Jumat, 15 April 2022

Missi dalam Perjanjian Lama

 Missi dalam Perjanjian Lama

J. Herbert Kane


Masalah: Beberapa sarjana mengklaim bahwa mereke menemukan pesan missioner, tujuan dan aktivitas misi di dalam PL, tetapi sarjana-sarjana lainnya tidak mengatakan bahwa mereka tidak menemukan hal-hal semacam itu.   Hal itu tergantung dengan definisi misi yang dipakai oleh orang tsb.  Jika missi diartikan sebagai membawa berita Allah yang benar dengan melintasi batasan-batsan politis dan budaya kepada orang yang tidak mengenal Allah, maka (kecuali Yunus) Kita tidsak bisa menemukan banyak pesan/aktivitas missi dalam PL.  Bukan berarti gagasan misi tidask ada disana.  Dapat dipastikan bahwa pesan/aktivitas missi dinyatakan secara implicit daripada secara eksplisit di dalam doktrin universalism.


Peran missioner Allah dalam PL

PL adalah kitab misi karena Yahweh adalah Allah yang missioner.  Sejak Awal, Allah sudah menaruh perhatian kepada hidup, kebebasan dan kebahagiaaqn semua ciptaan.

  1.  Allah adalah Pencipta dan Penopang Alam Semesta

Karena Allah menciptakan langut dan bumi, maka Ia adalah pemiliknya (Mzm 95:4-5)

Karena Dia memiliikanya, Dia mengontrol dan menopangnya (Yes 40:28)

  • Dia membuka tangannya dan menyediakan kebutuhan setiap makhluk hidup (Mzm 145:16)

  • Tujuan Allah adalah bahwa manusia dapat menemukan kebahagiaanya yang tertinggi, bukan dalam diri sendiri atau lingkungannya atau pencapaiannya. Tetapi di dalam Allah (Mat 22:37)

  • DidalamNya kita hidup, kita bergerak dan kita ada (Kis 17:28)


  1. Allah sebagai Pengatur dan Hakim Atas Moral seluruh dunia

Kitab Suci menggambarkan Allah sebagai Allah yang bermoral.  Ciri utama Allah adalah kekudusan (Im 19:2) dan Dia menuntut kekudusan di dalam UmatNya (1 Pet 1:16).  Tanpa itu, tidak seorang pun dapat melihat Allah (Ibra 12:14). 

Manusia hanya bertanggung jawab kepada Allah, Penciptanya.  Karena manusia melanggar larangan Allah, pikirannya digelapkan (Ef 4:18); emosinya telah dirusak (Yoh 3:19), dan keinginannya di perbudak (Rom 7:19-21).  Dengan ringkas, ia menjadi rusak total.

  1. Allah adalah Raja dan Penguasa atas bangsa-bangsa asing

Kata “bangsa” muncul pertamakali dalam Kej 10:20.  Kata ibrani goyyim, sebagaimana digunakan di dalam PL, adalah sama artinya dengan kafir/penyembah berhala.  Kata ini lebih berkonotasi religious daripada politis.  Ini memperlihatkan bahwa tujuan Allah mula-mula adalah agar umat manusia tetap bersatu.  Tetapi karena manusia purba tidak menaati Allah untuk memenuhi bumi dan membangun menara Babel, maka Allah mengacaukan bahasa manusia.  Akibat kebingungan/kekacauan itu mereka berserak ke seluruh bumi.

  1. Allah adalah Bapa dan Penebus Israel

Sampai disini kita telah berbicara tentang universalisme.  Kedaulatan dan kekuasaan inuversal Allah atas seluruh bumi.  Sekarang kita beralih ke partikularisme.  Yang pertama menyangkut maksud Allah atas seluruh dunia, dan yang kedua adalah menyangkut metode yang dengannya Allah mencapai maksud tersebut.  Tidak perlu diragukan bahwa PL adalah partikularistis, dalam arti bahwa keselamatan dan pelayanan Allah dibatasi pada satu umat khusus.  Tetapi, partikularisme ini adalah alat untuk tujuan universal Allah atas dunia.

Di antara semua bangsa di dunia, Israel meneruskan hubungan yang unik dengan Yahweh.  Bangsa-bangsa lain dibuat olehNya (Mzm 86:9) dan diperintah olehNya (Mzm 103:19), tetapi hanya Israel yang dikatakan telah “ditebus” olehNya (Yes 43:1).  Panggilan Abraham dalam Kejadian menandai sebuah titik balik dari bagaimana Allah berurusan dengan dunia.  Campbell Morgan membagi buku kejadian ke dalam tiga bagian: Generasi (1-2), Degenerasi (3-11), dan Regenerasi (12-50).  Abraham dan Israel bukan dipilih demi diri mereka sendiri, tetapi untuk tujuan yang jauh lebis luas—keselamatan dunia.

Allah mempunyai tiga tujuan dalam pemilihan Israel.  Pertama, Israel menjadi penerima dan penjaga pewahyuan/penyataan khusus Allah kepada dunia (Ibr 1:1-3). Kedua, Israel menjadi chanel/saluran bagi Penebus untuk memasuki aliran sejarah manusia.  Dia adalah anak Abraham (Mat 1:1), Dari suku Yehuda (Kej 49:10), dari keluarga Daud (Roma 1:3).  Ketiga, Israel menjadi hamba Allah (Yes 44:1-2) dan saksi (Yes 43:10) di tengah bangsa-bangsa.

Peristiwa sejarah yang memancarkan penebusan Israel sebagai sebuah umat adalah pembebasan dari Mesir, rumah perbudakan (Ul 13:5).  Keluaran memuncak pada episode Laut Merah, yang memberikan dua efek: kematian dan kehancuran dari musuh-musuh mereka maupun kebebasan dan kemerdekaan untuk diri mereka sendiri.  Sementara peristiwa keluaran berlangsung dari Mesir dan melibatkan hanya orang Osrael dan orang Mesir, peristiwa ini dirancang oleh Allah untuk melayani maksud yang lebih luas. “Akan tetapi inilah sebabnya … supaya memperlihatkan kepadamu kekuatan-Ku, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi” (Kel 9:15-16).

Allah berurusan dengan umat perjanjian dalam dua cara: dalam anugerah dan dalam penghakiman.  Dalam kasus lain, Israel menjadi saksi bagi bangsa-bangsa (Mzm 67:1-2).  Selama Israel tetap setia dan taat, dia adalah penerima anugerah Allah.  Allah berjanji untuk mensejahterakan dan melindunginya melawan semua musuhnya (Ul 28:1-14).  Peringatannya untuk semua musuh-musuh latent adalah "Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabi-Ku!" (Mzm 105:15).  Dan siapa saja yang berani menyentuh Israel berarti menjamah biji mataNya (Zakh 2:8).

Tetapi Israel tidak selalu tetap setia, seringkali Israel mengalah dengan pencobaan dan tergelincir dalam penyembahan berhala.  Apakah Israel kemudian berhenti menjadi saksi Allah? Tidak sama sekali.  Musa telah melihat kemungkinan ini sebelumnya dan memperingati Israel akan akibat yang mengerikan dari ketidaktaatan (Ul 28).  Saat Israel tidak taat, maka Allah menghadapi mereka dengan penghakiman, akhirnya mengizinkan mereka dibawa ke pembuangan oleh musuh-musuhnya.

Entah taat atau tidak taat, Israel tetap menjadi saksi Allah bagi bangsa-bangsa kafir disekitarnya.  Tekanannya adalah pada kehadiran, bukan pada pemberitaan.  Dengan kehadirannya di dunia, Israel adalah sebuah kesaksian akan satu Allah ynag benar, Pencipta langit dan bumi dan hakim dan Penguasa atas dunia ini.  Dalam cara yang passif ini Israel mengisi peranan “missionernya”.

Peranan Missioner Israel sebelum Pembuangan


Sementara Allah dinyatakan dalam PL  sebagai Bapa dan Penebus Israel, cukup jelas bahwa keselamatannya bukanlah terbatas pada Israel.  Sebagai umat perjanjianNya, Israel harus terpisah dari bangsa-bangsa lain.  Israel tidak boleh menyembah dewa-dewa mereka (Ul 11:16) atau menikah dengan keturunan mereka (Ul 7:3).  Pada saat yang sama, tujuan Allah adalah agar Israel menjadi “terang bagi bangsa-bangsa” (Yes 42:6) supaya keselamatanNya “dapat mencapai ujung bumi” (Yes 49:6).

1. “Orang asing” diizinkan masuk dalam jemaah Israel.

- Beberapa dari contoh untuk hal ini berasal dari zaman keluaran ketika “orang dari bebagai-bagai bangsa” bergabung dengan keturunan Israel saat keberangkatan mereka dari Mesir (Kel 12:38).

- Orang asing diizinkan untuk memelihara Paskah (Bil 9:14)

- Mereka diminta untuk mematuhi Sabbat (Kel 20:10)

- Mereka dapat member persembahan (Im 17:8)

- Mereka tidak dapat menjadi raja-raja (Ul 17:15)

- Orang Israel dengan jelas dilarang menindas mereka (Kel 22:21)

- Kitab Rut adalah contoh yang sangat indah bagaimana orang-orang asing ini diasimilasikan dalam jemaah.

- Janji rohani terhadap orang-orang asing dan hubungan mereka dengan Allah Israel ditemukan dalam doa Salomo pada saat peresmian Bait Allah (2 Tawarikh 6:32-33)

- Yes 56:6-7 pengharapan bahwa orang-orang asing akan mengenal dan takut akan Allah.


2. Seluruh bangsa ditarik kepada Allah Israel

Nabi-nabi telah melihat suatu hari ketika bukan hanya perseorangan, tetapi keseluruhan bangsa-bangsa akan datang pada pengenalan Allah dan berduyun-duyun ke Yerusalem untuk mendengar firman Allah (Yes 2:1-2; Yer 3:17).


3. Seluruh bangsa-bangsa akan mengetahui dan menyembah Allah

Tahapan ketiga dalam kegiatan missioner Israel akan dicapai ketikan pengetahuan tentang satu Allah yang benar menjadi universal (Hab 2:14; Yes 11:9; Mal 1:11).  Dalam kaitannya dengan hal ini sebauah ungkapan baru digunakan: “ujung-ujung bumi” (Mzm 22:27; Yes 49:6; Yes 45:22).





Peranan Misioner Israel selama Pembuangan

Dikenal sebagai Diaspora, orang-orang Yahudi di pembuangan terus menganggap Yerusalem sebagai pusat keagamaan mereka dan menjaga hubungan yang erat dengan otoritas Yahudi di sana.  Di dalam periode inilah peranan mioner Israel berubah sepenuhnya dan menjadi sentrifugal.  Sebagai ganti dari harapan bahwa bangsa-bangsa akan berduyun-duyun ke Yerusalem untuk belajar firman Tuhan, hukum/Taurat dibawa oleh orang-orang Yahudi Diaspora secara harfiah ke ujung-ujung bumi.  Untuk pertama sekali dalam sejarahnya,  Israel secara aktif terlibat dalam memenangkan petobat-petobat dari bangsa-bangsa asing.  Sesungguhnya, salah satu cirri utama dari Diaspora adalah proselitisme.  Berdasarkan firman penghakiman firman Tuhan, kegiatan-kegiatan mem-proselit bangsa lain haruslah bersifat intensif dan ekstensive (Mat 23:15).  Ada dua jenis petobat: proselit dan orang yang takut Allah.  Yang pertama mengambil agama Yahudi secara penuh, termasuk ritual penyunatan;  Akibatnya dia diterima secara penuh sebagai anggota dari komunitas Yahudi.  Disisi lain, orang-orang yang takut Allah,  berhenti pada ritus pemotongan dan hanya menjadi warga kelas dua.  Keduanya memiliki akses ke sinagoge.

Ada enam ciri-ciri kehidupan agama Yahudi Diaspora yang secara langsung menyumbangkan dalam agama Kristen gagasan untuk mengusahakan petobat-petobat dan secara tidak langsung membantu penyebaran agama Kristen kelak.

  1.  Institusi Sinagoge

Sinagoge tidak pernah menggantikan Bait Allah.  Ini terutama merupakan lembaga pengajaran; sebab itu pemimpinnya adalah seorang rabi, bukan imam.  Tidak ada korban yang pernah dipersembahkan di sinagoge.  Untuk hal itu, orang-orang Yahudi harus pergi ke Bait Allah di Yerusalem.  Sementara orang-orang dari bangsa lain dikeluarkan dari Bait Allah (Kis 21:29), mereka punya kebebasan untuk masuk ke sinagoge.  Jadi sinagoge menjadi sarana utama untuk membuat petobat-petobat.

  1. Ketaatan memelihara Sabat

  2. Penerjemahan Alkitab PL ke dalam bahasa Yunani

Ini selesai sekitar abad ke tiga SMdi Alexandria.  Terjemahan ini dikenal dengan Septuaginta (LXX) karena dikerjakan oleh 70 sarjana.  Septuaginta menjadi alat yang sangat manjur di tangan orang-orang Yahudi Diaspora.  Ini adalah alkitab yang dipakai Yesus dan rasul-rasul, dan dibaca setiap hari Sabat di sinagoge-sinagoge diseluruh wilayah Yunani-Romawi (Kis 15:21)

  1. Konsep monotheis

  2. Praktek moralitas

Janji kedatangan penyelamat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar