Jumat, 15 April 2022

Homiletika

 BAB  I

PENDAHULUAN


  Khotbah merupakan suatu unsur esensial atau unsure hakiki dalam ibadah jemaat, demikian pentingnya dianggap tidak lengkap atau hambar rasanya jika dalam suatu kebaktian hanya di isi dengan pujian dan doa atau hanya membaca Firman Tuhan saja.  Sebab dalam khotbah terdapat komunikasi yang riil antara Allah dan orang percaya secara keseluruhan.  Itu sebabnya kebanyakan orang percaya menganggap bahwa inti dari serangkaian kebaktian/ibadah adalah khotbah atau penyampaian Firman Allah.   Firman Allah memang bisa datang kepada setiap induvidu lewat doa dan renungan pribadi (SaTe),  namaun dalam khotbah Firman Allah datang dan disampaiak kepada jemaat secara menyeluruh.


  Berkhotbah itu penting dan merupakan tugas yang mulia, karena berita yang disampaikan adalah berita tentang Yesus serta karya penyelamatanNya dimana berita ini merupakan keperluan terbesar umat manusia di dunia ini.   Alexander Whyte pernah berkata, “orang yang paling berbahagia adalah orang yang dipercayai untuk mengartikan dan mengungkapkan segala kekayaan dalam Firman Allah……..   Jadi jangan sekali-kali berfikir untuk berhenti berkhotbah.  Tiap-tiap orang Kristen terpanggil untuk menjadi seorang pengkhotbah dalam arti harus bersaksi dan menceritakan berita kesukaan di dalam Yesus kepada setiap orang.   Namun ada orang yang mendapat talenta secara khusus unruk mengkhotbahkan Firman Allah kepada jemaat secara formil.


A.  Definisi  Khotbah


  Menurut kamus besar bahasa Indonesia khotbah adalah “Pidato yang menguraikan suatu topik, khususnya yang berkaitan dengan suatau ajaran keagamaan”   Dalam konteks Kristen khotbah adalah “Pemberitaan Firman Allah secara vokal kepada sekelompok orang dengan tujuan agar mereka yang mendengarnya dapat menerima, menghayati, dan mengamalkan isi berita yang disampaikan.”

  Sedangkan ilmu yang mempelajari tentang cara berkhotbah dengan baik disebut “Homiletika”.    Homiletika berasal dari kata Yunani “Homilia” yang artinya percakapan atau pembicaraan yang membawa suatu pengertian (bandig. Kis. 20:11).  Jadi bisa diartikan homiletika adalah “Suatu ilmu dan seni bercakap atau berbicara untuk menyampaikan Firman Allah.”   Homiletika disebutkan sebagai ilmu karena berisi aturan-aturan atau metode serta kerangka berpikir secara sistematis.   Sedangkan digolongklan sebagai seni, karena khotbah mengandung atau terbuka untuk bermacam-macam gaya dan pola yang inovatif, artinya tidak terlalu kaku tetapi fleksibel dan kreatif.


B.  Hubungan Khotbah dan Misi


  Khotbah dan misi (pemberitaan injil) merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, sebab inti utama dari khotbah adalah memberitakan keselamatan yang tersedia di dalam kristus Yesus.  Boleh dikatakan bahwa berkhotbah adalah merupakan sarana umum dalam misi,  sebab salah satu cara yang paling efektif dan efisien untuk menyampaikan Injil kepada sekelompok orang banyak (jemaat) adalah berkhotbah.  Bila khotbah seseorang tidak ada tujuan pemberitaan tentang Yesus dan keselamatan yang ada di dalamNya,        (I Korintus 15 :3-5), maka itu bukanlah khobah melainkan sedang menyampaikan orasi atau berpidato.    Khotbah yang baik akan menghasilkan dampak yang baik bagi penerimaan Injil contoh:

  • Khotbah Petrus pada hari Penta kosta, menobatkan 3000 jiwa (Kis. 2:41-42)

  • Khotbah Petrus dan Yohanes di Bait Allah, menambah bilangan orang percaya dan mereka bertumbuh dalam kasih (Kis. 4)

  • Khotbah Filipus, Yohanes dan Petrus di Samaria banyak orang bertobat dan memberi diri untuk dibaptis (Kis. 8)

  • Khotbah Paulus dan Barnabas di Psidia berdampak luar biasa, dimana hampir seluruh penduduk kota mendengar Firman Allah (Kis. 13)

  • Khotbah Paulus di Aeropagus Athena menyebabkan banyak orang menjadi percaya kepada Yesus Kristus, bahkan menimbulkan satu jemaat berdiri di kota Athena (Kis. 17)

C.  Pentingnya Mempelajari Homiletik

  Untuk menumbuh-kembangkan suatu gereja atau jemaat baik secara kualitas maupun kuantitas, sampai menjadi jemaat yang dewasa, dibutuhkan seorang pelayan yang handal baik dalam skill maupun dalam wawasan.   Sangatlah penting bagi para pelayan Tuhan sperti (Gembala/Pendeta, Penginjil, Guru dan pelayan bidang khusus lainnya) mempersiapkan makanan rohani jemaat yang bergizi dari Firman Allah, sehingga jemaatnya bisa mengalami pertumbuhan dan menjadi dewasa di dalam iman.  Banyak jemaat tidak bisa bertumbuh dengan baik bukan karena tidak mau bertumbuh, tetapi karena cara penyampaian Firman Allah yang kurang baik dan kurang inovatif, sehingga jemaat merasa bosan karena Pendeta hanya menyampaikan hal-hal yang biasa saja (Kurang dinamis dan kreatif).


  Dari gambaran di atas muncul beberapa alasan mengapa seorang pelayan khususnya bagi mereka yang melayani secara full time, harus atau penting mempelajari homiletika:

  1. Seorang pelayan Tuhan “HARUS” cakap mengajar jemaat dengan Firman Allah, agar jemaatnya bisa bertumbuh dalam iman dan punya pengenalan yang baik dengan Tuhan  (I Tim. 3:2)

  2. Injil harus dikomunikasikan dengan baik dan jelas, agar mudah dimengerti dan bisa diterima, sehingga seseorang mau mengambil keputusan untuk bertobat.

  3. Firman Allah yang dangkal, membuat jemaat menjadi kerdil rohani dan menjadi jemaat yang pasif

  4. Firman Allah butuh penggalian secara mendalam, baik secara bahas, sejarah maupun budaya, untuk kemudian disampaikan dalam bahasa yang sederhana.

  5. Jemaat membutuhkan makanan rohani yang bergizi / berkualitas dan makanan rohani yang selalu baru setiap saat.

  6. Agar khotbah disampaikan secara sistematis, kreatif dan inovatif. Artinya khotbah yang terarah dan tidak bertele-tele atau mutar-mutar sampai jemaat bingung.


   Lewat khotbah kita bisa memberitakan Injil keselamatan di dalam kristus  yesus  dan oleh karena pemberitaan Injil kita sebagai pelayan (penginjil dll) harus mampu berkhotbah dengan baik dan kreatif.  Cara seseorang berkhotbah sangat menetukan penerimaan kepada Injil (selain dari pada kuasa Roh Kudus tentunya).  Sebab bagiamana mereka menjadi percaya kalau mereka tidak mengerti, bagaiaman mereka mengerti dengan baik kalau tidak dijelaskan atau disampaikan dengan baik, bagaiamana seseorang menjelaskan dengan baik kalau ia tidak belajar dengan baik.  Billy Graham pernah berkata ada banyak orang yang tidak tertarik kepada gereja bahkan kepada Injil bukan karena menolak gereja atau Injil, akan tetapi karena cara penyampaian Injil lewat khotbash yang sangat membosankan dan tanpa kuasa dari para Pendeta atau Penginjil.


D.  Tujuan Khotbah

  Dalam penyampaian khotbah, ada beberapa tujuan atau sasaran yang harus dicapai, antara lain:

  1. Agar jemaat mengerti dan memahami kebernaran Firman Tuhan  (Mengajar jemaat dalam kebenaran)

  2. Agar jiwa-jiwa / orang yang mendengar bisa bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai satu-satunya juruselamat pribadinya. 

  3. Agar jemaat menagalami kuasa jamahan Tuhan, sehingga setelah mendengar khotbah iman mereka diteguhkan dan dikuatkan kembali.

  4. Untuk membangkitkan kesadaran religius dan meningkatkan kerohanian jemaat bagi mereka yang mengalami kelemahan atau tekanan.

  5. Untuk melepaskan Jemaat dari segala ikatan kuasa si jahat, kepercayaan kepada ilah lain dan melepaskan segala beban jemaat yang sedang berbeban berat (mengalami kelegaan oleh kuasa kebenaran Firman Tuhan)

  6. Membimbing dan mendidik jemaat untuk berakar, bertumbuh dan hidup dalam seleuruh kebenaran Firman Tuhan (II Tim. 3:16).

  7. Untuk memenuhi kebutuhan rohani jemaat, sehingga mereka tidak menyerahkan hidup dalam kepercayaan dunia yang menyesatkan. 

  8. Membela dan mempertahankan kebenaran ajaran kekristenan (apolegetika).


E.  Kepribadian Penghkotbah


  Sebuah khotbah tidak bisa dipisahkan dari penghkotbahnya, artinya seorang pengkhotbah harus sama atau selaras dengan khotbahnya atau sebaliknya.   Paulus menasehatkan kepada Timotius “awasilah dirimu dan awasilah ajaranmu” (I Tim. 4:16).  Seorang pengkhotbah hanyalah seorang hamba Allah yang dipercayakan menyampaiakan isi hati Allah (Firman Allah) kepada orang lain.  Seorang pengkhotbah ia memiliki tanggungjawab yang sangat besar, baik kepada Allah maupun kepada manusia.  Jika seorang penghotbah tidak bisa menjadi panutan atau contoh bagi orang lain disekelilingnya baik dalam perkataan maupun sikap hidupnya, maka ia dianggap seperti pemain sandiwara saja oleh jemaat, dan Firman yang disampaikan tidak mempunyai kuasa bahkan ditolak oleh orang yang mendengarnya (NATO).

Beberapa criteria umum dari seorang pengkhotbah (standar):


  1. Ia harus seorang yang sudah lahir baru dan dipenuhi Roh Kudus.

Hal ini kedengarannya terlalu berlebihan, karena memang seharusnya demikian, tetapi ada berapa banyak para pengkhotbah baik di zaman dulu hingga sekarang banyak diantaranya justru belum mengalami kelahiran baru, apa lagi dipenuhi Roh Kudus Contoh Nikodemus yang sudah mengajar tetapi belum lahir baru. Akibatnya khobah yang disampaikan hambar dan tidak berkuasa baik bagi pendengar maupun bagi pengkhobah.


  1. Ia harus seorang yang mengasihi Tuhan Yesus dan Jiwa-jiwa.

Artinya seorang pengkotbah harus memiliki hati bagi Allah, sehingga ia melayani bukan karena kebiasaan saja atau karena kewajiban karena diberikan tugas, apalagi bila bermotivasi hanya mengejar amplop (salam temple), tetapi karena dorongan kasih Kristus (2 Kor. 5:14-15).  Seorang pengacara, dokter, pengusaha dan beberapa profesi lainnya dapat sukses melaksanakan tugasnya tanpa harus mengasihi orang-orang yang dihadapinya, tapi tidak demikian dengan seorang pengkhotbah.  Yesus melayani banyak orang oleh karena digerakkan oleh “belas kasihan” (Mat. 14:4).  Seseorang yang mengasihi Tuhan dan jiwa-jiwa, akan nyata dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari dalam pelayanan. Apakah dia seorang yang senang berdoa, seorang yang gemar memberitakan Injil, seorang yang rela memberi untuk pekerjaan Tuhan, dll.


  1. Ia harus seorang yang senang mempelajari Alkitab

Seorang pengkhotbah harus mempunyai wawasan yang luas tentang Alkitab, sebab bagaimana mungkin ia mengajar tanpa mengerti dan mengalami Firman Allah.  Timotius menjadi seorang pengkhotbah yang hebat, sebab dia dari kecil sudah gemar mempelajari Alkitab (II Tim. 3:14-15). Bahkan selain belajar Alkitab sendiri ia juga belajar dari orang lain (seperti Paulus dan Barnabas).  Para penulis buku homiletik sepakat berkata bahwa para pengkhotbah modern, dianggap layak berkhotbah bila ia telah menghabiskan membaca Alkitab secara teratur minimal satu kali, dan telah mebaca berkali-kali bagian-bagian Alkitab tertentu.  Ezra disebut sebagai ahli kitab dan seorang pengkhotbah,  oleh karena ia gemar membaca dan meneliti kitab-kitab Taurat (Ezra 7:10).  Firman itu harus dibaca, dipelajari/diteliti, dilakukan dan diajarkan kepada orang lain. Bahkan sebagai pendukung bagi seorang pengkhotbah ia harus mempelajari buku-buku rohani lainnya untuk memperkaya pengetahuan dan ilmu tentang Firman Tuhan yang disampaikan.


  1. Ia harus seorang yang gemar berdoa

Seorang pengkhotbah harus mempunyai hubungan yang intim dengan Tuhan yang merupakan sumber segala inspirasi.  Artinya seorang pengkhotbah wajib mempunyai kehidupan doa yang sehat. Tidaklah mungkin seorang yang tidak pernah berdoa berkata aku sudah mendengar suara Tuhan atau berkata Tuhan menyuruh saya untuk menyampaikan ini dan itu.  Sesunguhnya inspirasi dari segala tema-tema khotbah seorang gembala, penginjil dan pelayan lainnya adalah hasil dari sebuah persekutuan doanya dengan Tuhan.  Hubungan intim akan melahirkan sesuatu,  Khotbah yang penuh dangan kuasa adalah khotbah yang lahir dari persekutuan/keintiman pengkhotbah kepada Tuhannya.  


  1. Ia harus seorang yang hidup dalam kesucian / menjaga kekudusan

Seorang pengkhotbah harus memiliki nama/kesaksian yang baik di tengah-tengah masyarakat / jemaat di sebuah gereja lokal atau suatu kota/negara (I Tim. 3:6-7).  Jika seorang pengkhotbah tidak selaras dengan khotbahnya (bila tidak menjadi pelaku Firman) maka ia hanya menjadi buah olokan para jemaat dan menjadi batu sandungan bagi banyak orang sehingga akibatnya Injil dianggap sepele bahkan ditolak oleh para pendengarnya.  Nama baik bagi seorang pengkhotbah merupakan suatu tuntutan dan bukan pilihan.  Sekali berbuat salah yang merusak nama baik, maka habislah anda, bila ada kemauan untuk bertobat terlalu mahal harga yang anda harus bayar. 


F.  Ciri Khotbah yang Baik

  Selain kepribadian pengkhotbah yang harus baik, khotbahpun juga harus disajikan dengan baik.  Bagi sebagian orang pertanyaan ini memang menjadi sangat relative, sebab bias aja sautu khotbah menurut sekelompok orang baik bila memenuhi kebutuhannya walaupun dengan cara penyampaian yang sangat sederhana, akan tetapi bagi sebgian orang bias merupakan khotbah yang sangat buruk karena baginya terasa hambar atau bertele-tele atau mungkin tidak sesuai dengan seleranya.  Itu sebabnya Chris Marantika suatu kali berkata bahwa khotbah yang paling baik adalah jika ada pendengar yang berubah dari khotbah itu lalu mengambil keputusan untuk menerima Yesus sebagai juruselamat pribadinya.  Akan tetapi sebagai orang-orang yang mempelajari berbagai teori ilmu, maka ditemukan beberapa cirri khotbah yang baik secara umum yaitu:


  1. Khotbah yang berdasarkan Alkitab,   artinya bukan berasal dari diri sendiri tetapi harus berdasarkan Alkitab, sebab khotbah mengajarkan kebenaran Firman Allah kepada jemaat.

  2. Menjawab / memenuhi kebuituhan jemaat,  artinya jemaat yang mendengar mendapatkan sesuatu jalan keluar yang terbaik dari segala pergumulan mereka, bahkan mereka dijamah dan terpulihkan, sehingga audiens tertuntun atau mampu mengambil satu keputusan yang positif, dimana hal itu menentukan arah kehidupannya di masa akan datang. 

  3. Harus Jelas dan terarah  -  Khotbah yang baik itu mudah dipahami, logis dan sistematis (tidak mutar-mutar atau bertele-tele).  Sajikan pokok pikirannya dengan sistematis, buat dalam beberapa poin dengan bahasa yang pendek/sederhana sesuai level pengertian audiens setempat.

  4. Harus menarik, enak untuk disimak dan didengar.  Khotbah yang baik harus menarik perhatian audiens, jangan sampai menoton dan membosankan sehingga membuat jemaat menjadi ngantuk dan tertidur.  Pengkhotbah harus mampu menarik minat pendengarnya dengan berusaha menghidupkan ide cerita yang disampaikan seperti lewat judul yang menarik, gaya bahasa yang menarik dan ilustrasi yang segar, tetapi juga bukan mengada-ada.  Mata jangan focus hanya dicatatn terus, tetapi kepada audiens.

  5. Bermakna Positif,  artinya khotbah yang baik harus menerangkan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dipercayai sesuai dengan kebenaran Firman Allah.

  6. Memberi dorongan.  Setiap khotbah harus mempunyai satu tujuan yaitu berusaha mendorong orang untuk mengerjakan sesuatu atau membuat satu tindakan perubahan dalam hidupnya sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan yang telah disampaikan

  7. Memuliakan  Kristus.  Yesus Kristus haruslah menjadi pusat dari segala pemberitaan yang disampaikan oleh pengkhotbah, dan bukan diri sendiri. Kesaksian itu baik, akan tetapi perlu hati-hati agar tidak mencuri kemuliaan Allah. 


G.  Seni Berbicara

  1. Pastikan bahwa mengerti tujuan / arah pembicaraan saudara dengan jelas

  2. Sampaikan berita yang berharga (gagasan baru dan ide yang baru)

  3. Nyatakan gagasan secara jelas seperti: mencatat gagasan, mengelompokkan gagasan dengan yang sejenis, memberi judul setiap kelompok, menyusun menurut urutan logis dan membuat kerangka secara teratur /bergerak maju.

  4. Ciptakan gambar kata-kata, memfisualisasikan ide dengan ilustrasi yang menarik

  5. Hindari kalimat-kalimat abstrak yang sulit untuk dimengerti

  6.  bangkitkan emosi yang murni dari audins dgn cara; kuasa pengurapan Allah (impatasi kuasa), Hidupkan karakter tokohnya (subyek) dan akhiri dengan himbauan.

  7. Temui pendengar pada taraf yang sama dengan cerita; artinya coba masuk kepada hatinya pendengar, miliki sesuatu yang memang sangat perlu disampaikan dll

  8. Gunakan ekspresi wajah dan mata dengan baik (bahasa tubuh)

  9. Gunakan suara yang meyakinkan

  10.  Miliki satu tema sentral saja.
























BAB  II

PERSIAPAN KHOTBAH DAN PENAFSIRAN ALKITAB


Pentingnya Penafsiran yang Benar dalam Mempersiapkan Khotbah

  Menafsirkan Alkitab dengan benar merupakan kebutuhan vital setiap orang percaya, bukan hanya monopoli para pelajar teologi saja.  Pada saat kita membaca Alkitab maka sebenarnya kita sedang terlibat dalam proses penafsiran untuk dapat kita mengerti dan memahami maksud ayat yang sedang kita  baca/renungkan dan ini berlaku secara umum. Akan tetapi penafsiran menjadi sesuatu hal yang sangat penting dan serius oleh karena yang kita pahami adalah kebenaran Firman Tuhan yang disampaikan dalam berbagai bentuk gaya bahasa dan budaya, tidak bisa ditambah atau dikurangi, terlebih bagi para pengkhotbah yang menyampaikan berita itu harus tepat seperti yang dimaksud penulis, jika tidak maka akan terjadi penyesatan berita Firman Allah dan akibatnya salah dalam tindakan.

  Harus diakui bahwa penafsiran Alkitab dengan benar itu tidak mudah, akan tetapi justru hal itulah yang mendorong setiap pengkhobah untuk selalu belajar dengan tekun dan adanya ketergantungan kita kepada Roh Kudus yang sanggup menerangi hati dan pikiran kita untuk mengerti Firman Tuhan            (II Tim.3:16,  Maz. 119:18, 130).    

  Kekeliruan yang sering terjadi dalam penafsiran Alkitab dikarenakan para penafsir tidak melakukan “eksegese”  (berusaha menggali dan mengeluarkan isi yang terkandung dalam suatu teks Alkitab, artinya Alkitab dibiarkan berbicara dari dalam dirinya sendiri) melainkan “eisegese” (penafsir mencoba memasukkan pandangannya/gagasannya sendiri ke dalam teks Alkitab yang akan dikhotbahkan).  Penafsiran dengan eisegese jelas sangat berbahaya, sebab selain tidak membiarkan Alkitab berbicara dari dalam dirinya sendiri, juga berusaha memperalat ayat-ayat Alkitab untuk membenarkan pandangannya atau kepentingaanya.  Contohnya : Untuk membenarkan pendapatnya / tindakannya tentang Poligami, maka ia kemudian memilih ayat-ayat yang berbicara tentang tokoh-tokoh Alkitab yang beristri lebih dari satu, seperti Raja Salomo, Abraham, Daud, dll.  Pada umumnya kesalahan ini terlihat dalam bentuk penafsiran Alegoris yang memberikan makna rohani sesuai dengan kemauan si penafsir dalam bagian-bagian teks Alkitab.



Metode Penafsiran Alkitab


  Sejarah penafsiran Alkitab mempunyai proses waktu yang panjang, namun beberapa metode penafsiran yang mucul kita kan pelajari dengan tujuan bisa membedakan metode-metode penafsiran yang salah dan mengerti  metode penafsiran yang benar.


1.  Metode Penafsiran Alegoris            

Ini adalah merupakan cara kuno yang berusaha mencari kebenaran yang lebih dalam dari teks yang dinyatakan secara jelas.  Motode ini asalnya dari filsafat Yunani sekitar abad ke 6 SM.  Clement dari Alexandria mengajarkan bahwa ayat Alkitab itu mempunyai tiga arti : (1). Arti hurufiah /Literal,  (2). Arti moral dan (3). Arti Rohani.  Arti rohanilah yang memiliki nilai paling tinggi.  Sedangkan arti hurufiah hanya untuk iman yang dasar, sedangkan arti rohani menuju ke pengetahuan yang benar.  Dalam kisah anak yang hilang (Lukas 15) misalnya jubah yang diberikan pada anak yang hilang itu adalah kehidupan kekal, sepatu adalah perkembangan lebih lanjut dari jiwa, lembu yang tambun adalah Kristus. Jadi dalam tafsir alegori hal-hal yang biasa diberi arti yang mulia (dirohanikan).  Tafsiran ini bila tidak disertai penelitian yang baik akan menimbulkan.  


2.  Metode Penafsiran Dogmatika

  Metode ini melihat teks dimana dimana doktrin ortodoks adalah prinsip dasar dari segala usaha eksegesis.  Tafsir secara dogmatika dimulai pada awal abad ke 2 dan dibenarkan oleh gereja di abad pertengahan.  Para pemimpin gereja memikirkan dan merumuskan teori-teori tentang agama Kristen, teori-teori ini kemudian dicari dukungannya dalam Alkitab.  Akhirnya teori ini dijadikan tradisi dan dianggap tidak bias salah.  Jadi Alkitab tidak dijadikan sumber kebenaran tetapi menjadi penunjang teori teologia.



3.  Metode Penafsiran Rasional

  Rasionalisme ialah pandangan yang menganggap bahwa intelek atau pikiran mansia mampu untuk menemukan dan menguji kebenaran yang ada.  Rasionalisme mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke 19 dan sangat mempengaruhi para penafsir Alkitab pada awal abad ke 20.  Beberapa cirri dari tafsiran rasionalisme antara lain :


  • Bersifat Naturalisme  - maksudnya menolak segala hal-hal yang diluar natural (alamiah) seperti mujizat ataupun campur tangan Allah dalam sejarah

  • Bersifat Mitologis  -  Kristus dianggap mitos, karena para pengikut yang mengagumiNya, menyelubungi manusia Yesus dengan cerita-cerita yang meninggikan namaNya.  Jadi tugas para penafsir adalah membedakan antara kenyataan dan fiksi/khayalan

  • Bersifat Tahayul  -  mujizat, kebangkitan, penghukuman kekal, adanya setan dan malaikat di anggap tahayul dan kebodohan pikiran pada masa itu (zaman Alkitab ditulis / peritiwa kejadian cerita)

  • Bersifat Interpretasi moral  -  Immanuel Kant mempelajari Alkitab untuk pelajaran moral dan etikanya saja, isi teologianya diabaikan.  Metode ini tentunya sangat subjektif dan tergantung pada pandangan penafsir.


4.  Metode Penafsiran Modern -  terbagi dalam beberapa golongan :

  • Kritik Bentuk  -  Menurut pandangan ini Injil terdiri dari kumpulan tradisi yang terpisah-pisah.  Oleh para penginjil yang mula-mula ditambahkan lapisan cerita-cerita, dongeng masyarakat Kristen, dan ucapan mereka yang dikelompokkan untuk pengajaran.  Metode ini berusaha untuk membedakan lapisan-lapisan Alkitab dan factor sejarah yang mempengaruhi bentuknya.

  • Neo Ortodoks  -  Pandangan ini menolak ketidaksalahan Alkitab dan melihat Alkitab sebagai mitos.  Dilihat sebagai mitos bukan berarti melihatnya sebagai khayalan, akan tetapi bahwa kebenaran teologi disampaikan kepada kita dengan berpakaian selubung sejarah sehingga harus disingkapkan terlebih dahaulu.

  • Demythologisme  - pandangan ini dimotori oleh Rudolf Bultman yang berkata Inti Injil hanya bisa didapatkan dengan menghilangkan tiap mitos yang memenuhi catatan/laporan dari Injil.  Mitos adalah segala sesuatu dalam ayat-ayat Alkitab yang tidak sesuai lagi dengan pandangan ilmu pengetahuan modern.  Pandagan ini membuat cara berfikir ilmiah masa kini menjadi standart Alkitab dan bukan Alkitab yang memeriksa atau menjadi standar berfikir modern.


5. Metode Penafsiran Grmatikal, Historikal dan Teologi (Literal)

  Metode ini merupakan interpretasi yang dianggap benar, karena memperhatikan aturan tata bahasa, kenyataan sejarah. Metode ini berusah untuk melihat firman Allah secara utuh sesuai dengan makna yang dimaksud oleh penulis.  Penelitian / tafsiran dari metodei ini berusaha melihat dari berbagai aspek antara lain :

  • Teks dan Latar Belakang sejarah  -  Untuk mengerti bahasa Alkitab kita harus memahami lingkup sejarah pada saat itu.  Situasi penulisannya harus dimengerti oleh penafsir.  Setiap penulis Alkitab memiliki cara berfikir dan pandangan tersendir sesuai dengan situasi pada waktu itu.  Sangat penting untuk dipahami juga tujuan (para pembaca) dari teks-teks yang ditulis pada waktu itu, dan tentu saja untuk mengerti hal ini kita harus melihat bagaimana latar belakang sejarah para penulis dan para pembaca.  Contoh : “Yusuf bermaksud menceraikan Maria tunangannya”,   untuk memahami teks ini mengharuskan kita untuk memahami budaya adat-istiadat yang berlaku pada waktu itu bagi orang Yahudi.

  • Teks dan Konteksnya  -  Untuk mengerti sebuah teks ia harus diletakkan dalam konteksnya.  Melihat konteksnya berarti menghubungkan teks itu  dengan teks sebelum dan sesudahnya (satu perikop bahkan satu kitab atau beberapa kitab).  Dalam metode penafsiran ini diwajibkan kita  menggunakan prinsip “Progresif Relevation”  artinya melihat suatu teks  sesuai dengan perkembangan karya Allah bagi manusia.

  • Teks dan Analisanya  -  Untuk mengerti teks harus mengerti bahasa yang digunakan penulis, penafsir harus memahami arti kata-kata teks dan hubungannya antara satu kata dengan kata lainya. Juga harus dilihat teks yang diambil apakah bentuknya puisi, prosa, literal, kiasan, simbolis atau arti secara langsung.  Kesalah banyak terjadi bila teksnya berbentuk literal ditafsirkan kiasan atau sebaliknya. Contoh (Mat. 28 : 18-20,  Ef.5:16).

  • Teks dan Kebenarannya  - Setelah ketiga langkah di atas sebagai penafsir baru bisa mengambil kebenaran-kebenaran dari ayat itu.  Kebenaran yang telah didapat lewat analisa mendalam baru kita tungkan dalam satu kalimat yang jelas dan sederhana, setelah itu baru membuat intepretasi praktis atau aplikasinya bagi jemaat yang disampaikan lewat khotbah.     

  

Langkah-langkah Penafsiran Secara Praktis

Dalam Mempersiapkan satu khotbah


  1. Tentukan bagian Alkitab yang mau ditafsirkan untuk dikhotbahkan, bisa satu ayat, beberapa ayat, satu perikop, satu pasal atau satu kitab.

  2. Baca teks yang telah ditetapkan dengan teliti dan berulang-ulang, sampai anda mempunyai bayangan dasar terhadap koteks yang sedang dibaca.  Agar lebih cepat mendapatkan pengertian yang baik bias menggunakan metode pertanyaan (What, Why, When, Where, Whu dan How). Bisa membuka kamus, ensiklopedi dan buku tafsiran.

  3. Perhatikan Konteksnya,  artinya untuk mengerti sebuah teks ia harus diletakkan dalam konteksnya, si penulis sedang bicara dalam konteks apa, pemberian judul perikop oleh LAI dalam hal ini sangat membantu, dan tentu saja kita harus menghubungkan konteks sebelum dan sesudahnya Misalnya : Yakobus 2:24 perlu dihubungkan dengan Yakobus 2:14-26 sambil mengingat bagian Alkitab lain seperti Efesus 2:8-10.

  4. Perhatikan latar belakangnya,  apakah perikop tersebut ada hal-hal yang perlu dikaitkan dengan latar belakang sejarahnya, adapt-istiadat atau budayanya.  Contoh : Yohanes 1:27 Yohanes berkata “membuka tali kasutNya saja ia tidak layak”.   Dalam budaya Yahudi membuka kasut adalah tugas seorang budak /bukan murid.  Artinya Yohanes sedang berkata bahwa saya ini menjadi budakNya Yesus saja tidak layak.

  5. Perhatikan Pemakaian Bahasa,  apakah penulis menggunakan bahasa kiasan, symbol-simbol, perumpamaan atau literal/hurufiah artinya langsung.  Contoh Yohanes 6:1-15 – itu langsung (hurufiah) sedangkan Pengkhotbah 4 : 5 – itu merupakan kiasan (tidak langsung ditafsirkan dengan hurufiah), atau Matius 14:29 – langsung, beda dengan Mat.5:30.

  6. Dapatkan kebenaran Rohaninya,  artinya setelah penelitian poin-poin di atas baru dengan pimpinan Roh Kudus dapatkan kebenaran-kebenarannya sesuai dengan maksud sipenulis. Setelah itu renungkanlah apa makna/aplikasinya bagi gereja masa kini.  Bila anda sendiri tidak mendapatkan berkat dari teks Alkitab yang anda teliti dan renungkan, sebaiknya jangan pernah sampaikan kepada jemaat, sebab kemungkinanya engkau akan menyesatkan orang lain.
























BAB  III

MENYUSUN  KERANGKA KHOTBAH


  Kerangka/struktur khotbah ibarat kerangka sebuah bangunan, yang harus dibuat terlebih dahulu sebelum bangunan itu ditembok dengan semen, dicat, dikeramik dan kelengkapan lainnya smapai kelihatan menjadi sebuah rumah.  Martin L. Jones dalam buku homiletiknya berkata bahwa khotbah bukanlah karangan sastra atau puisi yang berulang-ulang untuk dibaca, tetapi suatu berita penting yang sebisa mungkin berdampak langsung bagi para pendengarnya. Agar memperoleh dampak yang dimaksud maka sebuah khotbah harus bebas dari ketikjelasan dan tidak berisi materi tambahan yang tidak ada hubungannya dengan tema utama khotbah.  Khotbah yang baik untuk didengar adalah khotbah yang mempunyai bentuk atau struktur baik dalam penyusunan pokok utama maupun dalam penambahan pokok pendukung yang kesemuanya harus terbingkai dalam satu kerangka pemikiran yang bergerak maju sampai kepada suatu klimaks (kesimpulan).  Artinya sebuah khotbah harus disusun secara sistematis sehingga membuat para pendengar mudah untuk memahaminya. Kerangka khotbah (sebuah khotbah)  terdiri dari beberapa bagian besar yaitu : (1). Pembukaan,  (2). Isi /poin utama dan (3). Kesimpulan dan Aplikasi. 

Contoh Kerangka/Struktur Khotbah yang Baik :

Judul : ……………………………………………………….

Teks / Nats : ……………………………………………………….

Pendahuluan : ……………………………………………….

Tesis / Tema utama : ………………………………………………

Kalimat Tanya  : …………………………………………………...

Kalimat peralihan  : ……………………………………………….

  1. Bagian utama pertama  ……………………………….

    1. Bagian tambahan pertama …………………...

*   Uraian ……………………………………….

  1. Bagian tambahan kedua  ……………………..

*  Uraian …………………………………………

  1. Bagian utama kedua  ………………………………….

    1. Bagian tambahan pertma  ……………………

*  Uraian  ………………………………………..

  1. Bagian tambahan kedua  ……………………..

*  Uraian  …………………………………………

  1. ………………………………………………………………

Kesimpulan  dan Aplikasi  1,    2,     3,  

Pembukaan

  Pembukaan khotbah berisi tentang :  Judul, Teks, Pendahuluan, Tesis /    kebenaran utama dari teks, kalimat Tanya dan kalimat peralihan.   


A.  Judul Khotbah

  Bila kita telah mendapatkan ide/tema dan teks khotbah, kita harus membuat judul yang menarik.  Judul mengungkapkan hal yang khusus yang akan disajikan dalam khotbah, yang dinyatakan dengan menarik sebagai reklame untuk khotbah.  Pemberian judul yang baik menuntut pemikiran yang matang dan pengungkapan yang mahir, karena itu judul dengan pendahuluan dipersiapkan paling akhir. 

  Adakalanya tema dan judul khotbah tepat sama, teristimewa jika tema atau topic itu sendiri cukup menarik dan cocok dijadikan judul khotbah sekaligus.  Pemberian judul yang pantas meminta pemikiran yang seksama dan pengungkapan yang mahir.  Bagi seorang yang baru mulai hal ini memerlukan usaha yang sungguh-sungguh, namun waktu dan pemikirannya akan dibalas dengan limpahnya kekaguman dan menariknya perhatian orang-orang yang membaca dan mendengarkan khotbanya dengan judul-judul yang menarik.


Prinsip-prinsip Pembuatan Judul Khotbah


  1. Judul harus beruhubungan dengan teks / khotbah

  2. Judul harus menarik   -  salah satu syarat utama menariknya sebuah judul adalah judul tersebut harus “relevan”  (sesuai dengan kebutuhan jemaat di masa kini).  Judul seperti “Elia di tepi sungai kerit” atau “kelaparan pada zaman Elia”  dari I Raja-raja 17:1-6 tidak mempunyai arti khusus bagi pribadi jemaat masa kini.  Supaya menarik minat jemaat masa kini maka judul yang baika antara lain “Pertolongan Tuhan pada masa sulit”  atau “Allah sanggup menyediakan kebutuhan umatNya”  atau  “Allah peduli pergumulan umatNya”.   Oleh sebab itu judul seharusnya tidak menyebut georafis/historis, nama orang (ecuali nama Allah). 

  3. Judul harus sesuai dengan martamat mimbar  / Sopan.   Jangan karena ingin menarik perhatian jemaat, maka anda menggunakan judul yang aneh-aneh atau kurang sopan seperti : “terpikat oleh istri tetangga”  (Untuk menjelaskan kisah Daud dan Betsyeba),  “Digoda oleh wanita cantik mana tahan” ?  (untuk menjelaskan kisah Simson dan Delila),  “Gunung disana gunung disini dihubungkan oleh seuntai tali”   dll.

  4. Judul harus Singkat dan jelas.   Jangan terlalu luas, biasanya terdiri dari 2 sampai 7 suku kata.  Jika hanya terdiri dari satu kata terlalu ketus contoh  “Bertobatlah”  atau “ikutlah”   sebaliknya jangan terlalu panjang karena kesannya bertele-tele, contoh : “Tuhan memberikan kekuatan pada saat kita mengalami kesulitan, sebab Ia adalah Allah yang selalu menolong umatNya yang ada dalam pergumulan.”  


Bentuk-Bentuk Judul Khotbah

  1. Kalimat Pernyataan / Penegasan  :  “Kuasa Allah lebih besar dari semua masalahmu”

  2. Kalimat Pertanyaan  :  “Mengapa orang saleh menderita”  ?

  3. Kalimat Seruan  : “Bangkitlah generasi penuai”

  4. Ungkapan dan Pertanyaan  : “Memilih pasangan hidup, Bagaimana caranya” ?

  5. Kutipan singkat ayat alkitab : “Bertobatlah kerajaan Allah sudah dekat”

  6. dll.


  1. Teks  Alkitab


     Teks atau nats Alkitab penting untuk dikemukakan dan dibacakan oleh setiap para pengkhotbah, dengan tujuan :

  1. Menjaga pengkhotbah tetap memberitakan berita Alkitab (Firman Allah)

  2. Untuk membangkitkan minat para pendengar

  3. Untuk memunculkan kepercayaan dalam hati dan memastika kepada para pendengar, bahwa yang didengarkannya adalah Firman Allah, bukan isu

  4. Untuk memberi kewibawaan kepada pengkhotbah kepada para pendengarnya  dalam menyampaikan khotbah “Firman Allh berkata … “

  5. Mencengah uraian melantur dari pengkhotbah (supaya ada focus)



Prinsip-prinsip Pencarian Nats Alkitab

  1. Pengkhotbah harus memikirkan keadaan budaya dan intelektual serta kebutuhan umat yang dilayani. 

  2. Nats harus dilihat secara keseluruhan sesuai dengan konteksnya

  3. Nats harus jelas dan sederhana (misalnya satu atau dua ayat, satu bingkai pikiran yang terdiri dari beberapa ayat atau satu perikop.

  4. Jangan terlalu panjang (maksimal 15 – 20 ayat) untuk menghindari kejenuhan para pendengar.  Bila khotbah lebih dari 20 ayat, maka tidak perlu harus dibaca semua, tetapi cukup membaca yang menjadi penopang bagian-bagian utama saja.

  5. Bila thema khotbah sudah ditentukan, pilih nats yang harus sesuai dengan tema tersebut.  Jangan dipaksakan menafsirkan ayat-ayat Alkitab untuk disesuaikan dengan tema.

  6. Nats harus dibaca setidak-tidaknya 3-5 kali, baru pergunakan metode penafsiran 5W + 1H.


C.  Pendahuluan

  Pendahuluan khotbah ibarat pintu bagi sebuah rumah, jika tidak ada maka tidak sempurna kelihatannya.   Pendahuluan khotbah sangat menentukan apakah suatu khotbah akan sukses atau gagal sebab ini adalah saat terbaik untuk menarik perhatian para pendengar.  Pendahuluan harus jelas dan singkat (paling lama 10 % dari seluruh khotbah).  Ada bermacam-macam cara yang dapat digunakan dalam pembukaan khotbah, bisa berupa ilustrasi yang menarik, suatu kalimat yang menarik, suatu statistic/ kenyataan yang tidak biasa terjadi, atau berita-berita menarik lainnya yang perlu didengar oleh audiens dan dihubungkan langsung pada penyampaian khotbah.  Hindari pendahuluan dengan kata-kata yang tidak perlu untuk disampaikan walaupun dengan maksud kerendahan hati contoh yang tak perlu : saya minta maaf terlebih dahulu bila firman ini kurang mantap karena kurang persiapan dan lain sebagainya. 


Tujuan  Pendahuluan

  1. Membangun hubungan yang baik dengan para pendengar.  Pengkhotbah merusak khotbahnya sendiri kalau ia mulai dengan perasaan tidak enak di antara pendengarnya.  Bahkan jika suatu teguran yang harus disampaikan dalam khotbah, jangan mulai teguran di pendahuluan.

  2. Untuk membangkitkan minat pendengar. Pendahuluan harus menarik sehingga orang menaruh perhatian. Ingat …. Jika telinga audiens sudah mendengar, maka hatinyapun pasti memperhatikan.

  3. Untuk menjelaskan arah dan tujuan khotbah.  Pendahuluan ibarat pembimbing untuk lebih mengenal tema khotbah dan menghantar jemaat dalam isi khotbah.


Sumber-sumber yang Bisa Dijadikan sebagai Pendahuluan 

  1. Dari teks atau konteks nats itu sendiri -  misalnya : Mazmur 23 tentang gembala yang baik, maka kita bias menggunakan penjelasan tentang sifat-sifat seorang gembala, kehidupan seorang gembala pada zaman konteks nats.

  2. Dari latar belakang teksnya  -  misalnya : Yesaya 6:1-8 tentang panggilan Yesaya – bisa diuraikan keadaan sejarah pada zaman Yesaya.

  3. Dari situasi tempat konteks dan masa kini  - misalnya : hari Natal, Paskah, kebaktian dukacita, pengucapan syukur dll.

  4. Dari bahan bacaan seperti majalah, buku, Koran dll.

  5. Pengalaman hidup sehari-hari, contoh cara bertani, sifat biantang yang kita lihat seperti semut, cacing, bunga-bunga dan pengalaman hidup lainnya yang pernah dialami atau diperhatikan.

  6. Siatuasi hidup yang dialami jemaat secara umum, untuk kemudian lewat khotbah diberikan jawaban secara Alkitabiah.

  7. Ilustrasi yang sesuai dengan isi khotbah

  8. Dengan menggunakan alat peraga seperti mata uang, dan benda-benda lainnya.


D.  Tesis (Kebenaran Utama)

  Tesis / kebenaran utama dari sebuah khotbah  adalah suatu pernyataan singkat dari inti kebenaran khotbah itu sendiri,  kadang-kadang bagian ini juga disebut sebagai kalimat kunci dan yang lain menyebut sebagai ide pokok khotbah.   Menurut James Braga yang dimaksud dengan tesis adalah sebuah pernyataan deklaratif yang jelas tentang kebenaran dasar yang tetap sepanjang masa dan dapat diterapkan secara universal.

  Oleh karena begitu penting sebuah tesis dalam satu khotbah, J.H. Jowett berkata “tak satu khotbahpun siap untuk dikhotbahkan atau ditulis sebelum kita mendapatkan tesisnya dalam sebuah kalimat yang jelas dan singkat”.  Tesis merupakan dasar atau pondasi dari seluruh struktur khotbah dan juga menunjukkan arah sebuah khotbah. 

  Adapun cara menemukan tesis dalam suatu nats yang diambil adalah : baca teks secara berulang-ulang dan dengan teliti baru temukan ide utamanya, kemudian rumuskan dalam satu kalimat sempurna dengan kata-kata yang sederhana, relevan dan menarik.


Contoh-contoh Tesis :

  • Tujuan yang baik bukan alas an untuk melakukan perbuatan yang tidak baik

  • Tuhan mau mengampuni setiap orang yang percaya kepada korban Kristus

  • Merenungkan Firman Tuhan setiap hari sangat penting bagi pertumbuhan iman.


Oleh karena Alkitab kaya dengan berbagai arti dan Magana yang positif, maka kita bisa mendapatkan beberapa kebenaran utama dalam satu ayat misalnya dari Efesus 2 : 8, bisa kita menarik beberapa ide utama yang bias dijakan tesis :

  • Setiap orang berdosa yang diselamatkan adalah hasil dari kasih karunia yang sebenarnya tidak layak untuk diterima

  • Sekalipun keselamatan itu diperoleh dengan Cuma-Cuma, tetapi harus diterima dengan iman

  • Keselamatan yang disediakan oleh Allah harus diterima oleh Iman kepada pengorbanan Kristus


Beberapa Prinsip Perumusan Tesis yang Baik.

  1. Tesis adalah sebuah pernyataan yang mengungkapkan satu ide utama dari khotbah.   Jangan : Allah ingin agar kita rajin berdoa dan memberi persembahan.

  2. Tesis diungkapkan dalam satu kalimat sempurna, artinya pernyataan itu harus terdiri dari dua bagian : “pokok kalimat  yaitu sesuatu yang akan kita bicarakan, dan Predikat yaitu apa yang akan kita katakana tentang pokok itu.  Contoh : Kedatangan Kristus kedua kali (pokok kalimat) adalah pengharapan bagi setiap orang percaya (predikat)

  3. Bentuk pernyataannya harus positif dan bukan negative  contoh : “Kita menghormati Tuhan bila kita memuji dan menyembah Dia dalam Ibadah”  bukan “Kita tidak menghormati Tuhan bila kita bersungut-sungut”

  4. Tesis menyatakan kebenaran kekal yang dinyatakan dalam bentuk sekarang. Contoh :

    • Salah :  Kebuthan anak-anak Tuhan pada masa pencobaan

    • Benar : Umat Allah selalu dapat berharap kepada Dia pada masa pencobaan.

  5. Kebenarannya harus penting pada masa kini,  contoh “Manusia memiliki selera yang berbeda” adalah kalimat yang benar tetapi tidak penting.  Tesis harus relevan dengan keadaan manusia dan mampu menjamah kehidupan para pendengar, karena sanngup menjawab berbagai pwertanyaan-pertanyaan yang dialami oleh para pendengar.

  6. Singkat, jelas dan khusus (jangan terlalu umum).  Biasanya tidak lebih dari 17 kata penting.  Khusus artinya berdampak jelas bagi setiap para pendengar.

  7. Tesis bukanlah uraian inti khotbah -  Salah : “orang Kristen dapat hidup berkemenangan sekalipun menghadapi kemalangan, tantang, masalah atau penderitaan”.    Benar  : “Orang Kristen dapat hidup berkemenangan di dalam Kristus” 


E.  Kalimat Tanya dan Peralihan

  Kalimat Tanya dan kalimat peralihan berfungsi untuk memperlancar hubungan tesis dengan isi khotbah, dengan menggunakan kata “apa, mengapa, bagaimana, kapan, kemana dan dimana”.   Contoh :

  • Apa cirri-ciri murid Kristus sejati ?

  • Mengapa orang Kristen harus mengandalkan Allah ?

  • Bagaimana agar kita bias menerima berkat Allah ?

  Sedangkan kalimat peralihan menunjukkan bagaimana tesis akan dijelaskan dalam isi khotbah, misalnya : 

  • Ada beberapa cirri seorang murid Kristus sejati

  • Ada beberapa alas an mengapa orang Kristen harus mengandalkan Allah

  • Setidaknya ada tiga syarat agar hidup kita bisa menerima berkat Allah


Perhatikan contoh sebuah pembukaan khotbah :

Judul : “Janji Allah ada untuk dipercaya – bukan untuk diragukan

Nats : Roma 4 : 16 – 25

Tesis : “Ketidak-bimbangan Imanlah yang mewujud  janji-janji Allah

Kalimat Tanya : Apa yang membuat Iman Abraham tidak tergoyakan 

  ditengah pergumulan penantian janji Allah ? 

Kalimat peralihan :  Ada beberapa alasan yang diungkapkan oleh Alkitab agar kita tetap mempercayai janji-janji Allah dalam segala keadaan, antara lain :

Isi Khotbah :

1   …………………………………………………………………………………………

  1. …………………………………………………………………………………………

  2. …………………………………………………………………………………………

















ISI  KHOTBAH

  Setelah pembukaan disusun dan disampaikan dengan baik, maka tugas selanjutnya adalah menyuguhkan isi khotah.  Bagian ini menjadi sangat penting karena disinilah letaknya inti berita Firman Tuhan yang hendak disampaikan.  Isi khotbah adalah uraian dari tesis atau ide peokok khotbah, yang menjelaskan secara terperinci kebenaran yang dingin disampaikan. Untuk menyampaikan uraian ini pada umumnya menggunakan poin-poin 1,  2,  3 dst. Agar mudah dipahami dan dicerna oleh para pendengar.  


Prinsip-prinsip pembuatan Isi Khotbah

  1. Tiap poin pada isi harus berbeda satu dengan yang lain  -  jangan saling tumpang tindih. Misalnya jika dalam poin utama pertama kita membahas tentang hakekat doa, maka poin utama kedua kita membahas tentang kuasa doa, di poin utama ketiga jangan kita membahas tentang kehebatan doa, karena ide tentang kuasa dan kehebatan doa memepunyai arti yang sama.

  2. Harus bergerak maju secara bertahap  -  misalnya menurut waktu, letak geografis, dari sebab akibat, atau sesuai dengan susunan yang terdapat dalam nats

  3. Merupakan penjelasan atau pembuktian yang kuat dari tesis, sesuai dengan data-data dan fakta yang ada.

  4. Idenya harus  jelas dan saling berkaitan poin utama yang satu dengan poin utama lainnya.

  5. Poin-poin utama dari satu khotbah tidak boleh terlalu banyak,  pada umumnya dua sampai lima poin sudah cukup, sehingga mudah untuk diingat oleh para pendengar.

  6. Harus disusun sejajar  -  misalnya jika poin pertama berbentuk ungkapan, maka yang lainnyapun harus berbentuk ungkapan.

  7. Sangat baik bila menggunakan aliterasi atau kata-kata yang permulaan atau akhirannya sama. 

Contoh : 

  • Kristus adalah sumber pengharapan setiap orang percaya

  • Kristus adalah sumber  kekuatan setiap orang percaya

  • Krsitus adalah sumber sukacita  orang percaya


  • Berakar dalam Kristus

  • Bertumbuh dalam Kristus

  • Berbuah dalam Kristus


  1. Untuk menjelaskan poin-poin utama, dibagi dalam sub-sub poin agar sistematis dalam menijelaskan dan mudah dimengerti oleh para pendengar 

  2. Bila berkhotbah dengan bentuk topical, maka poin-poin utamanya bias dalam bentuk pertanyaan seperti : menggunakan kata “APA” ?  “MENGAPA” ?  “BAGAIMAN” ?  atau dengan Sebab Akibat.  Contoh :

    • Apa artinya kelahiran baru ?

    • Mengapa kita perlu dilahir-barukan ?

    • Bagaimana caranya mengalami kelahiran baru ?

Bila kita menggunakan model sebab akibat, dengan judul / tema  “Apa hasil bila sudah mengalami kelahiran baru” ?

  • Taat kepada kehendak Allah (Efesus 4:24)

  • Mampu mengalahkan dunia (1 Yohanes 5 : 4)

  • Hidup saling mengasihi (I Yoh. 4:7).


Prinsip-prinsip Penyertaan Sub Poin

  1. Sub poin adalah merupakan bagian-bagian dari poin utama yang ada di atasnya

  2. Sub poin merupakan penjelasan atau pengembangan dari poin utama

  3. Sub poin merupakan pilar-pilar pendukung dari poin utama

  4. Sub poin tidak boleh keluar dari pengertian poin utama di atasnya

  5. Sub poin  untuk khotbah tekstual dan ekspositori harus sesuai dengan penjelasan nats yang ada

  6. Sub poin harus disusun secara logika yang bergerak maju dan saling berkaitan satu dengan lainnya

  7. Sub poin di bawah poin utama paling banyak  2 – 3 poin 

Uraian Khotabah

  Uraian khotbah adalah pembentangan ide-ide dari isi khotbah.  Uraian khotbah harus jelas, menarik dan tentu saja harus sesuai dengan temanya.


Sumber-sumber uraian Khotbah

  1. Alkitab  -  hasil penggalian dats Alkitab

  2. Kepustakaan lain seperti buku tafsiran, latarbelakang budaya, pengetahuan umum, kejadian dan peristiwa-peristiwa, berita, dll.

  3. Dari pengalaman pribadi atau orang lain yang positif serta pengamatan dunia sekitar kita.

  4. Daya imajinasi yang tinggi (memvisualisasikan ide Alkitab). 


Bentuk-bentuk Uraian 

  1. Penjelasan –  salah satu unsure penting yang menjadikan khotbah baik adalah penjelasan yang baik dan jelas dengan bahasa yang sederhana. Untuk itu pengkhotbah harus memperhatikan Konteks dari nats ALkitab, referensi silang, penggunaan tata bahasa yang tepat.  Ingat jangan juga terlalu lama dalam penjelasan penafsiran, karena jemaat bukan butuh proses penafsirannya tetapi hasil dari penafsiranya.

  2. Argumentasi  -  argumentasi penting karena akal manusia menuntut dasar-dasar yang logis bagi kepercayaan. Hal ini membutuhkan penalaran yang metodis.  Metode seperti ini membutuhkan penegasan kebenaran sehingga harus dijelaskan dengan : menggunakan ayat Alkitab (apa kata Alkitab), gunakan penalaran logis (analogi sebab akibat, bukti dan fakta), urutan logis dalam kerangka khotbah harus tersusun dengan baik.  Ingat… bila semua khotbah berisi argumentasi sangat berat dan membosankan bagi para pendengar.

  3. Ilustrasi dan kutipan-kutipan  - memberi ilustrasi artinya menjelaskan dengan contoh-contoh sehingga memudahkan untuk menjelaskan ide khotbah.  Bisa juga dengan menggunakan kutipan-kutipan dari sumber-sumber yang falid yang berhubungan dengan khotbah yang disampaikan.  Ingat Yesus selalu menggunakan perumpamaan dalam menjelaskan kebenaran kepada para pendengarNya.

  4. Bentuk Penerapan langsung   -  artinya menghubungkan ayat-ayat Alkitab secara langsung kepada pribadi-pribadi dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat himbauan, dorongan, perintah, dll.



Ilustrasi  Khotbah

  Ilustrasi atau lukisan-lukisan cerita dalam suatu khotbah dianggap sangat penting, sebab bisa memudahkan jemaat untuk menangkap ide khotbah dengan baik dan cepat.


Perlunya Ilustrasi

  1. Ilustrasi dianggap perlu sebab lewat ilustrasi seorang pengkhotbah bisa menggambarkan idenya lewat gambar atau cerita humor yang segar, sehingga memudahkan para pendengar untuk mengerti ide pengkhotbah

  2. Ilustrasi sangat bermanfaat untuk menjelaskan kebenaran-kebenaran utama dalam iman Kristen, sebab konsep-konsep kekristenan banyak yang dinyatakan lewat simbol-simbol atau kiasan.

  3. Ilustrasi bisa membantu pengkotbah untuk menanamkan kebenaran bagi para pendengarnya secara permanent, contoh hokum tabur tuai yang sangat dipahami langsung oleh para pendengar yang memang berprofesi sebagai petani atau peternak.

  4. Ilustrasi berfungsi untuk menarik perhatian atau mebangkitkan interest para pendengar.  Ilustrasi pada awal permulaan khotbah akan menarik minat para pendengar, bahkan pengkhotbah bias menggunakan ilustrasi untuk mengumpulkan kembali perhatian-perhatian yang sudah mulai mengembara atau mata membuka kembali mata yang sudah tertutup karena mengantuk.

  5. Ilustrasi yang baik dan segar mampu membangkitkan emosi /menyentuh perasaan para pendengar pada tingkat tertentu.  Pengkhotbah yang baik tahu bagaimana cara membangkitkan emosi atau menarik perhatian para pendengar jika sudah mulai lemah atau mengkhayal.



Bentuk-bentuk Ilustrasi

  1. Ilustrasi bisa berbentuk ungkapan kata yang sangat berarti bagi para pendengar dan membuktikan bayangan-bayangan, contoh : “Salib yang berlumuran Darah”

  2. Ilustrasi juga berbentuk kombinasi kata-kata seperti “hari-hari merayap seperti siput”.  Penggabungan kata-kata ini sering berbentuk metaphor yang menggambarkan sesuatu dan berguna untuk menerangkan hal-hal lain karena kemiripan mereka, dan kata ini sering digunakan dalam ALkitab “kamu adalah garam dunia”,  “Aku adalah gembala yang baik”.

  3. Ilustrasi berbentuk cerita  -  Cerita-cerita rakyat, dongeng, kejadian-kejadian, pengalaman pribadi dan humor merupakan bentuk-bentuk ilustrasi yang sangat baik dalam menghidupkan sebuah khotbah.

  4. Ilustrasi bisa berbentuk puisi, sajak, pantun atau bait lagu.


Sumber-sumber Ilustrasi Khotbah

  1. Alkitab adalah sumber utama ilustrasi khotbah, sebab banyak cerita-cerita dan peristiwa-peristiwa dalam Alkitab yang kebenarannya sudah sangat teruji.

  2. Dari literature-literatur rohani seperti buku Biografi seorang tokoh misionari, tokoh teologi, tokoh social seperti Bunda Teressa, dll.

  3. Puisi, sajak, pantun lagu, dan pengalaman hidup sehari-hari

  4. Role play  - mengundang dua atau tiga orang maju ke depan untuk memperagakan suatu gagasan yang dimaksud.

  5. Humor, mitos, dongeng, dan  cerita-cerita rakyat lainnya

  6. Bersumber dari ilmu pengetahuan, peristiwa sejarah, seni, budaya.

  7. Ilustrasi juga bisa dibuat sendiri sesuai dengan tema khotbah.


Bebearapa Hal Penting Untuk Diperhatikan Dalam Pemakaian Ilustrasi

  1. Gunakan ilustrasi secukupnya  - untuk setiap poin utama cukup satu atau paling banyak dua. Ilustrasi yang terlalu banyak juga akan membuat bingung jemaat.

  2. Hindari pendahuluan dari ilustrasi, seperti kata-kata “saya ada ilustrasi, coba saya umpamakan dengan, atau akan saya ceritakan pengalaman saya.” Pendahuluan yang seperti ini justru akan mengurangi ke efektifan dari ilustrasi itu sendiri. Sangat lebih baik jika langsung saja ceritakan.

  3. Ilustrasi harus direncanakan dan dipilih dengan seksama, jangan sampai ilustrasi menggantikan khotbah atau justru mengaburkan ide khotbah

  4. Jangan sering menggunakan ilustrasi yang sama, karena pada umumnya jemaat yang sudah mendengar akan kurang respek.  Gunakan ilustrasi dari berbagai sumber, dan jika mungkin bias dimodifikasi kecuali bila hal itu cerita nyata atau peristiwa nyata.

  5. Sampaikan ilustrasi sesuai dengan ide ceritanya dan gambarkan lewat pergaan bahasa tubuh seperti mimic wajah, gerakan tangan, pandangan mata,  dll.

  6. Pertimbangkan ilustrasi yang akan disampaikan apakah sesuai dengan martabat mimbar atau tidak.

  7. Dalam penyampaian ilustrasi pengalaman hidup dan orang lain jangan menyebutkan nama atau jangan sampai menyinggung perasaan orang lain

  8. Ilustrasi harus sesuai dengan tema khotbah atau setidaknya membantu menjelaskan poin utama yang sedang kita jelaskan.