pada datangnya wahyu Kristus dan pembebasannya (1:3-12; (2) dengan mengikut Kristus sebagai contoh yang sempurna bagi mereka dalam penderitaan (2:21-24); dan (3) dengan hidup di dunia menurut panggilan mereka sebagai anak-anak Allah dengan cara mempertahankan hubungan baik dengan bangsa-bangsa lain (2:4-12; 4:1-19). Tujuan lainnya adalah termasuk memperlihatkan hubungan yang mendasar antara ajaran dan pelaksanaannya (5:12) dan mendorong kepemimpinan illahi dan menggembalakan domba Allah (5:1-4), yang merupakan elemen penting pada kemampuan gereja untuk berfungsi secara efektif di dalam dunia yang penuh permusuhan.

Kristus seperti yang Tergambar dalam 1 Petrus: Kitab ini dipenuhi dengan pribadi dan pekerjaan Kristus. Melalui kebangkitan Kristus, orang Kristen mempunyai “harapan hidup” dan “warisan abadi (tak dapat binasa)” (1:3-4). Di beberapa tempat, Petrus berbicara tentang kemuliaan yang akan datang dan wahyu Kristus (1:7, 13; 4:13; 5:1). Ia juga berbicara tentang pribadi dan pekerjaan Kristus sebagai Anak Domba Allah yang menebus dosa kita dengan menanggung dosa kita di kayu salib (1:18-19; 2:24), tentang Kristus sebagai contoh sempurna bagi kita di dalam penderitaan (2:21-24) dan (3) tentang Kristus sebagai Gembala Agung dan Pemelihara orang-orang percaya (2:25; 5:4). 

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Keselamatan Bagi Orang Percaya (1:1-12)

A. Salam Pembuka (1:1-2)

B. Harapan  (Hidup) Masa Depan dan Pencobaan Masa Sekarang (1:3-9)

C. Keselamatan Masa Sekarang dan Wahyu Masa Lalu (1:10-12)

  1. Pengudusan Orang Percaya (1:13–2:12)

A. Seruan kepada Kekudusan (1:13-21)

1:13-16 1:17-21

B. Seruan untuk Mengasihi Seorang dengan yang Lainnya dengan Sungguh-sungguh (1:22-25)

C. Seruan untuk Menginginkan Air Susu yang Murni dari Firman Allah (2:1-3)

D. Seruan untuk Mempersembahkan Persembahan Rohani (2:4-10)

      2:4-8 2:9-10

E. Seruan untuk Menjauhkan Diri dari Keinginan Daging (2:11-12)

  1. Kepatuhan Orang Percaya (2:13–3:12)

A. Tunduk kepada Pemerintah (2:13-17)

B. Tunduk di dalam Pekerjaan (2:18-20)

C. Contoh dari Kristus (2:21-25)

D. Tunduk di dalam Pernikahan (3:1-8)

E. Tunduk di dalam Segala Bidang Kehidupan (3:9-12)

  1. Penderitaan Orang Percaya (3:13–5:14)

A. Sikap yang Dibutuhkan di dalam Penderitaan (3:13-17)

B. Contoh Kristus untuk Penderitaan (3:18–4:6)

      3:18-22 4:1-6

C. Perintah bagi Penderitaan (4:7-19)

      4:7-11 4:12-19

D. Pemelihara (Gembala) di dalam Penderitaan (5:1-11)

      5:1-5 5:6-11

E. Penutup atau Ucapan Syukur (5:12-14)


Kitab Dua Petrus

(Kristus: Kecukupan Firman Allah )

Penulis dan Judul Kitab: Penulisnya dengan jelas menyatakan dirinya sebagai Simon Petrus (1:1). Sejumlah bukti-bukti lain mengarah kepada rasul Petrus sebagai penulisnya. Di dalam bagian yang sangat pribada, hampir sebagai kesaksian akhir seorang bapak yang hampir meninggal, ia menggunakan kata ganti orang pertama tunggal untuk menyebut dirinya (1:14) menyatakan dirinya sebagai saksi mata dari transfigurasi Kristus (1:16-18 bandingkan dengan Matius 17:1-5). Ia juga menegaskan kalau surat ini adalah yang kedua untuk para pembacanya (3:1), dan memperlihatkan pertemanan pribadinya dengan rasul Paulus yang disebutnya, “saudara kita yang kekasih” (3:15). Surat ini berjudul “2 Petrus,” untuk membedakannya dengan surat pertama yang ditulis oleh Petrus.

Petrus menulis surat ini kepada kelompok orang percaya yang sama (3:1) seperti halnya suratnya yang pertama. Ini merupakan perjanjian terakhir, sebuah peringatan dan surat “hari terakhir” (1:14; 2:1-22; 3:3). Ia menulis kepada orang Kristen dengan iman yang murni, tidak diragukan lagi kepada jemaat orang Yahudi dan yang bukan Yahudi di “Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia dan Bitinia” (1 Petrus 1:1).

Tahun Penulisan: 67–68 M. Layaknya sebuah surat perpisahan, Petrus menulis surat ini pada akhir dari karirnya (1:12-14). Menurut sejarawan gereja mula-mula, Eusebius, Petrus mati secara martir pada masa penganiayaan oleh Nero (sekitar 67-68 M.). Surat ini tampaknya ditulis pada salah satu dari tahun ini.

Tema dan Tujuan: Seperti rasul Paulus yang memperingatkan tentang bahaya yang akan datang atas kerasulan pada tahun-tahun akhir hidupnya dan pelayanannya (2 Timotius), Petrus pun memperingatkan akan datangnya bahaya yang timbul dari nabi-nabi palsu dan yang diramalkan oleh para nabi, oleh Tuhan sendiri dan rasul-rasulnya (2:1; 3:1-3). Tujuan dari surat yang singkat ini adalah untuk memperingatkan akan bahaya yang dihadapi gereja, khususnya munculnya nabi-nabi palsu.

Melihat bahwa Allah telah mempersiapkan semua yang dibutuhkan bagi kehidupan dan kesalehan (1:3), 2 Petrus merupakan seruan yang penuh semangat kepada para pembacanya untuk tumbuh dan menjadi dewasa di dalam Kristus, bukan hanya berpangku tangan dan tidak berbuah (1:8) dan dengan hal ini sebagai landasan, untuk menjaga kita dari nabi-nabi palsu yang semakin banyak bermunculan. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa Petrus tahu kalau waktunya di dunia ini pendek (1:13-15) dan bahwa jemaat Kristus menghadapi bahaya besar (2:1-3). Jadi, Petrus ingin menyegarkan kembali ingatan mereka dan mengarahkan pikiran mereka (1:13; 3:1-2) sehingga dengan demikian mereka selalu mengingat ajarannya (1:15). Untuk melakukan ini, dengan hati-hati ia menggambarkan orang percaya yang dewasa, mendorong mereka untuk bertumbuh di dalam kemuliaan dan pengetahuan akan Juru Selamat (1:2-11; 3:18).

Sebagai landasan yang lebih jauh lagi dalam mengahadapi nabi-nabi palsu, Petrus menggambarkan sifat dasar dari firman Allah sebagai landasan mereka yang pasti (1:12-21) dan kemudian memperingatkan kepastian bahaya dari munculnya guru-guru palsu yang juga digambarkannya dengan cermat seiring dengan penghakiman yang pasti untuk mereka (2:1-22). Akhirnya, ia memberi semangat para pembacanya akan kepastian kedatangan kembali Kristus (3:1-16). Dengan penekanan akhir pada kedatangan Tuhan kembali, Petrus memberikan tantangan terakhir, 

Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat, dan tak bernoda di hadapanNya, dalam perdamaian dengan Dia,...Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu tidak terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus. BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya.

Kristus seperti yang Tergambar dalam 2 Petrus: Petrus berbicara tentang Kristus sebagai sumber kehidupan dan kesalehan, dan agar tetap pada pokok pembicaraan, ia berbicara tentang Kristus sebagai “Tuhan dan Juru Selamat” sebanyak empat kali, dan menyebutNya “Tuhan” sebanyak empat belas kali. Sebagai tambahan, ia mengacu kepada transfigurasi yang mulia di gunung mulia dan menantikan kedatangan Juru selamat yang kedua kalinya. Pada saat itu terjadi, seluruh dunia akan menyaksikan apa yang Petrus dan dua rasul lainnya lihat di gunung mulia tersebut.

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Salam Pembuka (1:1-2)

  2. Pertumbuhan atau Pengembangan Karakter Kristen (1:3-21)

A. Pertumbuhan Iman (1:3-11)

      1:3-4 1:5-8 1:9-11

B. Dasar-dasar Iman (1:12-21)

      1:12-15 1:16-18 1:19-21

  1. Pencelaan atau Penghukuman atas Nabi-nabi Palsu (2:1-22)

A. Bahaya dan Tindakan Mereka (2:1-3)

B. Penghancuran atau Penghukuman (2:4-10)

C. Gambaran dan Karakteristik Mereka (2:11-22)

  1. Rancangan dan kepercayaan akan Masa Depan (3:1-18)

A. Cemoohan untuk Nabi-nabi Palsu (3:1-7)

      3:1-2 3:3-7

B. Penundaan Hari Tuhan (3:8-9)

C. Penghancuran pada Hari Tuhan (3:10-13)

D. Ketekunan yang Dibutuhkan dalam Menghadapi Bahaya (3:14-18)


Kitab Satu Yohanes

(Kristus: Kasih Allah)

Penulis dan Judul Kitab: Walau nama penulisnya tidak ditemukan di dalam surat ini, secara historis surat ini dihubungkan dengan rasul Yohanes. Penulisnya adalah salah satu dari saksi utama Juru Selamat yang mengenalNya dengan dekat (1:1-5).

Sepanjang surat ini terdapat ayat-ayat yang mengindikasikan bahwa Yohanes menulis kepada orang-orang percaya (2:1, 12-14, 19; 3:1; 5:13), tetapi Yohanes sama sekali tidak menjelaskan siapa mereka atau di mana mereka tinggal. Fakta ini menunjukkan kalau ini merupakan surat yang ditulis untuk disebarluaskan di antara beberapa gereja. Kemungkinan gereja-gereja di sekitar kota Efesus karena penulis-penulis awal Kristen menempatkan Yohanes di Efesus dalam tahun-tahun terakhirnya.

Penggunaan 1 Yohanes paling awal yang pasti adalah di propinsi Asia (di Turki modern), dimana Efesus terletak. Klemens dari Alexandria (pendeta abad pertama) menandakan kalau Yohanes melayani di gereja di berbagai tempat yang tersebar di seluruh propinsi tersebut. Karenanya bisa disimpulkan, kalau 1 Yohanes dikirim ke gereja-gereja di propinsi di Asia.95

Tahun Penulisan: 85–90 M. Sangatlah sulit untuk menentukan tanggal bagi surat ini dan surat-surat Yohanes yang lainnya, namun karena kebanyakan tema dan kata-katanya sangat mirip dengan Injil Yohanes, maka sangat masuk akal kalau diasumsikan bahwa surat ini ditulis setelah penulisan Injiil, tetapi sebelum masa penganiayaan Domitian pada tahun 95 M. Karena itu, tanggal yang masuk akal adalah antara 85–90 M.

Tema dan Tujuan: Tema kitab ini adalah persekutuan dengan Allah melalui Tuhan Yesus Kristus (1:3-7). Mengingat orang-orang percaya yang berhadapan dengan kaum bida’ah, kemungkinan bentuk awal dari gnosticism (keyakinan yang hanya mementingkan kejahatan dan bahwa kebebasan diperoleh hanya dengan pengetahuan semata), Yohanes menulis untuk mendefinisikan sifat dasar dari persekutuan dengan Allah yang dilukiskannya sebagai terang, kasih dan hidup. Allah adalah terang (1:5), Allah adalah kasih (4:8, 16) dan Allah adalah hidup (1:1-2; 5:11-13). Berjalan dengan Allah dalam hubungan persekutuan, berarti berjalan dalam terang yang menuntun kita untuk menjalani kehidupanNya, kasihNya untuk orang lain dan kebajikkanNya. Kitab ini memberikan sejumlah tes atau pembuktian tentang persekutuan, walaupun sebagian orang akan melihatnya sebagai tes untuk keselamatan. Namun sesuai dengan temanya, ajaran tentang guru-guru palsu dan sifat dasar pendengarnya sebagai orang percaya lah yang paling menunjukkan bahwa ini adalah ujian atau bukti persekutuan, ujian agar tetap tinggal dan mengenal Sang Juru Selamat dalam hubungan yang sangat intim dimana orang-orang percaya mengalami perubahan hidup Sang Juru Selamat.

Bentuk jelas dari antikristus yang menentang orang-orang percaya ini sulit untuk ditentukan, tetapi isi 1 Yohanes menyatakan penolakan tentang kenyataan dari inkarnasi dan pernyataan kalau tingkah laku yang penuh dosa tidak menghalangi persekutuan dengan Allah. Jadi, Yohanes menulis bagi “anak-anaknya” (2:1; 18, 28; 3:7, 18; 5:21) paling sedikit untuk lima alasan: (1) untuk meningkatkan persekutuan yang benar (1:3f); (2) untuk mengalami sukacita yang sempurna (1:4); (3) untuk meningkatkan kesucian melalui persekutuan yang benar (1:6–2:2); (4) untuk mencegah dan menjaganya dari antikristus (2:18-27); (5) untuk memberikan kepastian (5:11-13).

Kristus seperti yang Tergambar dalam 1 Yohanes: Kitab ini berfokus pada pelayanan Juru Selamat saat sekarang di dalam kehidupan orang-orang percaya dan bersiap-siap untuk kedatanganNya kembali. Secara terus-menerus darahNya membersihkan orang-orang percaya dari segala dosa (1:7) dan dari dosa-dosa  pribadi dan segala ketidakbenaran melalui pengakuan dosa (1:9). Hal ini benar-benar menyatakan kalau Kristus adalah seorang Pengantara yang ada pada Bapa (2:1) dan pengorbananNya tidak hanya untuk orang-orang percaya saja, namun untuk seluruh dunia (2:2); bahwa Yesus adalah Kristus yang telah datang sebagai manusia (2:22; 4:2-3); bahwa Ia datang dengan air dan darah, yang merujuk kepada pembaptisan dan penyaliban (5:6); dan bahwa Ia akan datang sebab kita akan melihat Dia dan akan menjadi sama seperti Dia (2:28–3:3).

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Pendahuluan dan Tujuan dari Surat Ini (1:1-4)

  2. Syarat-syarat Penting dalam Persekutuan (1:5–2:2)

A. Berjalan di dalam Terang (1:5-7)

B. Pengakuan Dosa (1:8–2:2)

      1:8-10 2:1-2

  1. Bersikap Konsisten terhadap Persekutuan (2:3-27)

A. KarakterPersekutuan—Menjadi Sama Seperti Kristus (2:3-11)

      2:3-6 2:7-11

B. Perintah-perintah bagi Persekutuan—Jangan Mengasihi Dunia (2:12-17)

      2:12-14 2:15-17

C. Peringatan-peringatan bagi Persekutuan—Berjaga untuk Melawan Antikristus (2:18-27)

      2:18-25 2:26-27

  1. Karakteristik Persekutuan (2:28–5:3)

A. Penyucian Mengingat akan Pengharapan Kita (2:28–3:3)

      2:28-29 3:1-3

B. Mempraktekkan Kebenaran dengan Memandang Kematian Kristus (3:4-24) 

      3:4-10 3:13-22

      3:11-12 3:23-24

C. Pembuktian (Pengujian) Roh (4:1-6)

      4:1-3 4:4-6

D. Pola Persekutuan, Mengasihi Seperti Kristus Mengasihi (4:7–5:4)

      4:7-14 4:15-21

  1. Konsekuensi dari Persekutuan (5:5-21)

A. Kemenangan Atas Dunia (5:5)

B. Kesaksian akan Mandat Kristus (5:6-12)

C. Kesaksian (Kepastian) akan Keselamatan Orang Percaya (5:13)

D. Kepastian akan Doa yang Dijawab (5:14-17)

E. Kemenangan dari Dosa yang Terus-menerus (5:18-21)


Kitab Dua Yohanes

(Kristus: Inkarnasi Allah)

Penulis dan Judul Kitab: Walaupun tidak disebutkan, penulis surat ini adalah Rasul Paulus. Ia secara singkat menyebut dirinya sebagai “penatua,” sama seperti kebungkaman penulis Injil Yohanes dan 1 Yohanes. Pendahuluan yang sama seperti yang digunakan oleh penulis 3 Yohanes. Karena ia menyebut dirinya sebagai “penatua,” maka ini menunjukkan bahwa ia dikenal dengan baik dan ini tidak dipungkiri oleh penerima surat tersebut. Ini merupakan sebutan resmi bagi jabatan penatua, namun kemungkinan ia menggunakannya hanya sebagai sebutan pribadi sehingga ia dikenal dengan baik oleh para pembacanya.

Karena secara historis kitab ini dihubungkan dengan Rasul Yohanes sebagai penulisnya, maka kitab ini disebut “Dua Yohanes.”

Surat ini ditujukan “kepada ibu yang terpilih dan anak-anaknya” (1:1, 4-5). Sebutan yang jelas akan penerima surat ini tidak bisa dipungkiri lagi.

Tahun Penulisan: 85–90 M. Sangat sulit untuk memperkirakan tanggal surat ini, tetapi kondisi dan peristiwa-peristiwa di dalam surat menunjukkan kalau surat ini kemungkinan ditulis dalam waktu yang sama dengan 1 Yohanes (85-90 M.). Persamaan di atas juga mengindikasikan hal ini (lihat tanggal yang ada dalam 1 Yohanes).

Tema dan Tujuan: Tema 2 Yohanes merupakan perhatian rasul agar para pembacanya tetap berjalan di dalam kebenaran ajaran rasul dan sesuai dengan perintah-perintah (1:4-6). Karena “Banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Kristus telah datang sebagai manusia” (1:7), Yohanes menulis untuk melindungi mereka dari tipuan iblis yang menolak untuk tetap tinggal dalam ajaran  Kristus dan memisahkan diri dari kebenaran (1:9). Sehubungan dengan hal ini, dapat dilihat adanya dua tujuan: (1) ia menulis untuk menjaga pembacanya agar tidak kehilangan upahnya (1:9) dan (2) untuk memberi mereka instruksi yang jelas tentang hal menerima guru-guru palsu ke dalam rumahnya atau rumah ibadah dan memberi mereka salam Kristen. Yohanes tidak ingin mereka diijinkan masuk ke dalam rumah ibadah dan menerimanya sebagai nabi kebenaran. Yohanes tidak menyuruh mereka untuk bersikap menyakitkan hati atau menolak untuk bersaksi kepada mereka.

Kristus seperti yang Tergambar dalam 2 Yohanes: Seperti 1 Yohanes, 2 Yohanes menekankan pada perlindungan terhadap ajaran Alkitab tentang inkarnasi. Ia menulis untuk membuktikan kesalahan mereka yang menyangkal bahwa Kristus telah datang sebagai manusia.

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Kata Pendahuluan dan Salam (1:1-3)

  2. Penghargaan karena Berjalan dalam Kebenaran (1:4)

  3. Perintah untuk Terus Mengasihi Satu dan Lainnya (1:5-6)

  4. Peringatan dan Petunjuk untuk Menghadapi Nabi-nabi Palsu (1:7-11)

  5. Kata-kata Penutup dan Salam Terakhir (1:12-13)


Kitab Tiga Yohanes

(Kristus: Nama)

Penulis dan Judul Kitab: Rasul Yohanes adalah penulis surat ini juga. Dalam 2 dan 3 Yohanes penulis mengidentifikasikan dirinya sebagai “penatua.” Perhatikan juga kesamaan kata-kata yang ditemukan di dalam kedua surat tersebut: “kasih di dalam kebenaran” (1:1 dalam kedua surat) dan “hidup di dalam kebenaran” (1:4 dalam kedua surat).

Jelaslah bahwa ini adalah surat Yohanes yang paling pribadi. Surat ini ditujukan kepada “Gayus yang kekasih” (1:1) berkenaan dengan masalah-masalah jemaat yang dihadapi Gayus. Penerima surat tidak dijelaskan lebih jauh selain dari apa yang telah disebutkan di atas, yang mana menunjukkan kalau ia sangat dikenal oleh jemaat di Asia Kecil  dimana Yohanes melayani selama tahun-tahun akhir hidupnya. Gayus adalah nama yang cukup dikenal di dalam Perjanjian Baru. Nama ini muncul dalam Roma 16:23 (Gayus dari Korintus), Kisah Para Rasul 19:29 (Gayus dari Makedonia) dan Kisah Para Rasul 20:4 (Gayus dari Derbe), tetapi tidak ada hubungan yang bisa ditarik antara pria-pria ini dan Yohanes.

Tahun Penulisan: 85–90 M. Lagi, kesamaan antar 1 dan 2 Yohanes menunjukkan tanggal yang sama di suatu waktu antara tahun 85–90 M.

Tema dan Tujuan: Yohanes menulis kepada Gayus dengan pokok persoalan mengenai keramah-tamahan dan dukungan fisik bagi para pekerja Kristen yang melakukan perjalanan (misionaris), khususnya bila mereka orang asing. Tema surat ini berpusat di sekitar perbedaan antara pelayanan Gayus dan kesaksiannya yang baik tentang kasih orang Kristen, sebagai orang yang berjalan di dalam kebenaran, dengan sikap egois Diotrefes yang menolak perkataan Yohanes dan tidak mau berjalan di dalam kebenaran dan mencari kekuasaan pribadi (1:9).

Di dalam surat ini terdapat beberapa tujuan berbeda: (1) untuk memuji Gayus (1:1-6a), (2) untuk memerintahkan dan mendorong kelangsungan dukungannya bagi pekerja Kristen yang telah dikirim oleh Yohanes (1:6b-8); (3) untuk menegur Diotrefres atas sikapnya yang mementingkan diri sendiri (1:9-11), (4) untuk memberi perintah kepada Demetrius (1:12); dan (5) untuk memberitahukan Gayus tentang keinginan hati dan niat Yohanes untuk berkunjung dan menyelesaikan beberapa masalah (1:10a; 13-14).

Kristus seperti yang Tergambar dalam 3 Yohanes: Walaupun nama Yesus Kristus tidak disebutkan secara langsung, namun ia menunjukkannya di dalam pernyataannya, “Sebab karena namaNya mereka telah berangkat.” Tidak diragukan lagi ini merupakan suatu referensi bagi pelayanan dalam nama Tuhan Yesus (Kisah Para Rasul 5:40-41 dimana kita memiliki bentuk gramatikal yang sama dalam bahasa Yunani pada ayat 5:41). Paulus menggunakan kata-kata yang sama dalam Roma 1:5. Dalam 1 Yohnes 2:12, Yohanes menulis, “sebab dosamu telah diampuni oleh karena nama (Kristus) Nya.” Injil Yohanes juga membuat pernyataan untuk percaya “dalam nama Yesus” (Yohanes 1:12, 3:18).

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Salam atau Pembukaan (1:1)

  2. Pujian bagi Gayus (1:2-8)

A. Kesalehannya (1:2-4)

B. Kebaikannya (1:5-8)

  1. Teguran untuk Diotrefes (1:9-11)

A. Ambisi Egoisnya (1:9)

B. Kegiatan Egoisnya (1:10-11)

  1. Pujian untuk Demetrius (1:12)

  2. Kata-kata Penutup (1:13-14)


Kitab Yudas

(Kristus: Pelindung Umat Manusia)

Penulis dan Judul Kitab: Penulis mengidentifikasikan dirinya sebagai Yudas (1:1). Dalam kesusasteraan Yunani adalah Yudas. Secara historis, versi Inggeris telah memakai nama Jude untuk membedakannya dari Yudas yang menghianati Yesus. Penulis juga menyebut dirinya sebagai saudara Yakobus dan hamba Yesus Kristus. Di dalam Matius 13:55 dan Markus 6:3 Yudas dituliskan sebagai saudara Yesus.

Akan sangat membantu untuk memperhatikan bahwa:

Walaupun Yudas adalah saudara Yesus, dengan rendah hati ia menghubungkan dirinya dengan Yakobus, saudara kandungnya. Dengan pertama-tama menyebut dirinya sebagai hamba Yesus Kristus, jelas sekali ia tidak ingin orang menempatkannya dalam hubungan fisiknya. Pada saat yang sama, ia harus memperkenalkan dirinya lebih jauh lagi. Karena Yudas merupakan nama yang umum pada abad pertama (dua murid Yesus bernama demikian, termasuk yang menghianatiNya), maka dibutuhkan informasi yang lebih, karena itu disebutkan, saudara Yakobus.96

Tampaknya surat Yudas ditujukan bagi seluruh umat Kristiani, bukan hanya untuk sekelompok orang tertentu. Bahkan dengan sederhana surat ini ditujukan “kepada mereka, yang terpanggil, yang dikasihi di dalam Allah Bapa, dan yang dipelihara untuk Yesus Kristus” (1:1). Kemudian ia menyebut mereka dengan “saudara-saudara kekasih” (1:3).

Tahun Penulisan: 70-80 M. Walaupun permasalahan utamanya sangat serupa dengan 2 Petrus, salah satu perbedaan utama antara Yudas dan 2 Petrus adalah, bila Petrus memperingatkan bahwa “akan ada guru-guru palsu” (2 Petrus 2:1), Yudas menyatakan kalau “ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu” (1:4). Karena 2 Petrus mengantisipasi masalah tersebut dan Yudas berbicara mengenainya sebagai saat sekarang, jelas sekali kalau Yudas ditulis lebih belakangan dibandingkan 2 Petrus. Jika 2 Petrus bertanggal sekitar 67-68 M, maka Yudas kemungkinan bertanggal sekitar 70-80 M. 

Tema dan Tujuan: Yudas bertujuan untuk menulis tentang keselamatan kita bersama, namun karena perkembangan berbagai macam kegiatan berhala dan bahaya yang mengancam gereja, ia lebih bersikap memaksa dibanding mendorong orang percaya untuk mempertahankan iman dari ajaran-ajaran palsu yang secara diam-diam dimasukkan ke dalam gereja oleh golongan Gnostic. Golongan Gnostic memandang segala sesuatu yang bersifat materi sebagai kejahatan dan segala sesuatu yang spiritual sebagai kebaikan. Karena itu, mereka melatih kehidupan “spiritual” mereka dan mengijinkan tubuh mereka untuk melakukan apapun yang diinginkannya, dengan akibat mereka bersalah atas segala jenis pelanggaran hukum.97

Dari hal ini, dapat dilihat dua tujuan utama dalam Yudas: (1) untuk mengutuk praktek orang-orang bejat yang memenuhi gereja dan merusak orang-orang percaya dan (2) menasehati orang-orang percaya agar tetap berdiri teguh, untuk terus bertumbuh di dalam iman sambil berjuang untuk kebenaran rasul yang telah diteruskan kepada jemaat.

Kristus seperti yang Tergambar dalam Yudas: Yudas menitikberatkan perhatian kita pada perlindungan orang-orang percaya di dalam Kristus (1:24), pada kehidupan abadi yang Ia berikan (1:21) dan pada kepastian kedatanganNya kembali (1:21). Yesus Kristus Tuhan kitalah yang memberi kita jalan ke dalam hadirat Allah (1:25).

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Salam Pembuka dan Tujuan (1:1-4)

  2. Deskripsi dan Pengungkapan Guru-guru Palsu (1:15-16)

A. Penghukuman Mereka di Masa Lalu (1:5-7)

B. Ciri-ciri Mereka Jaman Sekarang (1:8-13)

C. Penghukuman Mereka di Masa Depan (1:14-16)

  1. Pertahanan dan Desakan untuk Orang Percaya (1:17-23)

  2. Ucapan Syukur (1:24-25)

Bagian 4

Kitab Nubuatan


Kitab Wahyu

(Kristus: Yang Kembali)

Pendahuluan: Dengan Kitab Wahyu, kita mempunyai kesimpulan dan penyelesaian Alkitab sebagai wahyu Allah kepada manusia. Seperti Kejadian yang merupakan kitab tentang asal mula, Wahyu adalah kitab penyelesaian. Kitab ini menggambarkan peristiwa-peristiwa akhir jaman, kedatangan kembali Tuhan, masa pemerintahannya, dan kerajaan abadi. Jika seseorang membaca Alkitab secara berurutan, sejumlah tema-tema besar diperkenalkan dan dikembangkan seperti misalnya: surga dan bumi; dosa, kutukannya dan penderitaannya; manusia dan keselamatannya; Setan, kejatuhannya dan kiamat; Israel, pemilihannya, berkat dan disiplin; bangsa-bangsa; Babilonia dan Babilonianisme; dan kerajaan-kerajaaan dan Kerajaan. Pada akhirnya, semua hal ini mengalami penggenapan dan pemecahannya di dalam Kitab Wahyu. Seluruh Injil dan Surat mulai untuk menyatukan semuanya, tetapi tidak bisa dilakukan sampai semuanya bertemu di dalam Wahyu.

Kita bisa membuat bagan seperti berikut:

Wahyu: Penggenapan Alkitab



Perjanjian Lama dan Baru



Surga dan Neraka     

Manusia – penciptaan, kejatuhan, keselamatan    

Dosa – penyebab, kutukan, penderitaanz   

Setan – karakter, kejatuhan, kiamat    

Bangsa-bangsa – ketidaktpatuhan, agama-agama  

Israel – pemilihan, pemberkatan, disiplin   

Juru Selamat yang dijanjikan – pekerjaan, aturan 

Kerajaan – janji-janji, program     





Kitab

Wahyu







Penulis dan Judul Kitab: Menurut kitab ini sendiri, nama penulisnya adalah Yohanes (1:4, 9; 22:8). Ia adalah seorang nabi (22:9) dan pemimpin yang dikenal di gereja-gereja di Asia kecil kepada siapa ia menulis Kitab Wahyu ini (1:4).

Secara historis, Yohanes ini telah diidentifikasikan sebagai Rasul Yohanes, salah satu murid Tuhan kita. Gaya penulisannya berbeda dari Injil Yohanes yang berasal dari ramalan dasar  kitab ini.

Tahun Penulisan: 96 M. Kitab ini ditulis pada masa pemerintahan Domitian, dan karena hal ini juga dikonfirmasi oleh para penulis gereja mula-mula lainnya, seperti Klemens dari Alexander dan Eusebius, kebanyakan ilmuwan meyakini kalau kitab ini ditulis antara tahun 81-96 M. Ini menjadikannya kitab terakhir dari Perjanjian Lama, tak lama setelah Injil Yohanes dan surat-suratnya (1, 2,  dan 3 Yohanes).

Tema dan Tujuan: Dalam Kitab Wahyu, tema utamanya mengenai konflik antara iblis dalam bentuk pribadi-pribadi manusia yang didorong oleh Satan dengan caranya yang meluas di seluruh dunia dan kemenangan Tuhan yang jaya atas musuh-musuh ini untuk membangun KerajaanNya baik dalam masa 1000 tahun (kerajaan 1000 tahun dalam Wahyu 20) dan dalam keabadian.

Hal ini dicapai dengan membawa pembaca dan pendengar (1:3) ke balik layar melalui penglihatan yang diberikan kepada Yohanes untuk menunjukkan sifat jahat dan sumber kejahatan dalam dunia ini. Kitab Wahyu juga menunjukkan kuasa yang mengalahkan yang ada dalam singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud. Singa ini adalah juga domba yang berdiri seperti telah disembelih, tetapi masih hidup, yang marah dan membawa penghakiman Allah yang kudus dan luar biasa atas dunia yang berdosa dan memberontak.

Ada sejumlah orang atau tokoh penting dalam kitab ini dikarenakan peran yang mereka mainkan. Inilah mereka, pertama-tama adalah Tuhan Yesus; Yohanes si penulis; tetapi kedua saksi itu juga; binatang yang keluar dari dalam laut dan nabi-nabi palsu; dan terakhir, pengantin wanita yang kembali bersama-sama dengan Tuhan.

Kristus seperti yang Tergambar dalam Wahyu: Karena Kitab Wahyu sesungguhnya adalah “Wahyu Yesus Kristus,” maka kitab ini membuktikan kemuliaanNya, hikmatNya dan kuasaNya (1:1-20) seperti halnya kekuasaanNya atas jemaat (2:1–3:22) dan kekuatanNya dan hakNya untuk menghakimi dunia (5:1–19:21). Sebagai wahyu Kristus, kitab ini dipenuhi dengan sebutan-sebutan deskriptif. Secara khusus, kitab ini melukiskan Yesus Kristus sebagai yang pertama bangkit dari antara orang mati, Penguasa atas raja-raja bumi ini (1:5); Yang Awal dan Yang Akhir (1:17); Dia Yang Hidup (1:18); Anak Allah (2:18); Yang Kudus dan Yang Benar (3:7); Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah (3:14); Singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud (5:5); Domba (5:6); Yang Setia dan Yang Benar (19:11); Firman Allah (19:13); RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN DI ATAS SEGALA TUAN (19:16); Alfa dan Omega (22:13); Bintang Timur yang gilang gemilang (22:16); dan Tuhan Yesus Kristus (22:21).

Untuk Pelajaran Secara Pribadi: Garis Besar

  1. Prolog (1:1-8)

1:1-3 1:4-8

  1. Peristitwa yang Lalu (1:9-20)

1:9-11 1:12-16 1:17-20

  1. Peristiwa Sekarang (2-3)

A. Pesan kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)

B. Pesan kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)

C. Pesan kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)

D. Pesan kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)

E. Pesan kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)

F. Pesan kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)

G. Pesan kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22)

  1. Peristiwa yang Akan Datang (4:1–22:5)

A. Periode Kesengsaraan (4:1–19-21)

1) Tahta di Surga (4:1-11)

4:1-4 4:5-11

      2) Tujuh Kitab yang Dimeterai dan Singa yang Juga Anak Domba (5:1-14)

          5:1-5 5:6-10 5:11-14

      3) Penghakiman yang Dimeteraikan (6:1-17)

          6:1-2 6:5-6 6:9-11

          6:3-4 6:7-8 6:12-17

      4) Interlude: Penyelamatan atas Kesengsaraan (7:1-17)

          7:1-3 7:9-12

          7:4-8 7:13-17

      5) Empat Sangkakala Pertama untuk Penghakiman (8:1-13)

          8:1-2 8:8-9 8:13

          8:3-5 8:10-11

          8:6-7 8:12

      6) Sangkakala Kelima dan Keenam dan Dua Malapetaka Pertama (9:1-21)

          9:1-6 9:12 9:20-21

          9:7-11 9:13-19

      7) Malaikat dan Kitab Kecil (10:1-11)

          10:1-7 10:8-11

      8) Bait Allah, Dua Saksi, dan Sangkakala Ketujuh (11:1-9)

          11:1-6 11:11-13 11:15-18

          11:7-10 1:14 11:19

      9) Konflik Malaikat (12:1-17)

          12:1-2 12:5-6 12:10-12

          12:3-4 12:7-9 12:13-17

    10) Binatang dan Sangkakala Palsu (13:1-18)

          13:1-6 13:7-10 13:11-18

    11) Pemberitahuan Khusus (14:1-20)

          14:1-5 14:9-12 14:17-20

          14:6-7 14:13

          14:8 14:14-16

    12) Pendahuluan untuk Tujuh Malapetaka Terakhir (15:1-8)

          15:1 15:2-4 15:5-8


    13) Cawan Murka Allah (16:1-21)

          16:1 16:4-7 16:12

          16:2 16:8-9 16:13-16

          16:3 16:10-11 16:17-21

    14) Penghakiman atas Babel yang Relijius (17:1-18)

          17:1-7 17:8-14 17:15-18

    15) Penghakiman atas Babel yang Komersial (18:1-24)

          18:1-3 18:9-10 18:21-24

          18:4-8 18:11-20

    16) Kedatangan Kristus yang Kedua (19:1-21)

          19:1-4 19:9-10 19:19-21

          19:5-6 19:11-16

          19:7-8 19:17-18

B. Pemerintahan Kristus (Kerajaan 1000 Tahun) dan Tahta Putih yang Besar (20:1-15)

      1) Satan Diikat (20:1-3)

      2) Orang-orang Suci Dibangkitkan (20:4-6)

      3) Orang-orang Berdosa Memberontak (20:7-9)

      4) Satan Dikalahkan (20:10)

      5) Orang-orang Berdosa Dihakimi (20:11-15)

C. Kota Abadi (21:1–22:5)

      1) Turunnya Yerusalem Baru (21:1-8)

21:1-4 21:5-8

      2) Deskripsi Yerusalem Baru (21:9-27)

21:9-14 21:15-21 21:22-27

      3) Kegembiraan atas Yerusalem Baru (22:1-5)

D. Epilog (22:6-21)

      22:6 22:12-13 22:18-19

      22:7 22:14-15 22:20

22:8-9 22:16 22:21

      22:10-11 22:17




Maranatha. Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar